Sejak trip terakhir saya sudah tidak pernah menulis lagi,
baik itu tentang trip saya ataupun curhatan geje. Padahal......belakangan ini
saya mengunjungi beberapa tempat keren dengan kisah yang tidak kalah kece yang
layak buat ditulis (menurut saya). Tapi saya akan melangkahi trip- trip yang
sudah- sudah dan akan membahas pengalaman super amazing saya mengikuti sebuah
open trip Sailing Komodo ynag diadakan salah satu komunitas di kota saya (read:
kabupaten :D). Ini bukan pengalaman pertama saya mengunjungi pulau eksotis
Flores, tapi edisi kali ini special berlayar selama 4 hari 3 malam mengarungi
lautan di antara gugusan pulau- pulau menawan yang masuk kawasan Taman Nasional
Komodo. Pertama kali saya ngetrip ke Flores hanya di wilayah daratannya dari
Kabupaten Sikka sampai Kabupaten Manggarai Barat.
Flores....
Saya sangat jatuh cinta dengan pulau yang tidak bisa
dikatakan kecil ini. Pesona keindahan Flores seperti remahan surga yang jatuh
di bumi. Bagi orang- orang yang pernah ke Flores (menikmati daratan maupun
lautannya) pasti mengamini kelebay-an saya. Walau di ujung timur nusantara juga
ada gugusan karst yang tersohor dan konon keindahannya juga luar biasa, Raja
Ampat, saya tetap mengidolakan Flores. Saya sih belum melihat langsung keelokan
gugusan karst Wayag ataupun Piaynemo, tapi hati saya sudah kadung jatuh cinta
dengan Flores. Entahlah, suatu saat saya juga akan dan harus membuktikan
keelokan Raja Ampat.
Back to the point, tentang Sailing Komodo ini, saya sedikit
kecewa karena KM. Tilong Kabila yang mengantar kami dari Makassar menuju Labuan
Bajo (kota terakhir sebelum berlayar) terlambat berangkat,yang mestinya
berangkat pukul 18.00 WITA malah berangkat pukul 21.00 WITA. Alhasil kami juga
terlambat tiba di Labuan Bajo dan otomatis kami harus skip beberapa destinasi
untuk hari pertama. Sialnya tidak hanya berpengaruh pada trip hari pertama,
tapi juga merusak seluruh jadwal sailing kami. Kami harus merombak total
destinasi dan hanya mengunjungi destinasi- destinasi yang menjadi maskot TN
Komodo.
Hari 1.
Setiba di Pelabuhan Labuan Bajo kami langsung bergegas
menuju kapal yang akan menjadi ‘rumah’ bagi kami selama trip. Ya, selama 4 hari
3 malam kami hidup di atas kapal, judulnya juga Sailing Komodo. Saat itu kami
tiba sekitar pukul 17.00 WITA. Spot pertama yang kami kunjungi adalah Pulau
Kelor. Sepanjang perjalanan begitu luar biasa, gugusan pulau- pulau dengan
bukit berlapis rerumputan hijau yang saking indahnya nampak lembut seperti
lukisan. Saya sampai melongo, tidak sanggup berkata- kata sambil senyum- senyum
kagum nyaris seperti orang sinting. Saya jadi teringat Pulau Nuca Molas di
daerah Dintor (Manggarai) yang kita jumpai ketika mengunjungi Wae Rebo jika
melewati jalur Iteng. Kali ini bukan hanya satu pulau, gugusan!. Saya sepuasnya
bisa menatap maha karya Tuhan dari dekat. Menikmati sensasi berlayar menyelinap
di antara gugusan hamparan bukit indah. Ah, saya menjadi begitu berlebihan
dibuatnya.
Kami tiba setidaknya 20 menit sebelum sunset.
Nah ini landscape dari atas bukit di Pulau Kelor.
View dari Pulau Kelor |
Jadi untuk
mencapai tempat ini kita harus trekking setidaknya 10-15 menit. Jalurnya masih
terhitung standar.
Landscape dari Pulau Kelor |
Setelah menikmati sunset kami kembali ke kapal dan
melanjutkan perjalanan ke spot berikutnya. Rencananya besok kita akan trekking
di Pulau Padar. Jadi kapal akan berlabuh di sekitar pulau tersebut.
Saya sengaja beristirahat lebih cepat supaya besok lebih
bugar,secara menuju titik tertinggi untuk mendapatkan view terbaik, kita harus
trekking di mana jaraknya cukup jauh dengan jalur yang lumayan akan menguras
tenaga (kata seorang teman yang pernah ke Pulau Padar). Walaupun ombak- ombak
kecil yang cukup mengayun- ayun kapal terasa dan kadang membuat kita tidak bisa
berdiri stabil di atas kapal tetap tidak bisa mengurangi keindahan sekitar. Dan
saya sukses tertidur dengan lelap.
Hari 2.
Saya harus berterimakasih kepada alarm yang telah berbaik
hati membangunkan saya tepat pukul 05.00 WITA. Setelah melaksanakan kewajiban,
saya kembali menikmati hening sembari menikmati alunan riak air laut yang
menghantam kapal. Belum sempurna matahari terbit, mesin kapal menderu. Kami
akan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Padar karena lokasi kapal kita
berlabuh semalam masih jauh dari lokasi tujuan. Pertanda trekking di bawah
terik matahari.
Dan benar saja, sesampai kita di Pulau Padar, walaupun masih
sekitar pukul 08.30 WITA tapi matahari sudah ‘berkobar’ membakar kulit. Liburan
kali ini saya benar- benar all out,walaupun khawatir kulit bertambah eksotis
tapi liburan must go on. Hamparan pemandangan indah yang luar biasa membius saya
dan sejenak membuat lupa kalau perjalanan mendaki menanti di depan mata. Belum
terlalu tinggi tapi sajian alam yang kami dapati aduhai indahnya. Saya sampai
tercengang saking terpukau. Lagi, saya jadi lupa kalau ini baru permulaan dan
perjalanan masih jauh ke atas sana.
Beberapa kali saya harus berhenti untuk beristirahat
sekaligus membuai mata dengan hamparan yang baru kali pertama saya lihat. Bukan
hanya saya, beberapa orang dari rombongan juga ngos- ngosan.
Saya lupa tepatnya waktu yang saya butuhkan untuk mencapai
titik tertinggi Pulau Padar. Yang jelas siapkan tenaga anda :D. Kembali teringat foto beberapa traveller yang berpose disebuah
batu di puncak Pulau Padar yang membuat saya jatuh cinta dengan Pulau Padar.
Hal tersebut semakin memacu saya untuk segera mencapai batu legendaris
tersebut.
Nah, ini dia view yang bisa membuat sesak nafas saking
indahnya :D
Pulau Padar |
Pokoknya terbayar lunas semua pengorbanan tadi. Dan.....kita
tidak boleh terpaku di sini karena masih banyak keindahan- keindahan lain yang
menunggu untuk kami kunjungi. Setelah puas potret sana sini, kami menuruni
jalur yang tadi kami daki. Di perjalanan turun kami berpapasan dengan beberapa
pengunjung lain yang juga ngos- ngosan seperti kami tadi. Tenang men.....Semua
akan terbayar lunas, bahkan lebih saat kalian tiba di atas.
All crew sailing Komodo |
Destinasi berikutnya yaitu Pulau Komodo. Awalnya kami berencana
hanya mampir di Pulau Komodo untuk sekedar menginjakkan kaki di pulau itu,
karena kan judulnya saja Sailing Komodo, masa tidak ke Pulau Komodo, hehehe.
Ettapi.......karena jadwal trip yang acakadut gara- gara kapal yang ngaret
alhasil kita skip Pulau Rinca (yang jumlah komodonya melimpah ruah ketimbang
Pulau Komodo sendiri) jadi kami memutuskan untuk bertemu hewan purba tersebut
di pulau ini. Biaya masuknya Rp.60.000 sudah termausk tiket dan ranger yang
akan mendampingi kami selama perjalanan.
Jadi selama finding komodo kita diberi 3 macam pilihan perjalanan,
short track, medium track dan long track. Karena berpacu dengan waktu dan perut
yang mulai lapar, kami memutuskan untuk mengambil short track saja. Kami
memasuki hutan di mana sudah terdapat jalur yang sangat jelas. Ranger yang
merangkap menjadi guide sepanjang perjalanan menjelaskan semua tentang
kehidupan komodo. Tidak usah saya jelaskan ya,he he. Awalnya kami sedikit
kecewa karena belum bertemu satu pun komodo. Tapi pas sampai di akhir
perjalanan tepatnya di sekitar dapur (entah dapur siapa, gubuk kecil tersebut
memang sebuah dapur) kami melihat seekor komodo yang ukurannya sangat besar,
tapi sayang doi kabur sebelum kami mendekat. Oh ya sekedar info nih, komodo
memang menyukai aroma makanan jadi mereka sering mendekat di sekitar dapur.
Jodoh memang tak ke mana. Tidak jauh dari kami, di bawah sebuah pohon ada
seekor lagi!. Doi entah sedang apa, pokoknya diam membatu seperti mati. Kami
pun berebutan untuk berfoto,xixixixi.. Tapi tetap dari jarak yang cukup jauh
dari jangkauan si hewan purba. Bukan hanya di bawah pohon, sekitar 50 m dari
tempat kami ada seekor komodo yang sedang dikerumuni wisatawan. Dan.....kami
pindah ke kerumunan, siapa tau komodonya mau atraksi,hahaha. Eh, benar lho,
komodo yang ketiga ini lebih aktif, doi dipancing menggunakan ikan oleh ranger,
kurang tahu juga sih apa tujuannya. Mungkin hanya untuk memancing si komodo
untuk bergerak, karena sumpah mereka stay cool seolah berpose sadar banyak fans
yang ingin foto bersama.
the 2nd Komodo |
the 3rd Komodo |
Alhamdulillah, walaupun batal ke Pulau Rinca tapi kita sudah
bertemu komodo di tempat yang kita sangsikan akan menemuinya di sana. Soal
pemandangan di Pulau Komodo, mirip dengan gugusan pulau- pulau yang kami lalui
sebelumnya, jadi saya tidak begitu tertarik untuk mengabadikannya, saya lebih
fokus ke hewan yang masuk keajaiban dunia tersebut.
Pukul 14.00 WITA lewat kami bertolak meninggalkan Pulau
Komodo menuju Pink Beach, di sana kami akan berenang- berenang cantik menikmati
sore. Oh ya selama berlayar, ada 4 orang ABK yang melayani kami seperti
menyiapkan makanan, membersihkan kapal dkk. Yang tidak kalah amazing, masakan
mereka enak- enak lho!. Jadi selama trip kami berasa jadi tuan dan
nyonya,hahaha.
Walaupun suguhan pemandangan sepanjang pelayaran identik
namun tidak menimbulkan rasa bosan. Saya sangat menikmati semua suguhan alam,
saya berjanji suatu saat harus berkunjung lagi, mengunjungi sisa destinasi yang
terskip.
Ternyata kapal tidak langsung berlabuh di bibir pantai,
pengunjung harus berenang dari kapal. Tapi jangan khawatir kalau tidak mau
berbasah- basah. Ada perahu yang siap mengantar kita ke Pink Beach dengan biaya
Rp. 20.000 untuk pulang pergi. Dari kejauhan saya lihat pantainya tidak
berwarna pink, sama saja pasirnya dengan pantai- pantai berpasir putih lainnya.
Walaupun di sana pengunjung bisa trekking menikmati panorama dari ketinggian,
tapi saya sudah sangat puas dengan yang Pulau Padar suguhkan tadi pagi. Di
sekitar Pink Beach ada banyak pulau- pulau. Saya ber-5 dengan teman saya iseng
menawar tarif perahu dengan harga yang sama ke Pink Beach mengantar kami ke pulau
yang terletak di seberang. Dan.......Bapak yang bawa perahunya mau,
yeayyyy!!!!! Pulau tersebut ditempuh kurang lebih 10 menit. Ternyata pulau
tersebut namanya Pulau Punya, hahahaha....lucu juga ya. Selain itu saya juga
bertanya kepada si Bapak kok pantainya tidak berwarna pink. Kata si Bapak
dulunya warnanya pink, tapi banyak pengunjung nakal yang mengambilnya jadi
lama- kelamaan pasir pinknya habis deh dan pantainya jadi tidak terlihat pink
lagi. Kata si Bapak juga,kalau mau menikmati pantai dengan pasir berona pink,
ada tempat yang bernama Pantai Merah 2 yang letaknya tidak begitu jauh dari
Pink Beach.
Add captionMengintip sekitar dari Pulau Punya |
Pose ala- ala dulu :D |
15 menit menghabiskan waktu di Pulau Punya, kami kembali
merapat ke kapal untuk melanjutkan perjalanan tentunya sembari menanti sunset.
Tujuan kami berikutnya yaitu Pulau Gililawa, kapal akan berlabuh di sana karena
keesokan paginya kami akan kembali trekking di Pulau Gililawa. Dalam
perjalanan, saat matahari beranjak terbenam dengan menimbulkan rona jingga saya
melihat kawanan lumba- lumba yang berenang, ah indah sekali. Sekarang
pemandangan berlatarkan tebing hijau yang indah. Rasanya saya ingin mendaki ke
puncaknya dan duduk di pinggir tebing menikmati matahari terbenam.
Hari 3
Tidak terasa ini adalah hari terakhir sailing komodo.
Destinasi pertama untuk hari terakhir adalah Pulau Gililawa. Kapal kami
semalaman berlabuh tepat di bibir pantai pulau ini, jadi kami melakukan
pendakian lebih awal sekitar pukul 06.00 WITA kami sudah mulai. Lagi kami
disuguhi pemandangan yang aduhai. Jalur yang kami lalui menurut saya lebih
mudah dan lebih pendek dibandingkan track di Pulau Padar. Dan yang teristimewa, di pulau ini kami belum
punya saingan, jadi kami dengan bebas memonopoli Pulau Gililawa sepuas kami.
Pulau Gililawa |
Curhat sesekali di tempat yang keren dong |
Nah, ini bedanya jalur trekking di Pulau Padar dan Pulau Gililawa.
Kalau di Pulau Padar jalur naik dan turunnya sama itu saja yang dilalui
kembali, beda dengan di Pulau Gililawa, jalur turunnya kita harus berputar,
jatuhnya lebih jauh lagi, hikss.... Untung viewnya kece badai,jadi sekali lagi,
semua impas :D.
Ah Flores memang perfecto deh, mendakinya dapat, keindahan
bawa airnya jangan diragukan lagi, cetarrrrr!!!
Jalur turun dari puncak di P. Gililawa, mirip tanjakan cintanya Semeru ya |
Our next destination setelah Pulau Gililawa adalah Manta
Point. Ceritanya kita mau berenang- berenang cantik sambil selfie- selfie sama
Manta yang merupakan jenis Ikan Pari terbesar di dunia, lebar tubuhnya dari
sirip dada ke ujung sirip lainnya mencapai hampir 7 m. Waowwww!!!
Kita kayaknya harus mengubur harapan bertemu si pari
raksasa, karena manta nya gak ada satupun di manta point. Sedihnya..... Untuk
menghibur diri teman- teman saya tetap snorkeling di spot tersebut. Mayan, gak
berenang sama manta mereka berenang sama bule- bule cantik nan seksi. :D
Karena si Manta lagi bersembunyi entah di mana, jadinya kami
Cuma sebentar di Manta Point. Spot berikutnya di hari terakhir adalah Pulau
Kanawa, katanya di sini pemandangan bawah lautnya cihuy amir buat snorkeling.
We’ll see!
Omaigattttt!!! Pepatah tidak ada yang gratis di dunia ini
kembali saya ingat, karena kapal tidak boleh bersandar di dermaga Pulau Kanawa,
jadi setelah men-drop penumpang di dermaga, kapal harus segera cabut ke tengah
laut. Bukan itu masalahnya, the problem is we have to pay Rp. 50.000!!
Appppaaa??????!!. Masalahnya saya sedang malas berpanas- panas (yang panasnya
konon seperti panas di neraka,hhahha) di pulau, dan saya lihat dari kapal,
Pulau Kanawa tidak ada istimewanya dibandingkan pulau- pulau yang biasa saya
kunjungi. Oh ya, fyi saya alumni jurusan perikanan, jadi soal pulau- pulau an
lumayanlah pengalaman saya. Jadi kalau melancong ke pulau yang nun jauh dan
pemandangannya biasa saja, nggak worth it harus merogoh kocek, pun saya juga
tidak mau snorkeling. Kalau ke Pulau Padar mesti bayar sampai ratusan ribu, nah
itu wajar. Karena teman- teman saya keukeh mau mendarat, ya syudah saya ikut
bae.
Dermaga Pulau Kanawa |
Awalnya saya hanya duduk di dermaga sambil berbincang dengan
penjaga di sana, karena dari awal saya memang sudah badmood sama panas yang
cetar. Kata Bapak yang jaga, pulau ini diberi nama Pulau Kanawa karena
banyaknya pohon kanawa yang tumbuh. Pohon ini tumbuh berdampingan dengan pohon
katapang dan konon mereka saling melengkapi. Ah so sweeeettttt..... hhahhaa...
Kisah Si Bapak sedikit memotivasi saya untuk menginjakkan kaki di pasir putih
Pulau Kanawa. Dengan gontai sambil memicingkan mata karena begitu teriknya,
saya melangkah menyusul teman- teman saya yang sedari tadi sudah asyik
menangkap gambar beberapa titik Pulau Kanawa. Walaupun pemandangan sekitar yang
biasa- biasa saja, baiklah saya foto juga, sudah bayar ini,hahahaha.
Pohon Kelapa yang nyaris wassalam |
Sekitar hampir satu jam kita di Pulau Kanawa. Sebenarnya di
hari terakhir kita harusnya ke Goa Rangko, tapi kata juru mudi kapal yang kami
pakai berlayar, goa ini jauh dari destinasi- destinasi kami. Walaupun kecewa
tetapi kami harus menerimanya, toh Pulau Padar sudah memberikan
segalanya,wkwkwk. Padahal saya sudah menyiapkan kostum berenang spesial di Goa
Rangko, batal deh....
Sebagai hadiah hiburan (hahahaha....) kami dibawa ke sebuah
pulau (maaf ya saya lupa nama pulaunya) yang tidak termasuk dalam daftar
destinasi. Lumayanlah daripada langsung kembali ke Labuan Bajo. Di Pulau X
tersebut teman- teman saya semuanya (benar- benar minus saya) menikamti euforia
hari terakhir sailing komodo. Selamat bersenang teman- teman saya cukup
mengawasi kalian dari buritan kapal :D.
Dari Pulau X kami kembali ke Labuan Bajo untuk kemudian kembali ke Makassar. Kami tiba di pelabuhan sekitar pukul 20.00 an WITA, dan......jadwal kapal ke Makassar yang mestinya berangkat pukul 01.00 WITA tertunda entah sampai jam berapa.
Nah, karena jadwal kapal dan emang dasar kami juga rada sengklek jadilah sebuah kisah yang emejing!!!.
Nanti saya ceritakan pada tulisan berikutnya yah :D