Well, saya akan mulai bercerita mengenai trip singkat saya di Filipina. Ada beberapa tempat yang saya kunjungi, saya akan memulai wisata dalam Kota Manila, Intramuros dan Rizal Park.
Sebenarnya Filipina bukan termasuk daftar negara yang ingin saya kunjungi dalam waktu dekat ini, tetapi karena sebuah 'kekhilafan' akhirnya terbeli tiket AA (maskapai kesayangan backpacker,haha) 12 - 15 Mei 2017. Btw, kemarin saya lagi sial, di bandara Taipei (Taoyuan Int. Airport) semua barang yang dibawa ke kabin harus ditimbang, berdasarkan pengalaman- pengalaman sebelumnya saya tidak pernah membeli bagasi, orang cuma bawa daypack. Eh, ternyata berat daypack saya lebih dari 7kg. Saya harus bayar bagasi 1200 NT (1NT = Rp. 441, kalikan saja sendiri 😑). Sebenarnya sih masih bisa diakali, tapi berhubung saya pergi sendirian dan kayaknya bakal ribet kalau mau menerapkan 'tips' menghindari bagasi, jadi saya relakan 1200 NT saya.
Taipei - Manila memakan waktu 2 jam 10 menit. Saya sengaja memilih penerbangan dini hari, jadi sampai Manila pagi hari jadi bisa langsung action sebelum ke hotel (meskipun harus memanggul daypack yang lumayan berat). Dari bandara Ninoy Aquino saya memilih naik bus menuju kota. Tiket bus nya 200 peso (1 peso = Rp. 267), standar lah untuk urusan transportasi di bandara. Oh ya, banyak taxi yang beroperasi di dalam bandara, tetapi saya lebih memilih bus karena harganya yang juga pasti dan bus yang saya naiki rutenya melewati Intramuros, tujuan pertama saya. Bus nya sih bagus, yang mengecewakan itu lamaaaaaaaaaaaa sekali baru datang, padahal Abang penjaga loket bilang kalau busnya akan tiba 10 menit, dasar PHP, hampir 2 jam baru datang 😞😞 (kayak mata uangnya peso yang secara internasional dikenal sebagai PHP).
Dari bandara menuju Intramuros memakan waktu kurang lebih satu jam. Penjaga loket sudah memberi tahu sopir bus untuk menurunkan saya di Intramuros, kata si penjaga ke saya, saya akan diturunkan di Manila Cathedral yang merupakan salah satu landmark Kota Tua Intramuros, Manila. Tetapi faktanya sopir bus menurunkan saya di gerbang Intramuros. Saya belum tahu, ini tempat turun yang tepat ata bagaimana, blog- blog yang membahas trip di Intramuros tidak memberikan penjelasan secara rinci. Ada yang bilang cukup jalan kaki saja mengitari Intramuros, ada juga yang bilang kita mesti naik tricycle (kendaraan khas Filipina, motor yang dimodifikasi sedemikian rupa). Berdasarkan hasil baca- baca saya dari berbagai sumber, tukang tricycle di Intramuros suka mengakali wisatawan, yang pada akhirnya kita harus membayar biaya yang sangat tidak masuk akal. Jelas dong saya memilih jalan kaki saja. Memasuki gerbang Intramuros saya sempat bingung, ke kanan atau ke kiri, dan tidak tahu kenapa feeling saya membimbing saya memilih arah kiri,ha ha. Sebelah kiri jalan terpampang tembok seperti benteng pada umumnya. Saya mulai PD kalau saya memilih jalan benar dan semakin semangat jalan untuk mencari pintu masuknya. Setelah berjalan sekitar 200m, jalanan semakin sepi, ngeri juga, saya sedikit panik tetapi saya terus berjalan.
Jalan yang saya lewati |
Beginilah penampakan salah satu titik di Intramuros sekitar pos polisi. Setelah jalan mendekati pinggiran benteng, ternyata ada lapangan golf, ahha... ini lapangan golf yang legendaris itu.
Lapangan golf di dalam kompleks Intramuros |
Kemudian saya beranjak untuk mengitari sisi kiri benteng, pas di depan pos polisi saya menanyakan lokasi Manila Cathedral. Setelah Pak Polisi menjelaskan dengan sangat detil, saya langsung balik kanan menuju Manila Cathedral dan lupa misi sebelumnya, mengitari sisi kiri benteng! hahaha.
Dan jarak yang saya tempuh lebih jauh dari sebelumnya 😝😝. Saya melewati sebuah kampus, ah lupa namanya, kelihatannya kampus tersebut salah satu kampus ternama di Manila (berasa dari auranya, wkwk). Nuansa kota tua semakin kuat. Bangunan- bangunan di sepanjang jalan terlihat vintage.
Oh ya, sebelum Manila Cathedral, saya terlebih dahulu akan melewati Gereja St. Agustin, salah satu landmark dari Intramuros juga. Btw, Intramuros ini menurut saya adalah kompleks kota tua yang sebenarnya, luas banget!. Lelah Hayati jalan kaki bawa daypack cukup berat, mana haus, mataharinya Manila kejam, komplit!. Jangan samakan Kota Tua Jakarta atau Kota Tua Semarang, Intramuros entah berapa kali lipat lebih luasnya.
Gereja St. Agustin |
Gereja St. Agustin |
Finally, yeaaayyyyyy!!!!!! Gereja St. Agustin berdiri megah di depan mata. Sesampainya saya di sana, beberapa pria menghampiri saya menawarkan paket wisata berkeliling Intramuros. Of course semua saya tolak, wong sudah sampai St. Agustin ini, nanggung Om. Ada juga yang gigih ngeyel menawarkan jasanya sampai bikin BT.
Waktu itu gerejanya tutup, sedang tidak ada ibadah. Padahal saya penasaran ingin melihat bagaimana isi di dalam sebuah gereja. Setelah cekrak cekrek beberapa gambar saya akan melanjutkan perjalanan ke Manila Cathedral, tetapi saya berhenti di jejeran gedung tua tepat di seberang St. Agustin, seperti sebuah restaurant, kebetulan saya sedang haus, jadi saya masuk ke dalamnya.
Unfortunately, masih tutup!. Alhasil saya duduk sejenak di sebuah ruangan yang juga masih tertutup. Dan ternyata ini sebuah museum, hahaha.
Museum di kompleks Intramuros |
Tadaaa...... ini dia yang daritadi kucari- cari!. Seperti bangunan- bangunan lainnya di Intramuros, aura vintage sangat terasa pada gereja ini. Dan, gereja ini terbuka untuk umum. Yeayyy, finally I saw what is inside of a curch!, hehe..
Bangunannya megah dengan langit- langit yang tinggi. Saya hanya sebentar di dalamnya, sungkan, karena ini tempat ibadah, yang jelas penasaran saya sudah terobati, he he.
Bagian dalam Manila Cathedral |
Taman di depan Manila Cathedral |
Gedung di sekitar Manila Cathedral |
Untuk menghemat tenaga, saya naik e-trike, tricycle yang dimodifikasi lebih modern dan lebih aman dari tricycle yang asli. E-trike ini hanya beroperasi di kawasan Intramuros dan ternyata cuma 25 peso, drivernya tidak bisa memainkan harga karena kalau naik e-trike kita harus membeli karcis alias tidak bayar langsung ke driver. E-trike ini hanya mengantar saya sampai keluar area Intramuros. Berikutnya saya menyeberangi jalan, dan di sanalah Rizal Park. Tetapi pintu masuknya terdapat di sisi lain, jadi saya harus jalan memutar. Dari balik pagar, saya melihat banyak orang yang tidur 'berjamaah' di taman tersebut. Wajar sih, Kota Manila sangat panas.
Rizal Park |
Rizal Park |
Selama di Rizal Park saya berbincang- bincang dengan petugas keamanan yang berjaga di sana. Namanya Agyolo, dia sangat kaget mengetahui saya bukan Pilipino (sebutan untuk orang Filipina) dan datang sendiri ke sana. Dia memberikan wejangan yang cukup panjang. Saya merasa was- was, apakah Kota Manila tidak aman?. Memang sih beberapa blogger menuliskan bahwa mereka sangat berhati- hati dalam menggunakan gadget dan kamera mahal di tempat umum, takut memancing. Begitupun saya, saya menggunakan kamera saya kalau saya rasa aman.
Agyolo pun menawarkan diri untuk mengantarkan saya jalan- jalan keliling Kota Manila di malam hari selepas dia bertugas. Dia bilang akan menjemput saya di hotel pukul 8 malam. Saya hanya bilang iya, dan tentu saja dalam hati saya menolak keras niat baiknya. Dia kan orang asing, kita harus waspada bukan? hehehe. Untungnya saya tidak membeli nomer seluler Filipina, jadi saya aman. Agyolo memberikan saya nomer selulernya dan meminta saya menghubunginya via telpon hotel. Oh no!! tentu saja tidak!.
Untungnya, rekan kerja Agyolo memanggilnya, ada masalah di sisi lain Rizal Park. Sepeninggal Agyolo, tanpa ba bi bu saya pun meninggalkan Rizal Park bergegas menuju hotel. Walaupun masih jauh dari pukul 2, tapi saya sudah cukup lelah dan memilih untuk menunggu di lobi hotel saja.
Beberapa orang mengatakan kalau saya bisa berjalan kaki dari Rizal Park menuju Hop Inn Ermita, hotel tempat saya menginap selama di manila. Pun Google maps mengamini pendapat mereka. Saya berjalan keluar melalui pintu utama Rizal Park.
Berikut beberapa gambar di Rizal Park yang saya lalui.
Setelah keluar dari Rizal Park, saya masuk ke jalan kota. Saya harus berhati- hati karena jalan cukup padat dan pengemudi di sana tidak kalah ugal- ugalan dengan pengemudi di Indonesia, ha ha ha.
Dan akhirnya saya menyerah untuk berjalan kaki, panas 😑😑. Saya mengakhiri nyeker dengan menyetop taxi. Cukup deg- degan juga takut kena tipu, mengingat reputasi driver taxi di Manila yang mendapat penilaian minus dari banyak traveller. Dan benar saja, saya kena tipu juga!. Karena tahu jarak tujuan yang tidak begitu jauh, si driver mematikan argo dan langsung mematok harga 100 peso. Sedih sih, tapi mau apa dikata, Hayati sudah lelah bang!
Peso Filipina |