Pengikut

Sabtu, 30 Juli 2016

Selalu ada kisah di Flores



Sejak trip terakhir saya sudah tidak pernah menulis lagi, baik itu tentang trip saya ataupun curhatan geje. Padahal......belakangan ini saya mengunjungi beberapa tempat keren dengan kisah yang tidak kalah kece yang layak buat ditulis (menurut saya). Tapi saya akan melangkahi trip- trip yang sudah- sudah dan akan membahas pengalaman super amazing saya mengikuti sebuah open trip Sailing Komodo ynag diadakan salah satu komunitas di kota saya (read: kabupaten :D). Ini bukan pengalaman pertama saya mengunjungi pulau eksotis Flores, tapi edisi kali ini special berlayar selama 4 hari 3 malam mengarungi lautan di antara gugusan pulau- pulau menawan yang masuk kawasan Taman Nasional Komodo. Pertama kali saya ngetrip ke Flores hanya di wilayah daratannya dari Kabupaten Sikka sampai Kabupaten Manggarai Barat.

Flores....
Saya sangat jatuh cinta dengan pulau yang tidak bisa dikatakan kecil ini. Pesona keindahan Flores seperti remahan surga yang jatuh di bumi. Bagi orang- orang yang pernah ke Flores (menikmati daratan maupun lautannya) pasti mengamini kelebay-an saya. Walau di ujung timur nusantara juga ada gugusan karst yang tersohor dan konon keindahannya juga luar biasa, Raja Ampat, saya tetap mengidolakan Flores. Saya sih belum melihat langsung keelokan gugusan karst Wayag ataupun Piaynemo, tapi hati saya sudah kadung jatuh cinta dengan Flores. Entahlah, suatu saat saya juga akan dan harus membuktikan keelokan Raja Ampat.
Back to the point, tentang Sailing Komodo ini, saya sedikit kecewa karena KM. Tilong Kabila yang mengantar kami dari Makassar menuju Labuan Bajo (kota terakhir sebelum berlayar) terlambat berangkat,yang mestinya berangkat pukul 18.00 WITA malah berangkat pukul 21.00 WITA. Alhasil kami juga terlambat tiba di Labuan Bajo dan otomatis kami harus skip beberapa destinasi untuk hari pertama. Sialnya tidak hanya berpengaruh pada trip hari pertama, tapi juga merusak seluruh jadwal sailing kami. Kami harus merombak total destinasi dan hanya mengunjungi destinasi- destinasi yang menjadi maskot TN Komodo.

Hari 1.
Setiba di Pelabuhan Labuan Bajo kami langsung bergegas menuju kapal yang akan menjadi ‘rumah’ bagi kami selama trip. Ya, selama 4 hari 3 malam kami hidup di atas kapal, judulnya juga Sailing Komodo. Saat itu kami tiba sekitar pukul 17.00 WITA. Spot pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Kelor. Sepanjang perjalanan begitu luar biasa, gugusan pulau- pulau dengan bukit berlapis rerumputan hijau yang saking indahnya nampak lembut seperti lukisan. Saya sampai melongo, tidak sanggup berkata- kata sambil senyum- senyum kagum nyaris seperti orang sinting. Saya jadi teringat Pulau Nuca Molas di daerah Dintor (Manggarai) yang kita jumpai ketika mengunjungi Wae Rebo jika melewati jalur Iteng. Kali ini bukan hanya satu pulau, gugusan!. Saya sepuasnya bisa menatap maha karya Tuhan dari dekat. Menikmati sensasi berlayar menyelinap di antara gugusan hamparan bukit indah. Ah, saya menjadi begitu berlebihan dibuatnya.
Kami tiba setidaknya 20 menit sebelum sunset. 

Nah ini landscape dari atas bukit di Pulau Kelor. 
View dari Pulau Kelor
Jadi untuk mencapai tempat ini kita harus trekking setidaknya 10-15 menit. Jalurnya masih terhitung standar.
Landscape dari Pulau Kelor
Setelah menikmati sunset kami kembali ke kapal dan melanjutkan perjalanan ke spot berikutnya. Rencananya besok kita akan trekking di Pulau Padar. Jadi kapal akan berlabuh di sekitar pulau tersebut. 
Saya sengaja beristirahat lebih cepat supaya besok lebih bugar,secara menuju titik tertinggi untuk mendapatkan view terbaik, kita harus trekking di mana jaraknya cukup jauh dengan jalur yang lumayan akan menguras tenaga (kata seorang teman yang pernah ke Pulau Padar). Walaupun ombak- ombak kecil yang cukup mengayun- ayun kapal terasa dan kadang membuat kita tidak bisa berdiri stabil di atas kapal tetap tidak bisa mengurangi keindahan sekitar. Dan saya sukses tertidur dengan lelap.

Hari 2.
Saya harus berterimakasih kepada alarm yang telah berbaik hati membangunkan saya tepat pukul 05.00 WITA. Setelah melaksanakan kewajiban, saya kembali menikmati hening sembari menikmati alunan riak air laut yang menghantam kapal. Belum sempurna matahari terbit, mesin kapal menderu. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Padar karena lokasi kapal kita berlabuh semalam masih jauh dari lokasi tujuan. Pertanda trekking di bawah terik matahari.

Dan benar saja, sesampai kita di Pulau Padar, walaupun masih sekitar pukul 08.30 WITA tapi matahari sudah ‘berkobar’ membakar kulit. Liburan kali ini saya benar- benar all out,walaupun khawatir kulit bertambah eksotis tapi liburan must go on. Hamparan pemandangan indah yang luar biasa membius saya dan sejenak membuat lupa kalau perjalanan mendaki menanti di depan mata. Belum terlalu tinggi tapi sajian alam yang kami dapati aduhai indahnya. Saya sampai tercengang saking terpukau. Lagi, saya jadi lupa kalau ini baru permulaan dan perjalanan masih jauh ke atas sana.

Beberapa kali saya harus berhenti untuk beristirahat sekaligus membuai mata dengan hamparan yang baru kali pertama saya lihat. Bukan hanya saya, beberapa orang dari rombongan juga ngos- ngosan.
Saya lupa tepatnya waktu yang saya butuhkan untuk mencapai titik tertinggi Pulau Padar. Yang jelas siapkan tenaga anda  :D. Kembali teringat  foto beberapa traveller yang berpose disebuah batu di puncak Pulau Padar yang membuat saya jatuh cinta dengan Pulau Padar. Hal tersebut semakin memacu saya untuk segera mencapai batu legendaris tersebut.

Nah, ini dia view yang bisa membuat sesak nafas saking indahnya :D
Pulau Padar
Pokoknya terbayar lunas semua pengorbanan tadi. Dan.....kita tidak boleh terpaku di sini karena masih banyak keindahan- keindahan lain yang menunggu untuk kami kunjungi. Setelah puas potret sana sini, kami menuruni jalur yang tadi kami daki. Di perjalanan turun kami berpapasan dengan beberapa pengunjung lain yang juga ngos- ngosan seperti kami tadi. Tenang men.....Semua akan terbayar lunas, bahkan lebih saat kalian tiba di atas.
All crew sailing Komodo
Destinasi berikutnya yaitu Pulau Komodo. Awalnya kami berencana hanya mampir di Pulau Komodo untuk sekedar menginjakkan kaki di pulau itu, karena kan judulnya saja Sailing Komodo, masa tidak ke Pulau Komodo, hehehe. Ettapi.......karena jadwal trip yang acakadut gara- gara kapal yang ngaret alhasil kita skip Pulau Rinca (yang jumlah komodonya melimpah ruah ketimbang Pulau Komodo sendiri) jadi kami memutuskan untuk bertemu hewan purba tersebut di pulau ini. Biaya masuknya Rp.60.000 sudah termausk tiket dan ranger yang akan mendampingi kami selama perjalanan.

Jadi selama finding komodo kita diberi 3 macam pilihan perjalanan, short track, medium track dan long track. Karena berpacu dengan waktu dan perut yang mulai lapar, kami memutuskan untuk mengambil short track saja. Kami memasuki hutan di mana sudah terdapat jalur yang sangat jelas. Ranger yang merangkap menjadi guide sepanjang perjalanan menjelaskan semua tentang kehidupan komodo. Tidak usah saya jelaskan ya,he he. Awalnya kami sedikit kecewa karena belum bertemu satu pun komodo. Tapi pas sampai di akhir perjalanan tepatnya di sekitar dapur (entah dapur siapa, gubuk kecil tersebut memang sebuah dapur) kami melihat seekor komodo yang ukurannya sangat besar, tapi sayang doi kabur sebelum kami mendekat. Oh ya sekedar info nih, komodo memang menyukai aroma makanan jadi mereka sering mendekat di sekitar dapur. Jodoh memang tak ke mana. Tidak jauh dari kami, di bawah sebuah pohon ada seekor lagi!. Doi entah sedang apa, pokoknya diam membatu seperti mati. Kami pun berebutan untuk berfoto,xixixixi.. Tapi tetap dari jarak yang cukup jauh dari jangkauan si hewan purba. Bukan hanya di bawah pohon, sekitar 50 m dari tempat kami ada seekor komodo yang sedang dikerumuni wisatawan. Dan.....kami pindah ke kerumunan, siapa tau komodonya mau atraksi,hahaha. Eh, benar lho, komodo yang ketiga ini lebih aktif, doi dipancing menggunakan ikan oleh ranger, kurang tahu juga sih apa tujuannya. Mungkin hanya untuk memancing si komodo untuk bergerak, karena sumpah mereka stay cool seolah berpose sadar banyak fans yang ingin foto bersama.
the 2nd Komodo
the 3rd Komodo
Alhamdulillah, walaupun batal ke Pulau Rinca tapi kita sudah bertemu komodo di tempat yang kita sangsikan akan menemuinya di sana. Soal pemandangan di Pulau Komodo, mirip dengan gugusan pulau- pulau yang kami lalui sebelumnya, jadi saya tidak begitu tertarik untuk mengabadikannya, saya lebih fokus ke hewan yang masuk keajaiban dunia tersebut.

Pukul 14.00 WITA lewat kami bertolak meninggalkan Pulau Komodo menuju Pink Beach, di sana kami akan berenang- berenang cantik menikmati sore. Oh ya selama berlayar, ada 4 orang ABK yang melayani kami seperti menyiapkan makanan, membersihkan kapal dkk. Yang tidak kalah amazing, masakan mereka enak- enak lho!. Jadi selama trip kami berasa jadi tuan dan nyonya,hahaha.

Walaupun suguhan pemandangan sepanjang pelayaran identik namun tidak menimbulkan rasa bosan. Saya sangat menikmati semua suguhan alam, saya berjanji suatu saat harus berkunjung lagi, mengunjungi sisa destinasi yang terskip.

Ternyata kapal tidak langsung berlabuh di bibir pantai, pengunjung harus berenang dari kapal. Tapi jangan khawatir kalau tidak mau berbasah- basah. Ada perahu yang siap mengantar kita ke Pink Beach dengan biaya Rp. 20.000 untuk pulang pergi. Dari kejauhan saya lihat pantainya tidak berwarna pink, sama saja pasirnya dengan pantai- pantai berpasir putih lainnya. Walaupun di sana pengunjung bisa trekking menikmati panorama dari ketinggian, tapi saya sudah sangat puas dengan yang Pulau Padar suguhkan tadi pagi. Di sekitar Pink Beach ada banyak pulau- pulau. Saya ber-5 dengan teman saya iseng menawar tarif perahu dengan harga yang sama ke Pink Beach mengantar kami ke pulau yang terletak di seberang. Dan.......Bapak yang bawa perahunya mau, yeayyyy!!!!! Pulau tersebut ditempuh kurang lebih 10 menit. Ternyata pulau tersebut namanya Pulau Punya, hahahaha....lucu juga ya. Selain itu saya juga bertanya kepada si Bapak kok pantainya tidak berwarna pink. Kata si Bapak dulunya warnanya pink, tapi banyak pengunjung nakal yang mengambilnya jadi lama- kelamaan pasir pinknya habis deh dan pantainya jadi tidak terlihat pink lagi. Kata si Bapak juga,kalau mau menikmati pantai dengan pasir berona pink, ada tempat yang bernama Pantai Merah 2 yang letaknya tidak begitu jauh dari Pink Beach.
Add captionMengintip sekitar dari Pulau Punya
Pose ala- ala dulu :D
15 menit menghabiskan waktu di Pulau Punya, kami kembali merapat ke kapal untuk melanjutkan perjalanan tentunya sembari menanti sunset. Tujuan kami berikutnya yaitu Pulau Gililawa, kapal akan berlabuh di sana karena keesokan paginya kami akan kembali trekking di Pulau Gililawa. Dalam perjalanan, saat matahari beranjak terbenam dengan menimbulkan rona jingga saya melihat kawanan lumba- lumba yang berenang, ah indah sekali. Sekarang pemandangan berlatarkan tebing hijau yang indah. Rasanya saya ingin mendaki ke puncaknya dan duduk di pinggir tebing menikmati matahari terbenam.



Hari 3
Tidak terasa ini adalah hari terakhir sailing komodo. Destinasi pertama untuk hari terakhir adalah Pulau Gililawa. Kapal kami semalaman berlabuh tepat di bibir pantai pulau ini, jadi kami melakukan pendakian lebih awal sekitar pukul 06.00 WITA kami sudah mulai. Lagi kami disuguhi pemandangan yang aduhai. Jalur yang kami lalui menurut saya lebih mudah dan lebih pendek dibandingkan track di Pulau Padar.  Dan yang teristimewa, di pulau ini kami belum punya saingan, jadi kami dengan bebas memonopoli Pulau Gililawa sepuas kami.
Pulau Gililawa
Curhat sesekali di tempat yang keren dong
Nah, ini bedanya jalur trekking di Pulau Padar dan Pulau Gililawa. Kalau di Pulau Padar jalur naik dan turunnya sama itu saja yang dilalui kembali, beda dengan di Pulau Gililawa, jalur turunnya kita harus berputar, jatuhnya lebih jauh lagi, hikss.... Untung viewnya kece badai,jadi sekali lagi, semua impas :D.
Ah Flores memang perfecto deh, mendakinya dapat, keindahan bawa airnya jangan diragukan lagi, cetarrrrr!!!
Jalur turun dari puncak di P. Gililawa, mirip tanjakan cintanya Semeru ya
Our next destination setelah Pulau Gililawa adalah Manta Point. Ceritanya kita mau berenang- berenang cantik sambil selfie- selfie sama Manta yang merupakan jenis Ikan Pari terbesar di dunia, lebar tubuhnya dari sirip dada ke ujung sirip lainnya mencapai hampir 7 m. Waowwww!!!

Kita kayaknya harus mengubur harapan bertemu si pari raksasa, karena manta nya gak ada satupun di manta point. Sedihnya..... Untuk menghibur diri teman- teman saya tetap snorkeling di spot tersebut. Mayan, gak berenang sama manta mereka berenang sama bule- bule cantik nan seksi. :D

Karena si Manta lagi bersembunyi entah di mana, jadinya kami Cuma sebentar di Manta Point. Spot berikutnya di hari terakhir adalah Pulau Kanawa, katanya di sini pemandangan bawah lautnya cihuy amir buat snorkeling. We’ll see!

Omaigattttt!!! Pepatah tidak ada yang gratis di dunia ini kembali saya ingat, karena kapal tidak boleh bersandar di dermaga Pulau Kanawa, jadi setelah men-drop penumpang di dermaga, kapal harus segera cabut ke tengah laut. Bukan itu masalahnya, the problem is we have to pay Rp. 50.000!! Appppaaa??????!!. Masalahnya saya sedang malas berpanas- panas (yang panasnya konon seperti panas di neraka,hhahha) di pulau, dan saya lihat dari kapal, Pulau Kanawa tidak ada istimewanya dibandingkan pulau- pulau yang biasa saya kunjungi. Oh ya, fyi saya alumni jurusan perikanan, jadi soal pulau- pulau an lumayanlah pengalaman saya. Jadi kalau melancong ke pulau yang nun jauh dan pemandangannya biasa saja, nggak worth it harus merogoh kocek, pun saya juga tidak mau snorkeling. Kalau ke Pulau Padar mesti bayar sampai ratusan ribu, nah itu wajar. Karena teman- teman saya keukeh mau mendarat, ya syudah saya ikut bae.
Dermaga Pulau Kanawa
Awalnya saya hanya duduk di dermaga sambil berbincang dengan penjaga di sana, karena dari awal saya memang sudah badmood sama panas yang cetar. Kata Bapak yang jaga, pulau ini diberi nama Pulau Kanawa karena banyaknya pohon kanawa yang tumbuh. Pohon ini tumbuh berdampingan dengan pohon katapang dan konon mereka saling melengkapi. Ah so sweeeettttt..... hhahhaa... Kisah Si Bapak sedikit memotivasi saya untuk menginjakkan kaki di pasir putih Pulau Kanawa. Dengan gontai sambil memicingkan mata karena begitu teriknya, saya melangkah menyusul teman- teman saya yang sedari tadi sudah asyik menangkap gambar beberapa titik Pulau Kanawa. Walaupun pemandangan sekitar yang biasa- biasa saja, baiklah saya foto juga, sudah bayar ini,hahahaha.
Pohon Kelapa yang nyaris wassalam
Sekitar hampir satu jam kita di Pulau Kanawa. Sebenarnya di hari terakhir kita harusnya ke Goa Rangko, tapi kata juru mudi kapal yang kami pakai berlayar, goa ini jauh dari destinasi- destinasi kami. Walaupun kecewa tetapi kami harus menerimanya, toh Pulau Padar sudah memberikan segalanya,wkwkwk. Padahal saya sudah menyiapkan kostum berenang spesial di Goa Rangko, batal deh....

Sebagai hadiah hiburan (hahahaha....) kami dibawa ke sebuah pulau (maaf ya saya lupa nama pulaunya) yang tidak termasuk dalam daftar destinasi. Lumayanlah daripada langsung kembali ke Labuan Bajo. Di Pulau X tersebut teman- teman saya semuanya (benar- benar minus saya) menikamti euforia hari terakhir sailing komodo. Selamat bersenang teman- teman saya cukup mengawasi kalian dari buritan kapal :D.

Dari Pulau X kami kembali ke Labuan Bajo untuk kemudian kembali ke Makassar. Kami tiba di pelabuhan sekitar pukul 20.00 an WITA, dan......jadwal kapal ke Makassar yang mestinya berangkat pukul 01.00 WITA tertunda entah sampai jam berapa.

Nah, karena jadwal kapal dan emang dasar kami juga rada sengklek jadilah sebuah kisah yang emejing!!!.
Nanti saya ceritakan pada tulisan berikutnya yah :D


Sabtu, 16 April 2016

Tour guide sehari, Farm House Bandung

Lagi, saya akan mengisahkan perjalanan saya yang nyaris basi. Bulan lalu ketika saya masih menetap di Bandung saya kedatangan tamu dari pulau seberang, one of my best friends mamen Hartil, my travelmate datang jauh- jauh dari Makassar ke Bandung. Kami akan melakukan tour singkat Jateng-Jogja (salah satu perjalanan di Semarang sudah saya tuliskan pada 2 tulisan sebelumnya). Sebelum bertolak ke tujuan utama, kami jalan- jalan sekitar Bandung yang tentunya tidak terlalu jauh dari pusat kota dan.....yang terpenting, bisa diakses menggunakan angkot, he he. Alhasil, setelah intip sana sini, kami putuskan ke beberapa lokasi tempat wisata, salah satunya adalah Farm House, tempat wisata di daerah Lembang yang lagi happening. Berhubung saya yang menjadi tuan rumah, otomatis saya yang menjadi tour guide. Aslinya sih saya juga belum pernah ke tempat ini, xixixixixi...... Tapi kan setidaknya saya lebih tahu dunia perangkotan di Bandung :D.

12 April 2016.
Karena waktu yang terbatas (kami sudah ada tiket ke Semarang untuk malam harinya) jadi jam 6 pagi kita sudah ready buat berwisata ke Kota Bandung. Sebelum menuju ke Farm House, kami mampir dulu (ini bukan mampir karena beda arah) ke Gedung Sate, karena teman saya ini ngotot mau foto di depan landmark Kota Bandung. Baiklah, masih pagi buta ini. Setelah pemotretan singkat di Gedung Sate selesai, dari depan tempat ini kami menaiki angkot Cicaehum - Ledeng turun di tujuan terakhir angkot yakni Terminal Ledeng. Perjalanan cukup jauh (20 - 30 menit) dengan biaya Rp. 5.000, untung kami berangkat pagi- pagi jadi Alhamdulillah lancar. Dari Terminal Ledeng (tidak masuk ke terminal, cukup di depan saja) kami mengambil angkot jurusan Lembang, bilang saja ke sopirnya kalau mau ke Farm House, mereka pada tahu kok. Kontur jalan sudah mulai menanjak dan udara lebih dingin, ini tandanya kalau kita sudah ada di daerah Lembang. Hampir sama dengan jarak tempuh sebelumnya sekitar 20 - 30 menit kita sudah sampai tujuan. Dan, tadaaaaaaa..........ternyata Farm Housenya belum buka saudara- saudara. Banyak sekali antrian pengunjung.

bagian depan Farm House
Sempat kecewa juga, merasa rugi datang pagi- pagi, tahu begini kan kita bisa ke manaaaa.......gitu. Teman saya sempat menyarankan sambil mengisi waktu kita sebaiknya ke Taman Bogenia dulu, pulangnya baru mampir lagi ke sini. Tapi saya tetap bertahan dengan rencana awal, manatahu tidak lama lagi Farm House akan buka. Alhasil kami menunggu di seberang jalan, untung ada bangku warung yang belum buka yang disimpan diluar.

Antrian mobil pengunjung Farm House
Karena bosan menunggu, kami putuskan untuk bergabung dengan pengunjung yang lainnya. Dengan harapan saat gerbnag Farm House terbuka, kami bisa langsung masuk. Dan ternyata banyak ynag turun dari mobil masing- masing saking tidak sabarnya.
Ibu- ibu yang mengantri di depan pagar
Kumpulan Ibu- Ibu di atas seperti mau nagih hutang ya, hi hi hi.... Mungkin petugas Farm House takut kalau terlalu lama Ibu- Ibu ini menunggu mereka akan anarkis, hahahahah.... Jadi tidak lama kemudian pagar dibuka, dan seketika kami semua menyeruak berlomba- lomba masuk. Oh ya, sebenarnya ada dua gerbang untuk masuk ke Farm House. Karena kegesitan kami, akhirnya seketika kami sudah ada di dalam area Farm House dengan membayar tiket seharga Rp. 20.000. Tiket ini kemudian bisa ditukar dengan sosis bakar atau susu murni. Kami memilih menukarkan tiket kami dengan segelas susu murni, lumayan pemulihan tenaga setelah menunggu tadi.


Salah satu tempat penukaran tiket/ voucher

Susu murni Farm House
Sambil menikmati segarnya susu murni, kami terus berjalan masuk. Masih pagi, baru dibuka tapi pengunjung sudah begitu ramai.

Jalan masuk menuju area Farm House
Sepanjang jalan ini banyak terdapat tempat duduk jadi saat lelah, jangan ragu untuk istirahat sejenak :D, juga banyak terdapat tempat sampah, jangan buang sampah sembarangan!. Berikut beberapa spot yang sempat saya abadikan.

Toko Souvenir dan pernak- pernik orang kasmaran

Bagian dalam toko souvenir
 Tuh lihat sendiri kan isinya, semua yang dijual di sini bikin baper yang sedang single, hahahaaha

Jalan dengan pagar penuh gembok couple

Gembok alay
Ala- ala di Korea, banyak pasangan yang menyimpan gembok di pagar dengan harapan hubungan asmara mereka akan langgeng, so sweeeetttttt,,, huekkkkkk... (saya terlalu rasional dan terlalu 'deawasa' untuk melalukan ini,wkwkwk)


Bagian yang masih dalam renovasi
Ini masih area di luar, masih banyak lagi tempat- tempat unik di dalam Farm House. Cekidot....


Disediakan juga kostum yang bisa disewa

Salah satu restaurant di Farm House

Kita juga bisa memberi makan domba dan beberapa hewan lain

Rumah Hobbit
Nah ini nih maskotnya Farm House, Rumah Hobbit. Maaf ini gambar terbaik yang bisa saya dapatkan. Karena kalau mau mengambil gambar dari depan, harus antri, dan antrian panjangggggggggg sekali, Hayati lelah!.

Demikian perjalanan singkat kami di Farm House, kami kurang puas, salah sendiri datang di akhir pekan, wajarlah kalau pengunjung membludak. Kalau mau menikmati tempat wisata datang pas hari kerja, Insya Allah saingan sedikit, he he.

Kamis, 14 April 2016

I was born... To tell you I LOVE YOU!!!!

Daridulu saya memang gemar mendengarkan radio. Mungkin terdengar sedikit ketinggalan jaman, tapi ya saya menggemarinya. Mendengarkan radio memberikan keasyikan tersendiri, saya bisa mendapat referensi lagu- lagu yang sedang happening, mengetahui info banyak orang penting yang kadang luput dari berita- berita televisi atau hanya sekedar mendengar lagu yang direquest orang lain. Seperti semalam, saya tertegun mendengar sebuah lagu yang pastinya bukan lagu baru lagi dan sudah cukup familiar, tapi baru kali ini saya mendengar dengan saksama lagu ini ini. dan salah satu kalimat yang saya tangkap...
'I was born, to tell you I love you', wuihhhhhh entah karena sudah larut atau bagaimana saya tiba- tiba baper, hahahhaa.... Segera saya searching lagu tersebut dengan bermodalkan beberapa potongan kalimat yang saya ingat.

Taadaaaaaa............... trenyata ini lagu judulnya 'Your Call' dan dibawakan oleh secondhand Serenade... Pantas suara lembut mamas ini seperti tidak asing lagi ditelinga saya. Langsung saya download lagunya, dan beginilah kutipan lengkap lagu tersebut..

Gambar : Mbah Google

Waiting for your call, 
common sick,common I'm angry
common I'm desperate for your voice
Listening to the song we used to sing 
In the car, do you remember 
Butterfly, Early Summer
 It's playing on repeat, 
Just like when we would meet
Like when we would meet
 
Cause I was born to tell you I love you 
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight
 
Stripped and pollished, I am new,
I am freshI am feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh 
Cause every breath that you will take
When you are sitting next to me 
Will bring life into my deepest hopes,
What's your fantasy?(What's your, what's your...)
 
I was born to tell you I love you 
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight
And I'm tired of being all alone, and this solitary moment makes me want to come back home

Gimana? Wajar kan kalau saya jadi baper :D

Rabu, 06 April 2016

Semarang dalam sekejap

Malam ini sebenarnya saya berencana mau 'mengeksekusi' cucian yang mulai menumpuk, tapi si merah (laptop kesayangan) terus menggoda untuk 'digerayangi'. Baiklah, si merah menang, lagipula lebih baik kalau saya segera mengabadikan beberapa perjalanan singkat saya di sekitaran Semarang-Jogja pada bulan Maret kemarin sebelum menguap begitu saja. Baiklah, saya akan memulainya dengan kisah ngebolang sehari di Semarang.

Dari Bandung saya menaiki kereta api menuju Kota Semarang dengan harga tiket (kalau tidak salah ingat) Rp. 185,000. Awalnya saya ingin menggunakan bus, tapi apa daya jadwal tidak sesuai. Start dari Bandung sekitar pukul 21.15 WIB dan tiba di Semarang sekitar pukul 05.20 WIB. Oh ya, seperti biasa perjalanan kali ini bersama travelmate saya yang jauh- jauh dari Makassar menyusul ke Bandung dan bersama- sama kami berpetualang Semarang-Jogja. Waktu di Bandung teman saya kalap berbelanja, maklum lah ya dari ndeso dibawa ke Pasar Baru,hahahahahaha. Alhasil barang bawaan teman saya bejibun seperti barang bawaan transmigran dari desa ke kota,wkwkwkwk. Dan hal tersebut mutlak dan pasti menghambat perbolangan kami. Setelah berpikir keras (padahal dapat ide hasil browsing,wkwk) kami menemui petugas keamanan di stasiun, Alhamdulillah Mamas satpam cakep bersedia membantu kami asal paling lambat kami mengambil barang jam 3 sore dan memberikan tip kepada temannya yang giliran jaga pada jam 3. Tanpa pikir panjang langsung kami sabet tawaran itu. Dan.... dimulailah petualanagn di Kota Semarang.

Keluar dari stasiun kami berjalan kaki menuju kawasan Kota Tua dengan bantuan google maps dan bertanya pada orang- orang yang kami temui, lumayan sekalian melihat- lihat karena ini kali pertama kami menginjakkan kaki di Semarang. Sempat shock juga di sekitaran kolam di depan stasiun ada beberapa orang gila, hiiiiii.. Setelah sempat nyasar- nyasar, akhirnya kita sampai di kawasan Kota Tua. Agak kecewa juga karena hanya terdiri dari beberapa bangunan tua, pikiran saya terlalu jauh, saya pikir tempat ini setidaknya mirip Kota Tua di Jakarta, heheheh...

Kawasan Kota Tua Semarang
 

Maaf ya perjalanan edisi kali ini saya agak malas mengambil gambar, jadi ini saja gambaran sedikit Kota Tua Semarang. Lumayan kan, apalagi modelnya :D. Oh ya, pas di depan bangunan ini merupakan jalan yang cukup padat dilalui pengendara motor sehingga harus sedikit sabar kalau mau foto- foto atau sekalian datang pagi- pagi.

Dari kawasan Kota Tua kami pindah ke  Gereja Blenduk yang meruapakan gereja kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun masyarakat Belanda pada 1753. Sekali lagi maaf saya sedang tidak mood buat memotret :D. Bangunan gereja ini berwarna putih dengan atap merah.

Karena matahari sudah mulai meninggi dan Kota Semarang panasnya cetarrrrrrr, dari Gereja Blenduk saya mengajak teman saya buat naik taxi saja menuju destinasi berikutnya, Lawang Sewu. Jarak menuju Lawang Sewu tidak begitu jauh sekitar 10 menit, apalagi lalu lintas yang lancar.

Lawang Sewu merupakan salah satu landmark Kota Semarang, jadi kalau ke Semarang wajib hukumnya mengunjungi Lawang Sewu. Lumayan sekalian menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah. Sebagai informasi, Lawang Sewu terletak tepat di depan Tugu Muda. Lawang Sewu sendiri merupakan kantor dari  Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Gedung ini disebut Lawang Sewu karena memiliki jumlah pintu yang sangat banyak, walaupun sebenarnya jumlahnya tidak mencapai seribu. Untuk memasuki area ini kita harus membeli tiket masuk seharga Rp. 10,000/org. Nah, ini beberapa gambar di Lawang Sewu yang sempat saya abadikan. Cekidot :)

Lawang Sewu tampak dari depan
'seribu' pintu

Lawang Sewu tampak dari halaman sebelah dalam
Museum


Museum ini berisi hal- hal mengenai sejarah perkereta-apian di Indonesia. Maaf saya tidak bisa mengulasnya secara mendetail karen masih ada 3 destinasi lagi yang mesti kami kejar. Tidak semua bagian Lawang Sewu kami masuki, karena seperti yang saya katakan tadi, masih ada 3 tempat wajib lainnya yang mesti saya kunjungi.

Klenteng Sam Po Kong adalah destinasi kami berikutnya, masih terletak di dalam Kota Semarang dan tidak begitu jauh dari Lawang Sewu, sekitar 15 menit menggunakan taxi. Tiket masuk ke klenteng ini saya lupa berapa, kalau tidak salah Rp. 10,000/org. Di Klenteng Sam Po Kong kami menghabiskan waktu lebih lama dibandingkan di Lawang Sewu, karena Semarang panasnya cetarrrrrrrrrrrrrr dan bikin mood menguap, yang membuat saya semakin malas mengambil gambar.

Parkiran Klenteng Sam Po Kong
Bangunan tempat sembahyang
Patung Laksamana Cheng Ho
Saat kami berkunjung merupakan akhir pekan, jadi klenteng sangat ramai pengunjung, baik pengunjung yang hendak sembahyang ataupun pengunjung biasa seperti kami. Di sini pengunjung juga bisa menyewa kostum ala Tionghoa. Area Klenteng Sam Po Kong tidak begitu luas jadi tidak banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengeksplornya.

Sekarang kami bergeser agak menjauh dari Kota Semarang karena kita akan mengunjungi kompleks Vihara Buddhagaya Watugong di mana di sana terdapat Pagoda Avalokitesvara yang merupakan pagoda tertinggi di Indonesia. Tempat ini terletak di jalan menuju Ungaran yang akan kita lewati kalau hendak ke Yogyakarta. Dari Kota Semarang kami menggunakan BRT dan kemudian dilanjut dengan berjalan kaki karena halte BRT agak jauh sebelum vihara. Perjuangan kami tidak sia- sia karena pagoda yang menjulang tinggi begitu indah menghapus segala kelelahan, he he he.

Pagoda Avalokitesvara

Patung Dewi Kuan In

Patung Budha
Oh ya, untuk memasuki area vihara ini tidak ada tiket masuk, kita hanya menyumbang seikhlasnya saja, baik sekali bukan? :D. Pada saat memasuki pagoda kita akan disambut dengan patung Kwan Sie Im Po Sat yang cukup besar, di depannya terdapat perlengkapan untuk sembahyang. Di bagian lain pagoda juga terdapat beberapa patung juga, maaf saya tidak memotret semuanya karena kami berpacu dengan waktu, seperti yang saya katakan sebelumnya.

Untungnya kami tidak terbius untuk berlama- lama menikmati kemegahan pagoda, karena jarak destinasi terakhir kami benar- benar jauhhhhhhh sekali dari pagoda. Jadi kami harus berjalan kaki lagi sekitar hampir 500m menuju halte BRT kemudian 2x naik BRT dan melanjutkan perjalanan menggunakan taxi menuju Mesjid Agung Jawa Tengah, ya ini adalah tujuan terakhir kami edisi bolang di Semarang kali ini dan merupakan tujuan yang paling ingin saya kunjungi, saya mau sholat di sini :D.

Perjalanan betul- betul jauh, mana BRT penuh sesak, kami harus bergelantungan seperti tarsanwati, panas yang luar biasa cetar, dan kami belum makan siang, sempurna!!. Saya merasa tenaga saya benar- benar terkuras, apalagi setelah 2x kami naik BRT cukup lama baru kami mendapatkan taxi. Dan yang membuat semuanya menjadi semakin sempurna bikin keselnya, setelah panas mentereng tiba- tiba turun hujan. Saya jadi sakit kepala, hiksss....

Tapi saya bersyukur bisa melaksanakan sholat dhuhur (meskipun agak terlambat) di mesjid megah ini. Selesai sholat kami tidak sempat melihat- lihat area mesjid yang lainnya, karena sudah pukul 14.30 dan kami harus segera ke stasiun 'menjemput' barang titipan tadi.

Halaman depan Mesjid Agung Jawa Tengah
Saya hanya sempat mengabadikan halaman depan mesjid dengan payung- payung raksasa. Kapan- kapan kalau ada kesempatan ke Semarang, saya harus ke mesjid ini lagi!. Luar biasa, bisa juga kami dalam sekejap di Semarang bisa mengunjungi beberapa destinasi.

Senin, 21 Maret 2016

Baper in the morning...

Tidakkkkkk hari ini aku telat bangun, untung masih bisa menyelamatkan sholat subuhku :).
Dan di pagi- pagi ini aku tiba- tiba teringat salah satu lagu Sheila on 7, lupa- lupa ingat juga sama judulnya. Jadi setelah selesai membereskan kamar dan membuat sarapan buatku dan buat adik manja ini, kubuka laptop untuk mencari lagu Sheila on 7 yang tiba- tiba terngiang di ingatanku.. Yapp!!! Ketemu juga, judulnya 'Tunjukkan Padaku', setelah kudengar... YASSALAMMMMMMMMMMMM!!!!! Tiba- tiba ingat............ hiksssss huaaaaaaaaaa, I miss you stupid!!!

Minggu, 06 Maret 2016

Diserempet motor itu rasanya......

Bandung dan hujan!
Dua hal ini belakangan ini membuat saya baper. Kali ini bukan tentang Si Kampret dan Si Ular Betina, lebih dari mereka, bahkan hujan kali ini hampir menjadi saksi saya 'menemui' almarhum nenek.

Bandung, 6 Maret 2016....
Hujan rintik- rintik agak deras (nah lho maksudnya??? :D).. Pukul 19.15an, seperti biasa ini jadwal saya dan teman- teman buat makan malam. Malam ini yang pergi makan malam berempat denagn saya. Seperti biasa, selama perjalanan kami berbincang- bincang.. Sampai pada di ujung jalan saat kami harus menyeberang, satu dari teman saya sudah menyeberang duluan dan saya mengikutinya karena kondisi jalanan yang sangat memungkinkan buat menyeberang. Karena merasa dua teman yang lain belum mengikuti jejak kami, saya refleks memanggil salah satu dari mereka, kejadiannya begitu cepat, 2 detik berselang setelah saya melafalkan nama teman saya, kudengar satu dari dua teman yang belum menyeberang berteriak memanggil saya sambil berteriak, 'AWASSSSS!!!!!!' , belum sempurna seruan itu dicerna oleh gendang telinga saya, tiba- tiba, 'BUKK', sebuah benda padat dengan kecepatan tinggi menubruk tubuh bagian kanan belakang saya dan seketika terdengar benda padat tersebut terdengar bertubrukan dengan aspal.
ASTAGFIRULLAH!!!!!!.

Gambar: Mbah Google

Masih merasakan kaget dan sakit yang cukup keras saya menoleh ke sumber suara dan tadaaa......... sebuah motor plus pengendaranya (ya iyalah,hhahha) mendarat mesra diatas aspal di seberang jalan. Berbondong- bondong warga yang ada di YKP menolong si pemuda yang ngebut tadi. Masih shock dan masih beradaptasi dengan rasa sakit yang saya dapat dalam hati saya membatin, 'Hey, korban sebenarnya ini aku!!'.
Tidak lama berselang, 2 teman yang belum menyeberang tadi akhirnya ada di posisi saya berada, juga dengan ekspresi shock mereka menanyakan keadaan saya dan menenangkan kalau itu bukan salah saya (mungkin mereka membaca ekspresi wajah saya, yang sebenarnya adalah ekspresi KESAKITAN, bukan merasa bersalah,huhhh). Karena melihat saya hanya diam, teman saya merasa saya baik- baik saja dan bahkan pikiran kreatifnya malah berhasil menciptakan sebuah lelucon dari insiden tadi. Menurut mereka saya sangat luar biasa, wanita perkasa lah, apalah.... massa saya yang 'bagus' lah karena walaupun ditabrak dengan kecepatan cukup tinggi (menurut pandangan mereka) saya masih berdiri kokoh tak bergeming dan malah motor tersebut yang tersungkur menyapa aspal. Asal kalian tahu, PANTATKU SAKIT SEKALIIIIIIII!!!!!!!