Pengikut

Kamis, 30 April 2015

Daun gatal dari timur

Beberapa hari lalu waktu saya ke Ambon, kebetulan ada teman saya yang tinggal di sana. Dia mengajak saya mengunjungi kampung halaman neneknya, sebuah daerah yang merupakan 'kampungnya' para pemain sepak bola. Tulehu nama daerahnya. Konon bnayak pemain sepak bola berbakat berasal dari sini. Tulehu sendiri secara administratif terletak di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Berkendara sekitar satu jam dengan jalanan naik turun ke puncak gunung (kayak lagu anak kecil,heheh) dan hamparan laut yang begitu indah dengan pasir putih terasa menyenangkan. Apalagi saat ke Tulehu kita pasti akan melewati Pantai Natsepa yang menjadi salah satu tempat wisata terkenal di jika berkunjung ke Kota Ambon juga menjadi penyemangat tambahan. Tapi sayang saat itu saya tidak mampir ke Pantai Natsepa. Oh ya di sekitar Pantai Natsepa berjejer penjual rujak yang cukup banyak berderet. Katanya rujak di Pantai Natsepa enak lho!, sayang lagi saya tidak mencobanya,hehehhe..

Lagi dan lagi, saya hanya mengabadikan semua keindahan yang saya lalui dalam memori otak saya, terkadang saking takjubnya saya malah lupa memfoto, padahal saat itu saya pegang kamera lho!,hahahahah.

Taadaaaaaa.....akhirnya sampai juga di Salahutu. Saat memasuki Tulehu (Ibukota kecamatan Salahutu) kita akan disambut dengan tulisan,'Selamat Datang di Kampung Sepak Bola Tulehu', maaf lagi saya tidak memotretnya, tapi ada kok gambarnya di Mbah Google,heheheh.
Di sinilah tempat para pemain sepakbola bertalenta dilahirkan, di sini juga lokais syuting film Bintang dari Timur : Beta Maluku yang diperanin sama Chiko Jericho. Tapi yang mau saya bahas bukan Tulehu dan sepak bolanya, tapi Tulehu dan gaun gatalnya!.

Pasti banyak yang belum familiar dengan daun gatal kan!. Daun gatal atau yang biasa juga disebut daun salahutu oleh masyarakat lokal Tulehu konon hanya ada di timur Indonesia, yakni Maluku dan Papua. Masyarakat lokal menggunakan daun gatal ini untuk menghilangkan rasa pegal- pegal. Tapi sebelum rasa pegal hilang, terlebih dulu kita merasakan sensasi gatal dan rasa 'aneh' tertusuk- tusuk, dan bagi yang pertama kali menggunakannya seperti saya akan shock melihat efek dari daun gatal, cekidot :D

Daun gatal dari timur
Nah lho, merinding kan melihatnya. Saya sangat kaget nyaris jantungan (berlebihan ya, hehe) melihat tangan saya berubah penampakan jadi mengerikan. Di luar penampakan tangan saya yang jadi mengerikan akibat daun gatal, ada rasa nyaman yang ditimbulkan, seperti diolesi balsem atau salonpas, sejuk- sejuk gitu lah pokoknya. Semakin lama bentol- bentol di tangan saya semakin membesar, saya semakin panik dong. Tapi kata teman saya itu tandanya bentol- bentolnya sudah mau menghilang. Saya hanya berdoa dalam hati semoga bentol- bentol ini cepat enyah. Alhamdulillah, benar saja, lama kelamaan bentol- bentol ini semakin memudar :D. 

Damai selalu untukmu Ambon

Wah sudah lama blog ini tidak pernah dijenguk. Maklum wanita karir sangat sibuk belakangan ini :).
Beruntung bagi saya diberi kesempatan untuk berkunjung ke kota kecil di timur Indonesia, kota Ambon. Sebenarnya sih tujuan utamanya ke Pulau Buru, 9 jam dari kota Ambon. Tapi saya akan sedikit bercerita mengenai pengalaman saya di Kota Ambon.

Lagi dan lagi saya sangat beruntung punya teman yang tinggal di Kota Ambon, jadi lumayan ada tempat nebeng, daripada menginap di wisma atau hotel, hehehhe. Teman saya tinggal di daerah Tantui, tidak jauh dari pusat kota. Dan yang paling saya suka, tidak seperti kebanyakan tempat di Indonesia Timur yang moda angkutan umumnya sangat jarang, di Ambon ini, angkutan umum nya lancar sampai tengah malam dan melayani sampai ke pelosok sekitaran Ambon. Dan yang kerennya lagi, tarif angkot cuma 3 ribu rupiah!!!. Lumayan lah kelayapan ke mana- mana tidak usah pikir panjang. Jadinya hari itu saya putuskan akan berpelesir di pusat kota, tujuannya mau ke Tugu Perdamaian Dunia.

Karena Kota Ambon ini tidak seberapa besar, hanya beberapa menit saya sudah sampai di pusat kota. Saya memilih turun di depan Mesjid Al-Fattah. Kata teman saya dari al-Fattah akses ke mana- mana dekat dengan berjalan kaki, dan angkot yang saya naiki tidak langsung menuju Gong Perdamaian Dunia. Lumayan berjalan kaki melihat hiruk pikuk di pusat kota.

Setelah mampir makan siang di salah satu Rumah Makan Padang sekitaran Al-Fattah dan sholat azhar (makan siangnya rada telat) saya melanjutkan perjalanan ke Gong Perdamaian dengan berjalan kaki melewati kompleks ruko yang cukup sibuk dengan aktivitas perdagangan. Di sana- sini juga banyak yang menjual ole- ole khas Ambon. Sempat menyesal juga tidak jepret sana- sini, padahal banyak objek yang bisa diabadikan. Sudahlah, sudah berlalu ini.

Cukup lelah juga sampai akhirnya tiba di Gong Perdamaian Dunia. Yeayyyyyyyyy sampai juga! Kami tiba di sisi belakangnya, sempat kebingungan di mana pintu masuknya, karena saya salah jalan, akhirnya berputar baru dapat pintu masuknya, hahahha. Saya menertawai diri sendiri saking girangnya melihat Gong Perdamaian jadi tidak peduli walaupun mesti harus jalan memutar. Finally, sampai juga di pintu masuknya, eitss bayar 5 ribu dulu buat karcis masuknya.
Gong Perdamaian Dunia dari arah depan

Karena masih ada sekelompok ABG labil yang berfoto- foto di area gong, saya memilih mengalah dan mengitari taman yang mengelilingi Gong Perdamaian.


Terdapat meja- meja yang ada penutupnya seperti payung, lumayan buat nongkrong- nongkrong, sayang tidak ada kursinya.  Waktu saya datang tidak begitu ramai, hanya ada beberapa pengunjung, sekelompok ABG labil tadi dan serombongan keluarga yang sepertinya sedang piknik di taman, karena saya melihat mereka membawa perbekalan makanan,hehehhe.

Gong Perdamaian Dunia tampak samping


Gong Perdamaian Dunia dari dekat
Akhirnya sekumpulan ABG labil itu enyah juga, hehehhe. Sekarang waktunya kita mendekat dengan Gong Perdamaia. Saat mendekat pada salah satu icon Kota Ambon ini, ada rasa yang berdesir dari dalam hati saya *ttsahhhhhhh,hhahha. Pikiran saya flashback ke masa- masa beberapa tahun silam saat kota kecil ini dilanda perang akibat SARA. Pertumpahan darah, korban jiwa, pengungsi dan hal buruk lain akibat perang saudara ini terlintas dalam pikiran saya. Semoga dengan adanya Gong Perdamaian Dunia bisa membuat Kota Ambon yang sangat manise ini menjadi aman, tenteram dan damai, aamiin!!

Oh ya, Gong Perdamaian yang ada di Ambon merupakan gong ke-39 di dunia. Di Indonesia sendiri, Gong Perdamaian Dunia juga ada di Bali. Di tengah- tengah gong terdapat bola dunia dan disekelilingnya terdapat semua bendera negara- negara yang ada di dunia. Avignam jagat samagram, damailah bumi beserta isinya, aamiin!!

Puas mengamati Gong Perdamaian Dunia, saya putuskan untuk beralih ke seberang jalan, di mana terdapat gedung pusat pemerintahan Provinsi Maluku dan Kota Ambon. Sekalian cuci mata, di sana sedang ramai, banyak yang sedang berolahraga, siapa tahu ada cowok manise *maafkan aku Jake Gyllenhaal :D

Kantor Gubernur Provinsi Maluku

Kantor Walikota Ambon
Tidak salah kalau lokasi ini disebut Ambon City Center (ACC) karena semuanya benar- benar ada di sini. Lapangan yang terletak di depan Kantor Gubernur Maluku dipadati masyarakat Ambon untuk berolahraga atau sekedar santai menikmati sore. Saat saya berkunjung, ada renovasi di beberapa titik, katanya akan ada event besar di Kota Ambon, saya lupa juga event apa, heheheh.

Lapangan di depan kantor Gubernur Maluku

Tidak jauh dari lapangan bola ini, terdapat juga lapangan bola basket. Saya iseng mendekat. Tidak jauh dari situ terdapat sebuah patung yang cukup besar. Karena penasaran saya semakin mendekat ke arah patung tersebut. Sayang ada police line yang membuat saya tidak bisa bertambah dekat. Kebetulan ada petugas satpol PP yang berjaga, jadi saya bertanya kepada Pak Satpol PP, patung siapakah itu dan kenapa ada police line nya? hehehhe kepo banget ya.
Ternyata itu patung Kapitan Pattimura, salah satu pahlawan dari Maluku, saya refleks menimpali, 'Kok tidak mirip Pak dengan gambarnya yang di uang seribu?', si Bapak Satpol PP kontan tertawa. Ternyata di beri police line karena sekitaran patung akan di cat sehubungan akan diadakannya event besar yang saya maksud tadi!. Oooooooo...... kirain ada apa.

Patung Kapitan Pattimura
Rasa penasaran sudah terobati, tanya sudah terjawab, sekarang waktunya pulang. Dari beberapa kota yang saya kunjungi, Ambon salah satu tempat yang saya sukai, kota kecil dengan sejuta keindahan. Gugusan bukit dan lautan yang menghampar dihiasi kapal- kapal yang berlabuh di sana sini. Pemukiman yang bersusun rapih mengikuti kontur bukit juga menjadi hal menarik dari kota ini. Belum lagi suasana di malam hari, dari ketinggian kita bisa melihat lampu- lampu dari kota seperti bintang yang bertaburan diselingi kilau air laut, pokoknya Ambon unforgettable lah. Suatu saat saya akan kembali mengunjungimu Ambon! :D