Pengikut

Jumat, 28 Agustus 2015

ILU My Brondi Shawn Mendes

Seperti biasa kalau hari Jumat di kantor biasanya sepiiiiiiiiiii banget dan hari santai, karena biasanya emang nggak ada job di hari jumat. Daripada ngantuk dan plonga- plongo (kebetulan TV di kantor lagi rusak, dan koran hari ini sudah khatam saya baca) surfing dulu di dunia maya (sebenarnya ini kegiatan rutin saya walaupun sedang sibuk, hihi). Dan kali ini hari jumatku akan kuhabiskan menonton segala macam video baik mv maupun live concert nya my brondi Shawn Mendes by youtube!!. Gilak! Keren banget ini cowok, i luppp yu pull dah dik Shawn :D.

Shawn Mendes (gambar: comot dari google)
Shawn memulai karirnya sebagai viner, itu tuh aplikasi buat upload video. Dia juga sering upload videonya yang mengcover beberapa lagu artis yang sudah terkenal di youtube. Doi jago banget main gitar, kalau lagi main gitar dan diselingi senyum, luarrrr biasaaaaa, kill me now Shawn!!,, hhahha...
Selain jago main gitar, suaranya juga bagus kok, nggak salah deh saya memilih Shawn Mendes, wkwkwk.

Dari semua lagu Shawn, saya paling suka 'Party of the Life', saya bisa seharian mendengarkan lagu ini. Wuihhhh....ngena banget di hati, apalagi pas kalimat, 'We don't care what them people say'.... Tapi secara keseluruhan lagunya bagus, apalagi kalau dibawakan secara akustik, duhh...... bikin meleleh.

Dengar- dengar Shawn ini suka sama cewek yang lebih dewasa dari dia. Wah peluang besar, kita cocok Shawn!. Kamu kelahiran 1998 dan aku lebih dewasa dari itu, hahahahah..
Aduh, bisa gila saya gara- gara Shawn Mendes..
Semoga kapan- kapan bisa nonton langsung live concert nya :D

Kamis, 27 Agustus 2015

Mr. YT, wait me, ha ha ha :D

Sebentar lagi akan memasuki bulan September 2015, tiba- tiba saya teringat kisah perjalanan setahun silam pada 3 - 9 September di Pulau Flores. Salah satu destinasi yang sangat membekas diingatan dan perasaan saya (ha ha ha ha) yaitu perjalanan ke kampung adat Wae Rebo, Manggarai. Selain tempat dan proses pencapaiannya yang benar- benar berkesan, ada hal lain yang membuat saya tidak akan melupakan trip Flores ini. Yah, perjumpaan saya dengan seorang bule dari Jerman yang menjadi nilai tambah perjalanan ke Wae Rebo.

Bertemu dengan wisatawan asing (bule) saat travelling adalah hal yang biasa. Tapi kali ini saya tidak sekedar bertemu, saling bertukar senyum atau sekedar say hello. Kali ini kami lebih dekat, melakukan perjalanan (kebetulan untuk mencapai Wae Rebo kita harus melakukan pendakian) bersama- sama (walaupun hanya saat akan sampai di tujuan), dan melakukan kegiatan selama di Wae Rebo bersama- sama, sampai tidur pun bersama. Eitsss....jangan pikir yang aneh- aneh, karena di Mbaru Niang (rumah adat Wae Rebo) kita harus tidur bersama- sama tanpa sekat sesama pengunjung dan tidak ada penginapan lain. Well.....itu harus dilakukan tapi tenang, ada space cukup jauh kok diantara kami :D.

Oh ya sebut saja bule tadi Mr. YT (ini inisial namanya).
Awal perjumpaan kami di rumah persinggahan di desa terakhir sebelum trekking menuju Wae Rebo. waktu itu saya sedang bersiap- siap melakukan perjalanan saat Mr. YT tiba. Pertama dia sampai di rumah singgah dia langsung minta disiapkan makan siang, mungkin dia kelaparan, maklum saja untuk mencapai desa terakhir saja kita harus melewati jalur yang mengikuti kontur pegunungan dan sangat jauh tentunya, apalagi si mister waktu itu mengendarai motor sendiri.

Semua masih terasa biasa saja, walaupun Mr. YT baru datang, saya tetap harus melanjutkan perjalanan menuju Wae Rebo, bodo amat bule ini mau jalan sendirian atau bagaimana. Nah, saat saya pamitan dan saya mengulurkan tangan untuk salaman (sebagai budaya kita kan kalau bertemu/berpisah dengan orang kita salaman) dia menolaknya, katanya tangannya kotor, memang sih waktu itu tangannya belepotan air jeruk karena dia mengupas jeruk dengan ganas jadi sampai air jeruknya muncrat- muncrat. Gila!!!!, seumur- umur baru kali ini saya mau salaman sama orang tapi ditolak. Dengan gondok saya meninggalkan rumah singgah dan melanjutkan perjalanan.

Secara normal, rumah singgah - Wae Rebo ditempuh selama 4-5 jam, bisa lebih cepat atau lebih lama tergantung kekuatan si pejalan. Saat itu saya berdua dengan teman saya, perempuan. Kami jalan santai saja, toh buat apa terburu- buru, karena kami sudah terbiasa dengan medan seperti ini, menurut perhitungan kami, bisalah jalan sedikit santai sambil menikmati pemandangan dan sampai tujuan sebelum petang.

Sepanjang perjalanan tidak henti kami berapapasan dengan wisatawan yang berasal dari berbagai negara, mereka baru saja meninggalkan Wae Rebo. Kami juga berpapasan dengan warga lokal yang hendak ke kota. Lumayan selingan, daripada monoton lihat pepohonan.

Sudah 3 jam lebih kita melakukan perjalanan, kami beristirahat, dan.........ada seseorang yang datang,
saat saya menoleh, ternyata si bule tadi (sebelumnya saya tidak tahu kalau namanya Mr. YT). Dengan ogah, karena atas norma kesopanan (kita harus menjaga citra orang Indonesia yang ramah) saya tetap menyapa bule songong tadi dan menawarinya snack yangs edang saya makan, sudah saya duga, dia menolaknya, bagus!. OK lanjutkan ngemilnya, lupakan bule songong perusak suasana hati ini.

Tenaga sudah terisi, sekarang mari lanjutkan perjalanan, sepertinya Wae Rebo sudah dekat. Belum lama melanjutkan perjalanan, eh ketemu lagi sama mister songong tadi, duhhhh nasib!. Kali ini saya cuek saja, hanya teman saya yang menyapanya waktu kami melewatinya. Seperti ajang balap saja, belum lama kami melewatinya, si mister songong sudah melewati kami lagi. Cuek saja,sebal saja sepanjang selama di Wae Rebo harus bertemu dia terus.

Berdasarkan petunjuk yang kami dapat di rumah singgha tadi sebelum trekking, tanda kita sudah hampir sampai kalau kita sampai di sebuah pendopo, dari sana sudah tampak jajaran Mbaru Niang dan kita harus memukul kentongan bambu sebagai tanda kalau ada tamu dan pihak adat Wae Rebo mempersiapkan diri menyambut tamu. Dan, kami sudah melihat pendopo itu, yess!. Tapi aduh, si mister songong ada di situ celingak- celinguk entah cari apa. Hahhh.....rasa senang saya buyar seketika.

Saat kami mendekat dengannya, dengan sangat terpaksa saya pun menyapanya, bertanya kenapa dia tidak melanjutkan perjalanan. Ternyata dia mencari kentongan bambu, setelah lama kami mencari kentongan yang kami cari tidak nampak, kami sepakat untuk langsung turun ke Mbaru Niang.

Si mister songong ternyata bernama YT (inisialnya). Lama- kelamaan ngobrol sama dia, ternyata nyambung juga. YT yang awalnya songong dan nampak sangat menyebalkan ternyata sangat friendly, dia bilang kalau dia sempat ragu ngobrol dengan kami, takut kami tidak bisa berbahasa Inggris. Duhh....nih wajah ndeso banget kali ya, yang mencerminkan kalau mustahil si pemilik wajah ini bisa berbahasa Inggris, padahal bisa kok, walaupun masih standar sih, he he he.

Saya tidak menyangka kalau suhu di Wae Rebo sangat.....sangat..... sangat.... sangat dingin!, dan saya tidak membawa jaket tebal, saya hanya membawa jaket jeans biasa. Melihat saya menggigil kedinginan si YT sigap memberikan jaket yang dia kenakan, katanya dia tidak dingin sama sekali, waoowwwww!!!, terbiasa hidup di salju kan, hehe.. Bukan hanya jaket yang dia kenakan, dia juga memberikan jaket lain yang dimilikinya. Maafkan aku YT tadi sudah berprasangka buruk :). Setiap melihat saya menggigil (walaupun sudah memakai 2 jaket YT) dia nampak khawatir dan berusaha ingin membantu menghangatkan saya, salah satunya dengan cara dia menggosok- gosok punggung saya, tapi dengan sangat hati- hati saya menolaknya

FYI, si YT ini brondong lho, 4 tahun lebih muda dari saya, dia berasal dari Jerman tapi tinggal di Swiss dan untuk 1 tahun ini dia menetap di Australia, sebelum ke Flores dia ke Malaysia dan akan berkunjung ke India ckckckck.....gampang banget ya berpindah- pindah dari satu negara ke negara lain.

Sebagai bule, apalagi dari Jerman dia terhitung sangat terbuka, dia mau menceritakan apapun, dia juga sempat memperlihatkan semua foto saudaranya. Kami sempat bermain kartu, dia cerdas juga, cepat ngeh, dan dia juga sangat menyenangkan, ngobrol dengan Mr. YT tanpa saya sadari membuat saya sangat bahagia. Sangat berbeda waktu pertama bertemu di rumah singgah tadi. Kebetulan ada beberapa bule Eropa di tempat kami, saya kira YT akan bergabung dengan mereka, ternyata dia hanya say hello dan tetap bersama kami. Dia juga rela berbagi minuman dengan saya, duhh ramah banget ternyata si YT.

Puas mengobrol dan malam semakin larut kami putuskan untuk beristirahat, saya akan mengembalikan jaket YT, tapi dia menolaknya, dia bilang saya saja yang memakainya karena saya lebih kedinginan, sempat ada perdebatan kecil, tapi akhirnya saya mengalah untuk mengenakan jaketnya tidur, so sweet bukan? hahahahhah

Pagi datang begitu cepat, saya masih ingin berlama- lama, tapi apa boleh buat kami harus berpisah di Wae Rebo yang penuh kenangan ini (hahahahahah). YT akan kembali ke Labuan Bajo, kota yang juga menjadi tujuan saya setelah berkunjung ke Wae Rebo, dan kami sama- sama berharap bisa bertemu lagi di Labuan Bajo sebelum kami kembali ke tujuan masing- masing. Oh ya, YT 2 kali lho minta nomer HP saya, pas dia minta selalu ada hal lain yang mengalihkan, sampai kami berpisah saya lupa kasih nomer HP saya, mungkin doi juga gengsi minta untuk ke 3kali nya, aduhhhhhhhhhhhh >,<.

Pemandangan indah Manggarai - Labuan Bajo tidak bisa sepenuhnya mengalihkan pikiran saya tentang YT (jijay sebenarnya saya mengakuinya), tapi tidak tahu kenapa saya terkesan sekali dengan orang asing ini. Dan......saya sangat berharap bisa  bertenu lagi di Labuan Bajo.

Labuan Bajo...

Di hotel tempat saya menginap saya bertanya kepada resepsionis apa ada tamu mancanegara bernama YT yang menginap di hotel ini, ternyata tidak ada. Saya juga menanyakan hotel- hotel di sekitar tempat kami yang sering ditempati bule- bule menginap. Mungkin saya sudah gila, sampai sebegitunya. Saya masih ingat nama lengkap YT, iseng saya cari di facebook, dan.... ketemu!!!. Tidak langsung di accept permintaan pertemanan saya, mungkin doi masih asyik liburan. Atau juga dia sudah tidak menggunakan akun fb nya. Karena dia sempat bilang kalau sebal dengan orang yang sedikit- sedikit posting di sosmed. Huffttttt saya mulai hopeless.

Hari- hari bisa kujalani normal seperti biasa (hhahahhha....lebay ya), sampai pada suatu waktu, saat OL ada notifikasi YT menerima permintaan pertemanan saya, yeayyy!!!!. Saya mulai stalking, obrak- abrik profilnya nyomot- nyomot foto, sayang hanya sedikit yang saya dapat, seperti yang saya katakan sebelumnya, doi kurang suka sedikit- sedikit posting di sosmed.

Ada sejumput keinginan untuk mengiriminya pesan, sekedar bertanya apa kabar, tapi dasar gengsi ini begitu besar, dan juga karena perbedaan waktu (dengar- dengar sekarang dia kembali ke Jerman) kami tidak pernah bersamaan online, kalau saja bisa bersamaan online mungkin bisa saja saya akan menyapanya lebih dulu.

Bulan demi bulan berlalu, saya sudah mulai lupa tentang YT, tapi, ya ampun!!!!! Belakangan setiap saya ganti foto profil atau posting foto, YT likes my picture!!!, woowwwww!!!! Dan saat dia mengganti akun fb nya, dia tak lupa meng add saya (tapi teman saya juga di add sih, heheh).. Setiap saya travelling, saya sangat berharap kali saja YT sedang mengunjungi tempat yang sama, hehehehe.. Dan itu hanya harapan saya. Sampai pada saya mendaftar beasiswa luar negeri dan saya memilih Jerman sebagai negara tujuan saya, dan saat tes TPA kemarin saya mendapat hasil yang Alhamdulillah, lumayanlah, saya kembali bersemangat!. YT menjadi semangat tersendiri buat saya untuk berjuang mendapatkan beasiswa ini. Saya berjanji kalau saya mendapatkan beasiswa ini, YT akan segera saya kabari :D

Sekarang masa mendebarkan saya menunggu pengumuman beasiswa tersebut.
Semoga ada kabar baik dan wait me YT :D









Rabu, 26 Agustus 2015

TPA Beasiswa Pengembangan Calon Dosen Vokasi/ Politeknik

Undang- Undang mengenai dosen menyebutkan bahwa tenaga dosen harus berpendidikan minimal Strata 2/S2, catet MINIMAL S2!!!!. Nah aku masih S1 (>,<), jadi kalau masih mau bertahan di pekerjaan ya mesti lanjut S2. Pengen sih, tapi males gilak, belajar lagi, kuliah lagi. Mana biaya S2 nggak murah, jadi rugi kalau tidak serius. Kecuali kalau dapat beasiswa, pasti terpacu untuk lebih serius belajarnya, secara kalau prestasi belajar menurun mesti balikin semua duit yang pemerintah/ pihak pemberi beasiswa keluarkan. Selama ini aku juga belum pernah merasakan yang namanya beasiswa selama sekolah sampai kuliah, jadi pengen banget sekali- seklai merasakan kuliah dibiayai pihak lain.

Dan............. kutemukan jalannya!
Dari info yang diberikan Ifan, salah satu teman saya yang pemburu beasiswa yang pastinya selalu tahu info terupdate segala jenis beasiswa, dia ngasih tahu kalau ada beasiswa Dikti, Program Pengembangan Calon Dosen Vokasi/ Politeknik, nah sesuai banget buat kami, kebetulan kami adalah calon dosen yang bekerja di sebuah perguruan tinggi negeri dan harus segera melanjutkan jenjang pendidikan untuk mempermantap posisi kami. Alhamdulillah.

Kesempatan sudah ada, sekarang giliran kami mepersiapkan diri. Gilak persyaratannya!, nggak gila- gila amat sih, standar untuk S2 ke luar negeri, hehehehehe.... Baiklah, belajar buat dapet TOEFL minimal skor 500, ngurus SKBN (Surat Keterangan Bebas Narkoba) dan SKBS (Surat Keterangan Berbadan Sehat). Eits... legalisir ijazah dan transkrip juga, dan engggggg........persyaratan yang paling susah (sebenarnya gak susah, orang yang bersangkutan yang susah ditemui), kita harus mendapat surat pernyataan dari pimpinan tempat kami bekerja bahwa beliau akan mengangkat kami sebagai pegawai sepulang kami sekolah dan surat- surat lainnya yang ditandatangani pimpinan instansi. Awalnya sempat ragu, sempat beberapa kali gagal bertemu beliau yang luar biasa sibuknya. Dan setelah bertemu (waktu itu saya keluar kota, jadi teman saya yang wakili :D) pimpinan, dengan mudah kami dapatkan surat- surat tersebut, Fiuhhhhh.....leganya. Dan yang membuat kami sangat senang, beliau sangat mendukung kami :D.

Hampir saja saya melewatkan peluang besar ini, setelah melakukan tugas di Nunukan, saya tidak langsung pulang tetapi saya melanjutkan perjalanan ke Surabaya lanjut ke Malang, dan ternyata pendaftaran online beasiswa tersebut dimajukan satu bulan lebih awal, oh nooooooo!!!!!!!!!!!!!!!.
Saya jadi tidak bisa menikmati liburan sepenuhnya, separuh pikiran saya melayang jauh ke seberang pulau Sulawesi memikirkan berkas- berkas yang belum rampung semua.

Hari terakhir semakin mendekat, dengan terpaksa saya kembali ke Makassar, padahal masih mau main di Malang. Yaudah demi masa depan ini.

Aduh, ternyata masih dalam suasana Idul Fitri, saya sangat khawatir dokter- dokter masih malas masuk kantor, tapi Alhamdulillah urusan SKBN dan SKBS rampung dalam sehari, dan berkas sudah lengkap ditangan. H-5 pendaftaran ditutup akhirnya upload berkas saya selesai. Sekarang harap- harap cemas menunggu pengumuman lulus berkas untuk mengikuti tes selanjutnya.

1 minggu setelah pendaftaran ditutup, tepatnya 6 Agustus 2015 pengumuman yang sangat saya nantikan akhirnya keluar juga. Alhamdulillah saya lulus berkas :D. Selanjutnya kami harus menunggu jadwal pelaksanaan tes selanjutnya, yakni tes TPA yang entah dilaksanakan kapan dan di mana.

14 Agustus 2015...
Saat saya sibuk berkemas- kemas untuk jalan- jalan bersama teman- teman saya ke salah satu kabupaten di Sulsel yang jarak tempuhnya 6 jam dari Kota Makassar, tiba- tiba Ifan menelpon kalau
jadwal tes sudah ada, dan kita tes TPA di Jakarta tgl 19 Agustus!.. Waowww!!! Mana saya sudah janji jalan- jalan sama teman saya, aduh...

Dalam kegalauan, akhirnya saya putuskan untuk tetap pergi berlibur dengan teman- teman saya.  Itung- itung menenangkan pikiran sebelum tes, walaupun saya sebenarnya mau mendekam dalam kamar untuk belajar, ini kan menyangkut masa depan, harus persiapan matang, tapi apa daya teman- teman saya juga bagian dari masa depan saya, I love you guys :D.

Dan ternyata saya bisa enjoy menikmati jalan- jalan dengan mereka, hehehehe..
Sepulang jalan- jalan, masih banyak banyak tetek bengek yang harus saya lakukan sehingga saya tidak sempat belajar!. Aduh sedihnya..

Singkat cerita...
18 Agustus saya bertolak ke Jakarta, 1 hari sebelum tes. Sengaja saya pilih penerbangan pagi supaya ada waktu lowong buat cari penginapan sekitaran tempat tes, dan cek lokasi tes tentunya yang bertempat di Universitas Gunadarma, Graha Simatupang, Jakarta Selatan. Alhamdulillah semua berjalan lancar, dapat penginapan yang top markotob dengan harga bersahabat fasilitas muantappppp!, dan gedung lokasi tes pun juga sudah tahu di mana tepatnya. Sekarang sisa mempersiapkan diri dengan sisa waktu kurang dari 24 jam dari jadwal tes. Belajar ala kadarnya, cemas sudah pasti. Tapi saya berushaa keras menenangkan hati dan pikiran supaya tetap tenang dan tidak panik.

Dan............waktu yang mendebarkan pun tiba juga. Dalam tes tersebut kita dibagi menjadi 3 kelompok kelas, yang jelas saya terpisah dari teman- teman saya, nggak ngaruh sih, nggak bisa kerjasama ini, hehehehhe...
Saat menatap layar komputer, sedikit gugup, takut hanya sedikit soal yang sanggup saya jawab, kalau hal buruk ini terjadi, ini salah saya sendiri, mau tes malah kelayapan, mana tadi sebelum berangkat saya makan nais goreng, jam 1 siang pula, aduhh tepat sekali, semakin ngantuk.

Setelah mendengar dan membaca instruksi dengan baik, dengan gugup, dan sedikit rasa kantuk saya memulai melakukan tes. Ada 8 kategori soal, masing- masing kategori terdiri 20 butir soal, di mana setiap kategori memiliki batas waktu yang berbeda untuk menyelesaikannya, hal ini berdasarkan tingkat kesulitan soal tentunya.

Kategori soal 1 & 2 alhamdulillah walaupun cukup sulit tapi dengan lancar bisa saya selesaikan, maaf ya saya lupa nama kategori- kategorinya. Masuk kategori soal 3, saya mulai meringis, kantuk saya lenyap seketika saking sulitnya soal- soal tersebut dan waktu untuk mengerjakannya sangat sedikit (menurut saya).

Kategori soal 4,5, dan 6 betul- betul yang buat soal ini tidak berperikemanusiaan, sumpah sulit sekali (lagi, menurut saya, hehe). Waktu mengerjakna soal kategori 1 dan 2 tadi, saya yakin jawaban yang saya pilih benar, nah kategori 3 ke atas ini yang naudzubillah susahnya!. Haddehh.....kalau bisa menyelesaikan semua soal dengan baik, bukan hanya layak melanjutkan studi S2, saya akan mengklaim orang tersebut sebagai Einsten KW super,hahahahahhaha. Serius emang susah soal- soalnya. Soal tes CPNS mah lewat.

Alhamdulillah, ada belas kasihan, soal kategori 7 menurut saya sangat gampang, dari total waktu yang diberikan, saya menyisakan 10 menit dan saya yakin 90% jawaban saya benar :D. Soal dikategori ini merupakan soal yang terdiri dari gambar. Ada sebuah gambar, selanjutnya akan ada gambar lagi yang merupakan potongan gambar tersebut, kita disuruh memilih potongan lainnya agar serupa dengan gambar pertama tadi. Kategori soal terakhir sama dengan kategori soal 7, merupakan tes dengan gambar, tapi ini lebih sulit menurut saya.

Dan.....ternyata langsung muncul skor hasil tes tadi, aduh, saya nggak tega lihat ke layar komputer, takut lihat kenyataan, hahahahahah...... Ada instrusi lagi supaya kita mencatat skor hasil tes, baiklah, saya memberanikan diri menatap ke layar komputer, saya lupa tepatnya berapa, yang jelas dari 8 kategori soal yang kita kerjakan tadi, terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Verbal, Numerikal dan Figural. Saya merasa tidak PD dengan hasil tes saya, tidak tahu untuk tes TPA, skor yang saya dapatkan ini tergolong rendah, cukup atau sudah lumayan. Setelah selesai mencatat hasil tes saya keluar ruangan dan berkumpul bersama teman- teman saya.

Kami saling bertukar informasi mengenai hasil tes kami, dan ternyata sertifikat hasil tes sudah bisa kami unduh di website PLTI (Pusat Layanan Tes Indonesia). Dengan harap- harap cemas kami mengunduh sertifikat kami masing- masing. Yeayyyyyy!!!!!!! Alhamdulillah saya mendapat skor TPA 600!. Skor teman- teman saya masih di bawah saya (ini teman- teman saya dari Makassar, tidak tahu kalau peserta yang lain). Huuuuu... nggak nyangka juga bisa tembus angka segitu. Dengar- dengar sih skor 600 itu sudah lumayan, karena skor TPA untuk sertifikasi dosen saja hanya 550, Alhamdulillah :D.

Sertifikat TPA
Saya benar- benar tidak menyangka!. Tapi kok, asal instansi saya salah, mestinya dari Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, tapi yang tertulis dari Universitas Yogyakarta. Saya harus komplain nih, jangan sampai nanti belakangan kenapa- napa.

Sekarang sisa menunggu pengumuman resmi Dikti siapa- siapa saja yang lulus seleksi Tes TPA, semoga saya termasuk salah satunya, aamiin :D




Minggu, 23 Agustus 2015

Hati- Hati Naik Busway (Trans Jakarta)

Beberapa hari kemarin saya ada urusan penting di Jakarta. Selama di Jakarta saya nginap di homestay di daerah Ragunan, Jakarta Selatan. Alhasil, supaya hemat, kalau mau ke mana- mana saya memilih untuk menggunakan moda transportasi Trans Jakarta atau yang lebih beken dengan sebutan busway. Walaupun hanya seharian saya naik busway ke sana ke mari (selebihnya naik taxi karena takut nyasar dan nggak tau rute busway,wkwkkwk) cukup banyak kisah yang bisa saya ceritakan.

Pertama kali saya naik busway dari Kebun Binatang Ragunan menuju Kota Tua. Untuk sampai di Monas kita harus berganti busway 2 kali. Busway yang pertama saya naiki busway yang sudah cukup tua, padahal saya pengen sekali naik busway yang baru, maklum bukan orang Jakarta yang bisa setiap hari naik busway. Yang naik dari Ragunan hanya beberapa orang jadi tidka perlu berebut tempat duduk, masih banyak yang kosong malah.

Setelah turun didaerah Dukuh Bawah (kalo nggak salah), kami harus berjalan cukup jauh menuju halte busway berikutnya yang akan mengantar kami ke Kota Tua. Naik busway benar- benar hemat biaya, cukup Rp. 3.500,00 kita bisa ke mana saja sepanjang sesuai rute busway. Well, setelah berjalan cukup jauh akhirnya sampai juga di halte busway tujuan Jakarta Kota. Banyak sekali penumpang yang menunggu di halte ini, sangat berbeda jauh dengan halte Ragunan tadi. Tidak terlalu lama kami menunggu akhirnya busway yang dinanti- nanti datang juga. Finally, aku naik busway baru! Hahahahhah...jadi norak begini.
Foto : Comot dari google :D

Tapi sayang penumpangnya bejubel, jadi saya harus berdiri, berharap segera ada yang turun di pemberhentian berikutnya. Dan doa saya dikabulkan!. Dengan sigap saya menyambar kursi yang baru saja ditinggal turun penumpang sebelumnya.

Ternyata cukup jauh juga Kota Tua. secara dari Jakarta Selatan menuju Jakarta Utara!, apalagi tujuan kami ini merupakan pemberhentian terakhir!.. Lumayan cuci- cuci mata lihat gedung- gedung menjulang di sepanjang jalan, yang jarang saya temui di kota asal saya, heheheh..

Entah berapa halte yang kami singgahi, akhirnya sampai juga di halte terakhir, Jakarta Kota. Dari halte ini kami melewati terowongan untuk keluar dari halte dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju tujuan kami, Kota Tua!. Naik busway cukup lama, dan sekarang kami harus berjalan cukup jauh (karena lelah, jalan pendek pun terasa jauh).

Puas 'bermain- main' di Kota Tua kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir untuk hari ini, yaitu Monumen Nasional (Monas). Untuk ke Monas kembali kami memilih busway sebagai transportasi, karena paling sesuai dikantong tentunya, hehehhe.

Dari Kota Tua kami harus kembali berjalan kaki menuju halte tempat menunggu busway. Kembali melewati terowongan tadi. Di halte ini yang menunggu busway cukup ramai juga, apalagi bertepatan dengan jam pulang kantor.

Sekarang kami sudah ahli 'berebut' busway, hehehehe. Kalau tidak salah ingat, dari Jakarta Kota menuju Monas kami hanya menaiki 1 busway, tidak transit di halte lain. Oh ya, untuk menikmati transportasi busway, kita harus memiliki kartu yang bisa diisi ulang. Kalau saya menetap di Jakarta, saya akan selalu menunggakan busway ke mana- mana, daripada naik mobil sendiri yang akan memperparah macet dan menyumbang polusi.

Singkat cerita...

Malamnya setelah puas nongkrong di Monas, pulang ke daerah Ragunan, Jakarta Selatan, kami kembali menaiki busway. Kali ini kami harus berpisah dengan Ufi, teman saya yang menjadi guide seharian. Kami berpisah di halte Monas, dari halte tersebut sisa 1 kali naik busway langsung ke daerah Ragunan, turunnya di halte SMKN 57, halte terdekat dari homestay tempat kami menginap.

Cukup lama juga busway yang dinanti- nanti tak kunjung datang. Yang menunggu juga cukup banyak. Lama..... lama.....cukup lama mennati belum ada tanda- tanda datangnya busway tujuan Ragunan. Bosan sudah mulai menghadapi, sampai dari kejauhan di jalur busway terlihat sebuah bus yang datang ke arah kami. Awalnya saya ragu ini busway karena ukurannya lebih kecil dari beberapa busway yang saya naiki seharian ini. Tapi ini kan jalur busway, pasti ini busway nya. Dan bus tersebut berhenti tepat di depan saya, kernetnya teriak- teriak 'Ragunan... Ragunan!'...... Kami serempak masuk ke dalam bus. Pas masuk, saya sudah merasa curiga, kok model temoat duduknya lain!, saya berbisik ke teman yang duudk di samping saya. Katanya, 'Kali aja emang beda- beda Wid!', OK saya mulai tenang tapi masih curiga dan merasa aneh.

Kecurigaan saya terbukti, tidak lama kami duduk datang seorang kernet yang menagih ongkos, duhhh! benar- benar salah naik, hahahahhaha... Kami sontak berpandangan satu sama lain dan ngakak sejadinya, hahahahahahha... ternyata kami naik kopaja AC, pantas terasa nyaman seperti naik busway cuma beda model kursi sama seragam sopirnya. Lucu tapi sempat jengkel juga sama sopir kopaja yang seenaknya masuk jalur busway, jadi orang awam seperti kami bisa salah paham, hahahahhaha.... Pantas saja, hanya kami berlima dari semua yang menunggu busway tujuan Ragunan yang naik ke bus, hahahahahahha..
Ini menjadi satu pelajaran lagi kalau naik busway harus ekstra  hati- hati, jangan sampai salah naik seperti kami, karena tarif kopaja hampir 2x lipat ongkos busway.