Pengikut

Sabtu, 30 Juli 2016

Selalu ada kisah di Flores



Sejak trip terakhir saya sudah tidak pernah menulis lagi, baik itu tentang trip saya ataupun curhatan geje. Padahal......belakangan ini saya mengunjungi beberapa tempat keren dengan kisah yang tidak kalah kece yang layak buat ditulis (menurut saya). Tapi saya akan melangkahi trip- trip yang sudah- sudah dan akan membahas pengalaman super amazing saya mengikuti sebuah open trip Sailing Komodo ynag diadakan salah satu komunitas di kota saya (read: kabupaten :D). Ini bukan pengalaman pertama saya mengunjungi pulau eksotis Flores, tapi edisi kali ini special berlayar selama 4 hari 3 malam mengarungi lautan di antara gugusan pulau- pulau menawan yang masuk kawasan Taman Nasional Komodo. Pertama kali saya ngetrip ke Flores hanya di wilayah daratannya dari Kabupaten Sikka sampai Kabupaten Manggarai Barat.

Flores....
Saya sangat jatuh cinta dengan pulau yang tidak bisa dikatakan kecil ini. Pesona keindahan Flores seperti remahan surga yang jatuh di bumi. Bagi orang- orang yang pernah ke Flores (menikmati daratan maupun lautannya) pasti mengamini kelebay-an saya. Walau di ujung timur nusantara juga ada gugusan karst yang tersohor dan konon keindahannya juga luar biasa, Raja Ampat, saya tetap mengidolakan Flores. Saya sih belum melihat langsung keelokan gugusan karst Wayag ataupun Piaynemo, tapi hati saya sudah kadung jatuh cinta dengan Flores. Entahlah, suatu saat saya juga akan dan harus membuktikan keelokan Raja Ampat.
Back to the point, tentang Sailing Komodo ini, saya sedikit kecewa karena KM. Tilong Kabila yang mengantar kami dari Makassar menuju Labuan Bajo (kota terakhir sebelum berlayar) terlambat berangkat,yang mestinya berangkat pukul 18.00 WITA malah berangkat pukul 21.00 WITA. Alhasil kami juga terlambat tiba di Labuan Bajo dan otomatis kami harus skip beberapa destinasi untuk hari pertama. Sialnya tidak hanya berpengaruh pada trip hari pertama, tapi juga merusak seluruh jadwal sailing kami. Kami harus merombak total destinasi dan hanya mengunjungi destinasi- destinasi yang menjadi maskot TN Komodo.

Hari 1.
Setiba di Pelabuhan Labuan Bajo kami langsung bergegas menuju kapal yang akan menjadi ‘rumah’ bagi kami selama trip. Ya, selama 4 hari 3 malam kami hidup di atas kapal, judulnya juga Sailing Komodo. Saat itu kami tiba sekitar pukul 17.00 WITA. Spot pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Kelor. Sepanjang perjalanan begitu luar biasa, gugusan pulau- pulau dengan bukit berlapis rerumputan hijau yang saking indahnya nampak lembut seperti lukisan. Saya sampai melongo, tidak sanggup berkata- kata sambil senyum- senyum kagum nyaris seperti orang sinting. Saya jadi teringat Pulau Nuca Molas di daerah Dintor (Manggarai) yang kita jumpai ketika mengunjungi Wae Rebo jika melewati jalur Iteng. Kali ini bukan hanya satu pulau, gugusan!. Saya sepuasnya bisa menatap maha karya Tuhan dari dekat. Menikmati sensasi berlayar menyelinap di antara gugusan hamparan bukit indah. Ah, saya menjadi begitu berlebihan dibuatnya.
Kami tiba setidaknya 20 menit sebelum sunset. 

Nah ini landscape dari atas bukit di Pulau Kelor. 
View dari Pulau Kelor
Jadi untuk mencapai tempat ini kita harus trekking setidaknya 10-15 menit. Jalurnya masih terhitung standar.
Landscape dari Pulau Kelor
Setelah menikmati sunset kami kembali ke kapal dan melanjutkan perjalanan ke spot berikutnya. Rencananya besok kita akan trekking di Pulau Padar. Jadi kapal akan berlabuh di sekitar pulau tersebut. 
Saya sengaja beristirahat lebih cepat supaya besok lebih bugar,secara menuju titik tertinggi untuk mendapatkan view terbaik, kita harus trekking di mana jaraknya cukup jauh dengan jalur yang lumayan akan menguras tenaga (kata seorang teman yang pernah ke Pulau Padar). Walaupun ombak- ombak kecil yang cukup mengayun- ayun kapal terasa dan kadang membuat kita tidak bisa berdiri stabil di atas kapal tetap tidak bisa mengurangi keindahan sekitar. Dan saya sukses tertidur dengan lelap.

Hari 2.
Saya harus berterimakasih kepada alarm yang telah berbaik hati membangunkan saya tepat pukul 05.00 WITA. Setelah melaksanakan kewajiban, saya kembali menikmati hening sembari menikmati alunan riak air laut yang menghantam kapal. Belum sempurna matahari terbit, mesin kapal menderu. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Padar karena lokasi kapal kita berlabuh semalam masih jauh dari lokasi tujuan. Pertanda trekking di bawah terik matahari.

Dan benar saja, sesampai kita di Pulau Padar, walaupun masih sekitar pukul 08.30 WITA tapi matahari sudah ‘berkobar’ membakar kulit. Liburan kali ini saya benar- benar all out,walaupun khawatir kulit bertambah eksotis tapi liburan must go on. Hamparan pemandangan indah yang luar biasa membius saya dan sejenak membuat lupa kalau perjalanan mendaki menanti di depan mata. Belum terlalu tinggi tapi sajian alam yang kami dapati aduhai indahnya. Saya sampai tercengang saking terpukau. Lagi, saya jadi lupa kalau ini baru permulaan dan perjalanan masih jauh ke atas sana.

Beberapa kali saya harus berhenti untuk beristirahat sekaligus membuai mata dengan hamparan yang baru kali pertama saya lihat. Bukan hanya saya, beberapa orang dari rombongan juga ngos- ngosan.
Saya lupa tepatnya waktu yang saya butuhkan untuk mencapai titik tertinggi Pulau Padar. Yang jelas siapkan tenaga anda  :D. Kembali teringat  foto beberapa traveller yang berpose disebuah batu di puncak Pulau Padar yang membuat saya jatuh cinta dengan Pulau Padar. Hal tersebut semakin memacu saya untuk segera mencapai batu legendaris tersebut.

Nah, ini dia view yang bisa membuat sesak nafas saking indahnya :D
Pulau Padar
Pokoknya terbayar lunas semua pengorbanan tadi. Dan.....kita tidak boleh terpaku di sini karena masih banyak keindahan- keindahan lain yang menunggu untuk kami kunjungi. Setelah puas potret sana sini, kami menuruni jalur yang tadi kami daki. Di perjalanan turun kami berpapasan dengan beberapa pengunjung lain yang juga ngos- ngosan seperti kami tadi. Tenang men.....Semua akan terbayar lunas, bahkan lebih saat kalian tiba di atas.
All crew sailing Komodo
Destinasi berikutnya yaitu Pulau Komodo. Awalnya kami berencana hanya mampir di Pulau Komodo untuk sekedar menginjakkan kaki di pulau itu, karena kan judulnya saja Sailing Komodo, masa tidak ke Pulau Komodo, hehehe. Ettapi.......karena jadwal trip yang acakadut gara- gara kapal yang ngaret alhasil kita skip Pulau Rinca (yang jumlah komodonya melimpah ruah ketimbang Pulau Komodo sendiri) jadi kami memutuskan untuk bertemu hewan purba tersebut di pulau ini. Biaya masuknya Rp.60.000 sudah termausk tiket dan ranger yang akan mendampingi kami selama perjalanan.

Jadi selama finding komodo kita diberi 3 macam pilihan perjalanan, short track, medium track dan long track. Karena berpacu dengan waktu dan perut yang mulai lapar, kami memutuskan untuk mengambil short track saja. Kami memasuki hutan di mana sudah terdapat jalur yang sangat jelas. Ranger yang merangkap menjadi guide sepanjang perjalanan menjelaskan semua tentang kehidupan komodo. Tidak usah saya jelaskan ya,he he. Awalnya kami sedikit kecewa karena belum bertemu satu pun komodo. Tapi pas sampai di akhir perjalanan tepatnya di sekitar dapur (entah dapur siapa, gubuk kecil tersebut memang sebuah dapur) kami melihat seekor komodo yang ukurannya sangat besar, tapi sayang doi kabur sebelum kami mendekat. Oh ya sekedar info nih, komodo memang menyukai aroma makanan jadi mereka sering mendekat di sekitar dapur. Jodoh memang tak ke mana. Tidak jauh dari kami, di bawah sebuah pohon ada seekor lagi!. Doi entah sedang apa, pokoknya diam membatu seperti mati. Kami pun berebutan untuk berfoto,xixixixi.. Tapi tetap dari jarak yang cukup jauh dari jangkauan si hewan purba. Bukan hanya di bawah pohon, sekitar 50 m dari tempat kami ada seekor komodo yang sedang dikerumuni wisatawan. Dan.....kami pindah ke kerumunan, siapa tau komodonya mau atraksi,hahaha. Eh, benar lho, komodo yang ketiga ini lebih aktif, doi dipancing menggunakan ikan oleh ranger, kurang tahu juga sih apa tujuannya. Mungkin hanya untuk memancing si komodo untuk bergerak, karena sumpah mereka stay cool seolah berpose sadar banyak fans yang ingin foto bersama.
the 2nd Komodo
the 3rd Komodo
Alhamdulillah, walaupun batal ke Pulau Rinca tapi kita sudah bertemu komodo di tempat yang kita sangsikan akan menemuinya di sana. Soal pemandangan di Pulau Komodo, mirip dengan gugusan pulau- pulau yang kami lalui sebelumnya, jadi saya tidak begitu tertarik untuk mengabadikannya, saya lebih fokus ke hewan yang masuk keajaiban dunia tersebut.

Pukul 14.00 WITA lewat kami bertolak meninggalkan Pulau Komodo menuju Pink Beach, di sana kami akan berenang- berenang cantik menikmati sore. Oh ya selama berlayar, ada 4 orang ABK yang melayani kami seperti menyiapkan makanan, membersihkan kapal dkk. Yang tidak kalah amazing, masakan mereka enak- enak lho!. Jadi selama trip kami berasa jadi tuan dan nyonya,hahaha.

Walaupun suguhan pemandangan sepanjang pelayaran identik namun tidak menimbulkan rasa bosan. Saya sangat menikmati semua suguhan alam, saya berjanji suatu saat harus berkunjung lagi, mengunjungi sisa destinasi yang terskip.

Ternyata kapal tidak langsung berlabuh di bibir pantai, pengunjung harus berenang dari kapal. Tapi jangan khawatir kalau tidak mau berbasah- basah. Ada perahu yang siap mengantar kita ke Pink Beach dengan biaya Rp. 20.000 untuk pulang pergi. Dari kejauhan saya lihat pantainya tidak berwarna pink, sama saja pasirnya dengan pantai- pantai berpasir putih lainnya. Walaupun di sana pengunjung bisa trekking menikmati panorama dari ketinggian, tapi saya sudah sangat puas dengan yang Pulau Padar suguhkan tadi pagi. Di sekitar Pink Beach ada banyak pulau- pulau. Saya ber-5 dengan teman saya iseng menawar tarif perahu dengan harga yang sama ke Pink Beach mengantar kami ke pulau yang terletak di seberang. Dan.......Bapak yang bawa perahunya mau, yeayyyy!!!!! Pulau tersebut ditempuh kurang lebih 10 menit. Ternyata pulau tersebut namanya Pulau Punya, hahahaha....lucu juga ya. Selain itu saya juga bertanya kepada si Bapak kok pantainya tidak berwarna pink. Kata si Bapak dulunya warnanya pink, tapi banyak pengunjung nakal yang mengambilnya jadi lama- kelamaan pasir pinknya habis deh dan pantainya jadi tidak terlihat pink lagi. Kata si Bapak juga,kalau mau menikmati pantai dengan pasir berona pink, ada tempat yang bernama Pantai Merah 2 yang letaknya tidak begitu jauh dari Pink Beach.
Add captionMengintip sekitar dari Pulau Punya
Pose ala- ala dulu :D
15 menit menghabiskan waktu di Pulau Punya, kami kembali merapat ke kapal untuk melanjutkan perjalanan tentunya sembari menanti sunset. Tujuan kami berikutnya yaitu Pulau Gililawa, kapal akan berlabuh di sana karena keesokan paginya kami akan kembali trekking di Pulau Gililawa. Dalam perjalanan, saat matahari beranjak terbenam dengan menimbulkan rona jingga saya melihat kawanan lumba- lumba yang berenang, ah indah sekali. Sekarang pemandangan berlatarkan tebing hijau yang indah. Rasanya saya ingin mendaki ke puncaknya dan duduk di pinggir tebing menikmati matahari terbenam.



Hari 3
Tidak terasa ini adalah hari terakhir sailing komodo. Destinasi pertama untuk hari terakhir adalah Pulau Gililawa. Kapal kami semalaman berlabuh tepat di bibir pantai pulau ini, jadi kami melakukan pendakian lebih awal sekitar pukul 06.00 WITA kami sudah mulai. Lagi kami disuguhi pemandangan yang aduhai. Jalur yang kami lalui menurut saya lebih mudah dan lebih pendek dibandingkan track di Pulau Padar.  Dan yang teristimewa, di pulau ini kami belum punya saingan, jadi kami dengan bebas memonopoli Pulau Gililawa sepuas kami.
Pulau Gililawa
Curhat sesekali di tempat yang keren dong
Nah, ini bedanya jalur trekking di Pulau Padar dan Pulau Gililawa. Kalau di Pulau Padar jalur naik dan turunnya sama itu saja yang dilalui kembali, beda dengan di Pulau Gililawa, jalur turunnya kita harus berputar, jatuhnya lebih jauh lagi, hikss.... Untung viewnya kece badai,jadi sekali lagi, semua impas :D.
Ah Flores memang perfecto deh, mendakinya dapat, keindahan bawa airnya jangan diragukan lagi, cetarrrrr!!!
Jalur turun dari puncak di P. Gililawa, mirip tanjakan cintanya Semeru ya
Our next destination setelah Pulau Gililawa adalah Manta Point. Ceritanya kita mau berenang- berenang cantik sambil selfie- selfie sama Manta yang merupakan jenis Ikan Pari terbesar di dunia, lebar tubuhnya dari sirip dada ke ujung sirip lainnya mencapai hampir 7 m. Waowwww!!!

Kita kayaknya harus mengubur harapan bertemu si pari raksasa, karena manta nya gak ada satupun di manta point. Sedihnya..... Untuk menghibur diri teman- teman saya tetap snorkeling di spot tersebut. Mayan, gak berenang sama manta mereka berenang sama bule- bule cantik nan seksi. :D

Karena si Manta lagi bersembunyi entah di mana, jadinya kami Cuma sebentar di Manta Point. Spot berikutnya di hari terakhir adalah Pulau Kanawa, katanya di sini pemandangan bawah lautnya cihuy amir buat snorkeling. We’ll see!

Omaigattttt!!! Pepatah tidak ada yang gratis di dunia ini kembali saya ingat, karena kapal tidak boleh bersandar di dermaga Pulau Kanawa, jadi setelah men-drop penumpang di dermaga, kapal harus segera cabut ke tengah laut. Bukan itu masalahnya, the problem is we have to pay Rp. 50.000!! Appppaaa??????!!. Masalahnya saya sedang malas berpanas- panas (yang panasnya konon seperti panas di neraka,hhahha) di pulau, dan saya lihat dari kapal, Pulau Kanawa tidak ada istimewanya dibandingkan pulau- pulau yang biasa saya kunjungi. Oh ya, fyi saya alumni jurusan perikanan, jadi soal pulau- pulau an lumayanlah pengalaman saya. Jadi kalau melancong ke pulau yang nun jauh dan pemandangannya biasa saja, nggak worth it harus merogoh kocek, pun saya juga tidak mau snorkeling. Kalau ke Pulau Padar mesti bayar sampai ratusan ribu, nah itu wajar. Karena teman- teman saya keukeh mau mendarat, ya syudah saya ikut bae.
Dermaga Pulau Kanawa
Awalnya saya hanya duduk di dermaga sambil berbincang dengan penjaga di sana, karena dari awal saya memang sudah badmood sama panas yang cetar. Kata Bapak yang jaga, pulau ini diberi nama Pulau Kanawa karena banyaknya pohon kanawa yang tumbuh. Pohon ini tumbuh berdampingan dengan pohon katapang dan konon mereka saling melengkapi. Ah so sweeeettttt..... hhahhaa... Kisah Si Bapak sedikit memotivasi saya untuk menginjakkan kaki di pasir putih Pulau Kanawa. Dengan gontai sambil memicingkan mata karena begitu teriknya, saya melangkah menyusul teman- teman saya yang sedari tadi sudah asyik menangkap gambar beberapa titik Pulau Kanawa. Walaupun pemandangan sekitar yang biasa- biasa saja, baiklah saya foto juga, sudah bayar ini,hahahaha.
Pohon Kelapa yang nyaris wassalam
Sekitar hampir satu jam kita di Pulau Kanawa. Sebenarnya di hari terakhir kita harusnya ke Goa Rangko, tapi kata juru mudi kapal yang kami pakai berlayar, goa ini jauh dari destinasi- destinasi kami. Walaupun kecewa tetapi kami harus menerimanya, toh Pulau Padar sudah memberikan segalanya,wkwkwk. Padahal saya sudah menyiapkan kostum berenang spesial di Goa Rangko, batal deh....

Sebagai hadiah hiburan (hahahaha....) kami dibawa ke sebuah pulau (maaf ya saya lupa nama pulaunya) yang tidak termasuk dalam daftar destinasi. Lumayanlah daripada langsung kembali ke Labuan Bajo. Di Pulau X tersebut teman- teman saya semuanya (benar- benar minus saya) menikamti euforia hari terakhir sailing komodo. Selamat bersenang teman- teman saya cukup mengawasi kalian dari buritan kapal :D.

Dari Pulau X kami kembali ke Labuan Bajo untuk kemudian kembali ke Makassar. Kami tiba di pelabuhan sekitar pukul 20.00 an WITA, dan......jadwal kapal ke Makassar yang mestinya berangkat pukul 01.00 WITA tertunda entah sampai jam berapa.

Nah, karena jadwal kapal dan emang dasar kami juga rada sengklek jadilah sebuah kisah yang emejing!!!.
Nanti saya ceritakan pada tulisan berikutnya yah :D