Pengikut

Kamis, 26 Februari 2015

Sepotong kisah di tanah Papua

Yuhuuuuuuuuu...........akhirnya bisa curcol lagi.
Ternyata hidup tanpa jaringan internet sangat menyiksa, sangat....sangat menyiksa!.
Kemarin kan pas tahun baru saya berencana menghabiskannya di Toraja, perlengkapan segala macam sudah siap, eh pas mau berangkat tiba- tiba malas, tidak jadi deh. Pas malamnya, entah gila atau apa saya booking tiket ke Papua Barat untuk penerbangan 2 Januari 2015 dini hari.
Senang tuh kan membayangkan akan berpetualang di timur Indonesia. Sebelum berangkat kusempatkan melakukan pemeriksaan gigi dulu, walaupun akan bersenang- senang kesehatan gigi dan pagarnya harus tetap diperhatikan. Semua urusan beres, sekarang siap terbang ke Sorong, Ibukota Papua Barat.

2 jam 15 menit perjalanan cukup mendebarkan, mengingat baru saja terjadi musibah hilangnya pesawat AirAsia yang belum diketahui keberadaannya (pada saat itu). Ditambah cuaca yang sedang hujan dan ini baru pertama kali saya melakukan perjalanan udara pada dini hari. Mungkin karena sugesti jadi pikiran saya tidak tenang dan tidak menikmati perjalanan, saya coba tidur tapi tidak bisa. Apalagi pas ditengah perjalanan terbangnya pesawat seperti aneh, seperti kalau mobil berjalan di jalan yang rusak, kontan saya shock dan kembali mengingat kejadian AirAsia. Saya berserah kepada Allah, apapun yang terjadi saya siap, walaupun hati kecil saya berkata saya masih mau hidup. Alhamdulillah pesawat kembali normal dan mendarat dengan selamat di Bandara Dominique Edward Osok, Kota Sorong. Bandaranya masih kecil dengan properti ala kadarnya. Setelah mengambil barang yang dibagasikan, saya menunggu jemputan.

Oh ya di Papua Barat saya punya beberapa keluarga jadi tidak mengkhawatirkan soal tempat tinggal dan sebagainya, terjamin lah pokonya, hehehhe. Setelah beristirahat beberapa jam di Kota Sorong, saya melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Sorong Selatan, di mana tujuan saya adalah Ditsrik Teminabuan ibukota kabupaten ini. Perjalanan darat saya tempuh sekitar 5-6 jam. Sepanjang perjalanan kita disuguhi hijaunya hutan Papua Barat yang sepertinya masih terjaga. Jalanan terus mendaki dan sangat sepi, sangat jarang berpapasan dengan kendaraan lain. Saya melewati beberapa sungai besar dengan aliran air yang sangat jernih, ingin rasanya melompat ke sungai dan berenang sepuasnya. Sayang hujan turun dan juga saya sedang malas, mengambil beberapa gambar saja saya merasa malas.

Distrik Teminabuan belum begitu ramai. Kota kecil ini masih dalam tahap pembangunan, semuanya terlihat masih seperti baru. Di kota kecil ini juga sudah ada bandara yang melatani penerbangan Teminabuan - Kota Sorong, tetapi penerbangan hanya 1x seminggu, yakni pada hari sabtu. Teminabuan berada pada perbukitan, sangat jarang ditemui tanah yang benar- benar datar, rumah- rumah penduduk dibangun pada pinggiran bukit. Walaupun terletak di dataran tinggi, namun udara sangat panas (menurut saya). Saya sangat menghindari keluar rumah saat siang hari.