Saat ini saya sedang melanjutkan kuliah jenjang magister di negeri formosa, tempat lahirnya bintang F4 yang dulu sangat populer di Indonesia di era 2000-an. Sebenarnya Idul Fitri 1438H kampus- kampus di Taiwan sudah libur dari aktivitas akademik, sama halnya dengan kampus saya, National Dong Hwa University. Eh tapi, advisor saya tidak memberi izin mudik 😑😑. Alasannya supaya saya lebih gampang dipantau, dan saat libur summer beliau mau saya mulai mengolah data untuk tesis saya. OK, masuk akal!. Alhasil ini menjadi pengalaman pertama saya benar- benar sebatang kara saat lebaran. Untung Mbak Mommy Iren yang baik hati juga tidak mudik saat lebaran, jadi rasa sedih sedikit terobati.
Di Taiwan saya tinggal di Hualien County, kalau d Indonesia setingkat provinsi lah, tapi jangan bayangkan provinsi di negara kita yang luas- luas, Taiwan sangat seiprit kalau dibandingkan dengan tanah air. Di Hualien belum ada mesjid, jadi saya berencana ke Taipei untuk sholat ied di Taipei Grand Mosque bersama Mommy yang memang tinggal di sana.
Dari tempat tinggal saya ke ibukota negara bisa ditempuh sekitar 2 jam 30 menit menggunakan kereta cepat. Tapi waktu itu, rencana berlebaran di Taipei penuh drama. Tiket kereta sebenarnya sudah saya beli H-7 lebaran (karena tiket selalu cepat sold out). Ternyata tiba- tiba advisor saya memindahkan jadwal bimbingan rutin ke hari jumat, hari di mana saya berangkat ke Taipei pada pukul 07.10, dan jadwal bimbingan pukul 14.00. OMG!!!. Bingung dong!. Tapi saya tidak putus asa, saya ke stasiun untuk me-reschedule jadwal keberangkatan saya untuk Sabtu pagi saja, toh Idul Fitri jatuh pada hari minggu.
Ternyata saya sedang tidak beruntung, semua tiket ke Taipei sold out sampai hari minggu. Wah, bagaimana ini, apalagi tiket balik Taipei - Hualien juga sudah terbeli. Alhamdulillah berkat saran seorang Kakek yang melihat saya galau di depan loket pembelian tiket, akhirnya terpecahkan juga masalah ini. Beliau memberikan saran kalau saya bisa naik kereta sampai stasiun Luodong dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Taipei menggunakan bus. Whatever lah, saya sudah tidak peduli, yang jelas saya bisa sampai di Taipei!.
Drama berebaran di ibukota tidak berhenti sampai di sini. Yang namanya drama pasti berlarut- larut bukan?, seperti drama korea 😅😅.
Bimbingan yang biasanya cuma 1 jam, hari ini Prof betah banget bahas proposal saya, duh. Mana kereta ke Luodong dari Hualien, saya tinggal di Shoufeng Township, ke Hualien naik bus sekitar 40 menit dan kalau naik kereta cuma 20 menitan. Masalahnya, saya tidak tahu jadwal bus dan kereta ke Hualien. Ngeri juga membayangkan kalau harus ketinggalan kereta ke Luodong, artinya......batal ke Taipei.
Saya sudah tidak menyimak lagi pembahasan dari advisor saya, mata saya sudah terkonsentrasi kepada detak jam tangan yang saya pakai. Akhirnya Prof menutup meeting dan tanpa ba bi bu saya langsung merapikan meja meeting, merapikan meja kerja kerja saya di lab dan berhambur secepat kilat.
Kalau mau naik bus ke Hualien dari kampus saya, cukup menunggu di perpustakaan. Saya memacu sepeda secepat mungkin menuju perpustakaan. Di sana nampak sepi, maklum karena libur summer. Setelah memarkir sepeda, saya melihat jadwal bus yang tertempel. Ada 3 provider bus yang melayani tujuan ke Stasiun Hualien. Karena jadwal yang ditulis dalam aksara Cina, saya benar- benar tidak mengerti dari dan tujuan serta jadwal berangkat dan tiba. Saya cuma punya waktu 1 jam sebelum keberangkatan kereta dari Hualien - Luodong, sedangkan posisi saya masih di kampus. Di sini, saya mulai pasrah dan ikhlas seandainya ketinggalan kereta. Naik taxi juga percuma, jam macet. Saya putuskan untuk naik kereta karena tidak ada tanda- tanda akan datangnya bus yang akan saya tumpangi.
Lagi, saya mengayuh sepeda secepat mungkin sambil berdoa ke Stasiun Zhixue, ini adalah stasiun terdekat yang bisa saya jangkau dengan sepeda. Hujan rintik tidak saya pedulikan lagi, yang jelas sampai stasiun.
Alhamdulillah, finally sampai stasiun dan sepi, jadi saya bisa membeli tiket tanpa antri. Tiket ke Hualien sudah ditangan, tapi tetap dag dig dug karena waktu saya semakin terbatas, dan keberangkatan kereta ke Hualien delayed! Astagfirullah, apa lagi ini?. Tidak biasanya Taiwan yang super on time seperti ini. Lagi, pesimis saya semakin memuncak. Tapi saya tetap pasrah duduk sambil berdoa.
Sekitar 35 menit dalam gundah gulana akhirnya tiba juga di Stasiun Hualien. OMG!!! Pukul 16.38, keretanya berangkat 16.40. Mana saya tidak tahu di peron mana, karena tiketnya tertulis dalam aksara Cina, duh!. Saya tidak peduli lagi, saya todongkan tiket saya ke petugas yang sedang sibuk, untuk menunjukkan di peron mana kereta yang hendak saya naiki. OMG! Di atas rupanya. Saya berlari seperti orang kesurupan membelah lautan penumpang yang sangat padat.
Alhamdulillah, sampai di depan kereta. Tanpa ba bi bu saya langsung masuk, urusan belakangan kalau salah gerbong, yang penting naik kereta dulu. Dan..... sesaat saya menjejakkan kaki di dalam kereta, kereta langsung jalan. Masya Allah, saya terharu!!.
Disetiap kejadian memang selalu ada hikmahnya. Hikmahnya, saya jadi tahu kalau ke Taipei bisa mix kereta dan bus. Hikmah berikutnya, saya bisa menikmati indahnya pemandangan dari Luodong - Taipei, Masya Allah.
1 Syawal 1438 H.
Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir batin!
Alhamdulillah. Rasanya begitu haru bisa menyelesaikan puasa Ramadhan (walaupun sebagai wanita tidak bisa puasa sempurna 1 bulan) dengan tantangan yang berbeda, apalagi pas musim panas yang panasnya Subhanallah!.
Alhamdulillah bisa merayakan Idul Fitri 1438 H bersama umat muslim dari berbagai penjuru dunia, di mana kami adalah kaum minoritas di Taiwan. Euforia Idul Fitri terasa begitu lebih khidmat daripada berlebaran di negeri sendiri, walaupun minus keluarga dan penganan khas Idul Fitri.
Taipei Grand Mosque |
Buruh Migran Indonesia mendominasi jemaah sholat Idul Fitri 1438H di Taipe Grand Mosque |
Kalau melihat 3 gambar di atas rasanya seperti di Indonesia ya. Ternyata umat muslim dari Indonesia yang di Taipei banyak juga ya. Ini diluar ekspektasi saya. Mereka inilah para pahlawan devisa. Ini baru di Taipei Grand Mosque, belum di tempat- tempat lainnya yang juga digelar sholat ied, salah satunya di Taipei Main Station.
Muslim Taiwanese |
Oh ya, cukup banyak juga lho penduduk lokal Taiwan yang juga muslim. Rasanya gimana gitu lihat Jiejie, Gege, Shushu, Ai dan kerabat- kerabatnya mengenakan busana muslim, hehehe.
Muslim Afrika juga banyak yang turut hadir meriahkan sholat Idul Fitri 1438H di Taipei Grand Mosque. Ini benar- benar pengalaman berharga dalam hidup saya, berkumpul dengan saudara- saudara muslim dari berbagai penjuru dunia. Kita beragam dan kita besar!. Inilah unity in diversity yang sebenarnya!. Masya Allah!.
Om- om ini sepintas tampilannya kayak mafia di film- film kan? hahahaha.
Suka cita Idul Fitri dilengkapi dengan hunting makanan, yang pastinya didominasi makanan khas Indonesia, secara yang jualan adalah Mbak- Mbak dari Indo, hehe. Saking enaknya makanan nusantara, saya dengar ada orang asing yang bilang ke temannya, 'Gila, ini makanan apa namanya? Enak sekali, bikin ketagihan, mau beli lagi ah!'. hahahaha.