Pengikut

Kamis, 28 Mei 2015

Coban Rondo

Kalau sebelumnya puas berpanas- panasan di Gunung Bromo, sekarang cari yang dingin- dingin dulu di sekitaran Malang. Sepertinya air terjun Coban Rondo  cocok untuk dikunjungi. Karena lokasinya yang sangat mudah untuk diakses, juga tidak dibutuhkan tenaga ekstra untuk mencapainya, karena kita hanya berjalan kaki sekitar 100m untuk mencapai air terjun Coban Rondo, akses jalannya juga bagus.

Air terjun Coban Rondo terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kalau dari arah Kota Malang kita akan melewati Kota Batu sebelum sampai ke tempat ini. Perjalanan menuju Coban Rondo sangat menyenangkan karena walaupun kamu berangkat sudah cukup siang, udara terasa sangat sejuk dan kita bisa melihat Kota Malang dari ketinggian. Tapi harus berhati- hati karena jalan yang berkelok- kelok dan mendaki.

Untuk masuk ke dalam air terjun kita harus membeli tiket seharga Rp. 15.000,00/orang dan Rp.4.000,00 untuk kendaraan roda dua. Masih sedikit ke dalam setelah melewati loket pembelian tiket. Ada tempat wisata lain selain air terjun, yaitu labirin, tapi kami tidak sempat mengunjunginya.

Setelah memarkir kendaraan di tempat yang disediakan kami segera menuju air terjun. Di sana banyak pedagang makanan, jadi jangan takut kelaparan :D.

Welcome to Coban Rondo!


Tidak jauh dari pintu menuju air terjun Coban Rondo terdapat mushola di sisi kanan jalan. Kebetulan saat kami tiba sudah masuk sholat dhuhur jadi kami mampir dulu untuk melaksanakan sholat dhuhur.
Musholanya cukup bersih jadi terasa nyaman.

Mushola di Coban Rondo
Setelah sholat kami melanjutkan perjalanan. Pemandangan hijau yang asri menyambut. Pepohonan di sana sini, serasa masih pukul 08.00 pagi, tidak terasa terik matahari padahal sudah pukul 12.30 WIB. Juga banyak monyet ekor panjang yang berkeliaran, untung monyetnya tidak jahil, jadi kami merasa tetap aman.

Monyet ekor panjang
Lucu sekali mereka melompat dengan lincah dari pohon ke pohon lain. Tidak jarang yang sambil menggendong anaknya sambil melompat ke sana kemari. Ada juga yang sampai mengorek- ngorek tong sampah, kasihan, mungkin sedang lapar.

dia sedang lapar
Sayang kami tidak membawa makanan yang bisa kami berikan kepada monyet ekor panjang tersebut. Move on dulu dari monyet- monyet lucu tersebut, kami melanjutkan ke air terjun Coban Rondo. Sudah mulai terdengar deru air terjun.

Pendopo di Coban Rondo
Kami juga melihat ada sebuah pendopo, tapi kurang tahu juga ini untuk umum atau harus disewa terlebih dulu. Tidak terlihat juga pengunjung di tempat itu, tapi mestinya sih pendopo itu disediakan buat pengunjung yang ingin beristirahat, hehehe.

Jalan terlihat lengang
Karena kami ke Coban Rondo saat hari kerja, yakni hari senin, jadi pengunjung tidak begitu ramai, bahkan terkesan lengang. Tapi saya suka, karena bisa sepuasnyaaaaaaa di Coban Rondo tanpa banyak pengganggu, hehehehe. Deru air terjun semakin terdengar jelas, dan wowww..........sudah mulai kelihatan air terjunnya.

Air terjun Coban Rondo dari kejauhan
Bagus kan air terjunnya. Air terjun Coban Rondo terletak pada ketinggian 1135 m di atas permukaan laut. Air terjun ini memiliki ketinggian 84 meter dengan debit air berkisar antara 90 liter per detik pada musim kemarau sampai dengan 150 liter per detik pada musim penghujan (Wikipedia). Jadi tidak sabar untuk segera mendekat dan menyentuh air sejuknya.

Air terjun Coban Rondo
Tadaaaa........ini dia air terjun Coban Rondo. Ada sejarahnya nih kenapa dinamakan Coban Rondo.
Begini ceritanya, dahulu kala ada sepasang pengantin baru, mempelai wanita bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi dan mempelai prianya bernama Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro.  Setelah 36 hari pernikahan mereka (selapan) Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Namun orang tua Dewi Anjarwati melarang mereka karena baru selapan. Namun keduanya bersikeras untuk berangkat dengan segala resiko yang akan mereka hadapi di tengah perjalanan. Ketika dalam perjalanan mereka dikejutkan dengan kemunculan seorang pria yang mengaku bernama Joko Lelono. Tampaknya Joko Lelono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berniat merebutnya. Perkelahian pun terjadi antara Raden Baron dengan Joko Lelono. Kepada punokawan yang menyertai perjalanan mereka Raden Baron berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan di tempat yang ada cobannya (air terjun). Dalam perkelahian tersebut keduanya sama- sama gugur, dengan demikian Dewi Anjarwati menjadi seorang janda yang dalam bahasa Jawa disebut rondo. Nah, sejak saat itu, air terjun tempat Dewi Anjarwati menunggu Raden Baron disebut Coban Rondo. Konon batu besar di bawah Coban Rondo merupakan tempat Dewi Anjarwati duduk menanti Raden Baron.

Tidakkkkkkkkkk.........aku sempat duduk di batu besar itu!. Oh...NO!!!! Aku nggak mau jadi rondooooo!!! hehehehhe......

Setelah sesi pemotretan selesai, kami meninggalkan Coban Rondo untuk mencari tempat makan enak di Kota Batu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar