Pengikut

Kamis, 29 Juni 2017

Manila Ocean Park

Yuhhuu....... Akhirnya memasuki seri terakhir trip singkat saya di Filipina pada bulan Mei lalu. Setelah wisata seputar Kota Manila dan Gunung Pinatubo, sekarang giliran Manila Ocean Park yang letaknya tepat di seberang Rizal Park. Ini sebenarnya destinasi plus- plus di hari terakhir di Manila. Setelah mengunjungi Mall of Asia, yang konon mall terbesar di Asia (tapi menurut saya lebih megah Grand Indonesia di Jakarta) saya menghabiskan waktu di Manila Ocean Park yang jam operasionalnya sampai jam 8 malam. Oh ya, dari Mall of Asia saya naik jepney lho ke Manila Ocean Park, seru juga dan hemat lagi (ini poin utamanya, ha ha).

Untuk masuk Manila Ocean Park, ada beberapa macam tiket dengan paket atraksi yang berbeda- beda, waktu itu saya memilih yang seharga 610 peso (sekitar Rp. 161,000) dengan paket atraksi Oceanarium, Trails to Antarctica  dan Symphony Evening Show. Ada paket yang lebih murah ataupun lebih mahal sampai lebih dari 2,000 peso. Karena saya datang sudah sekitar pukul 4 sore, jadi saya pilih paket dengan atraksi yang menurut saya sudah cukup mewakili Manila Ocean Park.
Well, saya tidak akan terlalu banyak bicara, biarkan gambar yang menjelaskan segalanya, haha.
Btw, maaf ya saya lupa foto Manila Ocean Park secara keseluruhan dari depan. I was too excited!.

Kita mulai dengan Oceanarium.

Lobi Manila Ocean Park, depan loket tiket

menuju entrance
Di Manila Ocean Park ini terdapat hotel H2O yang terkoneksi langsung dengan ManilaOcean Park dengan view laut. Mungkin dibawah management yang sama.

Entrance Oceanarium
Setelah pemeriksaan tiket (discan lho ya, nggak distempel atau disobek kayak di bonbin 😜), kita akan masuk ke sebuah ruangan yang kemudian mengantar kita disebuah tempat semi outdoor, kita akan disambut dengan aquarium- aquarium ikan air tawar dengan berbagai species. Sekali lagi maaf lho ya nggak semua ikan saya foto, yang menarik menurut saya saja, hehe.





















Selain ikan, juga terdapat 2 species buaya dan banyak buaya darat yang lagi jalan- jalan juga, hahaha. Sayang aquariumnya burek, cukup mengganggu gambar ikan- ikan yang unyu.
Setelah species ikan air tawar, kita akan memasuki sebuah ruangan di mana di dalamnya terdapat berbagai species ikan air laut.


























Sebenarnya sih mirip Sea world yang di Ancol ya, lebih bagus punya Indonesia malah, wajar sih tiket Ancol lebih mahal daripada Manila Ocean Park 😜😜. Ok, the next atraction...

Trails to Antarctica

Entrance Trails to Antarctica


Jadi setelah memasuki entrance, kita akan masuk ke ruangan yang disetting seperti kondisi di kutub. Di sana juga banyak dipajang artikel- artikel kehidupan ataupun penelitian yang ada di sana. Dan saya tidak membacanya, hanya fokus pada gambar, haha. Saya juga tidak sabar melihat penguin yang unyu- unyu 😍😍.


















Sedikit kecewa sih, tidak sesuai ekspektasi saya. Penguinnya berada di dalam ruangan kaca, kita hanya bisa mengamati dari luar. Lagi, saya mengeluh soal kaca yang burek yang sangat mengganggu pandangan. Kolamnya juga tidak terawat (untungnya airnya bersih), tuh lihat sendiri, sayang sekali kan.





berbagai souvenir bertema Antartika


























Tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan atraksi ini, bahkan saya merasa tidak puas. Keluar dari atraksi ini saya bingung mau apa, soalnya untuk atraksi terakhir Symphony Evening Show (yang saya juga belum tau ini apaan) baru akan digelar pukul 18.30. Jadilah saya menikmati sunset saja. Oh ya ada terapi ikan juga lho. Tapi buat apa jauh- jauh ke Manila Ocean Park hanya untuk terapi ikan, toh kolamnya biasa- biasa saja, dan di tempat tinggal saya juga banyak tempat terapi ikan, ha ha.


Sunset di Manila Ocean Park
 Ah, salah satu view favorit saya, dramatis dan romantis, sunset!.


Restoran di Manila Ocean Park
Di sini juga ada restoran yang menghadap ke laut dengan view amazing saat senja. Tempat sempurna buat merenung, hahahahaha. Yuk mari lanjut atraksi terakhir.

Symphony Evening Show
Ternyata atraksi terakhir pada paket yang saya pilih adalah sebuah pertunjukan air mancur dengan audio dan permainan lighting yang lumayan menghibur sebagai penutup liburan. Atraksi ini berlangsung selama 30 menit. Saya akan langsung melampirkan cuplikan pertunjukan yang sempat saya abadikan. Ini bukan bagian terbaik lho ya, setidaknya ada gambaran bagaimana Symphony Evening Show di Manila Ocean Park.

Check this out :)
 


Maapkeun ya, yang berhasil terupload cuma satu video, padahal ada beberapa. hikss...


Selasa, 20 Juni 2017

One of the most beautiful volcanoes in the world -Mt. Pinatubo-

Kepenatan menjalani kehidupan akademik sebagai mahasiswa magister sudah tidak bisa terbendung lagi. Saya harus jalan- jalan entah ke mana sebelum gila karena stress. Ditambah gagal ke negeri sakura yang sejatinya harus saya lakukan pada bulan April kemarin semakin memacu saya untuk mencari liburan pelipur lara. Singkat cerita, Filipina menjadi tujuan buang penat. Padahal sebelumnya negara ini masuk dalam daftar negara di Asia Tenggara yang mungkin tidak akan saya kunjungi, hehe. Sebelumnya saya sudah bercerita jalan- jalan singkat saya di Kota Manila, kali ini kita pindah ke provinsi lain yang jarak tempuhnya 4-5 jam dari Kota Manila.

Waktu hunting tempat wisata di Filipina yang bisa dijangkau dari Manila, tiba- tiba saya menemukannya!. Danau vulkanik yang Masya Allah indahnya. Danau Pinatubo, sebenarnya saya masih bingung soal nama danaunya, tapi danau ini terletak di Gunung Pinatubo, jadi danau ini memang terkenal dengan nama tersebut.

Dari beberapa ulasan traveler yang pernah ke sana, saya dapatkan informasi kalau kita harus menggunakan jasa travel agent. Setelah tanya sana- sini dan menghubungi beberapa travel agent, akhirnya saya deal dengan sebuah provider dengan tawaran harga yang paling ramah dikantong dan juga disarankan oleh salah satu traveler yang sudah menggunakan jasa mereka. Saat itu kebetulan sedang ada promo, biaya trip ke Gunung Pinatubo sebesar 2040 peso, di mana saya harus membayar panjar 1500 peso melalui PayPal. Oh ya nama travel agentnya Tripinas Travel and Tour Ventures.
Berikut rincian fasilitas dari Tripinas beserta itinerary perjalanan saya waktu itu.
Fasilitas trip dan itinerary
Sayangnya mereka tidak menyediakan layanan jemput-antar dari hotel atau bandara. Untungnya taxi di Manila tersedia 24jam.
Finally, hari yang sangat saya nantikan tiba juga. Berangkat dari hotel sekitar pukul 00.00. Saya berangkat lebih awal karena letak meet up point nya terletak di luar Kota Manila, sekitar 20-30 menit.
Kita bertemu di sebuah McDonald di daerah Ortigas, Kota Pasig. Di sana sudah standby beberapa mobil yang akan mengantar kami ke Botolan, mungkin ini desa terakhir sebelum hiking yang terletak Provinsi Zambales. Di sana kita akan transfer kendaraan menggunakan 4x4 (mobil sejenis jeep untuk off road).

Home base sebelum off road ke Gunung Pinatubo

Sebelum transfer ke 4x4, sebelumnya kita sarapan (cuma minum kopi sih, hehe) sambil menerima semacam arahan dari pihak travel agent apa yang harus dan tidak boleh kita lakukan selama trip. Technical meetingnya tidak lama, sekitar 30 menitan, and....here we go!

Pemandangan diawal perjalanan
Tempat ini mengingatkan saya kepada lautan pasir di Bromo, masing- masing memiliki keindahan tersendiri. Sepertinya lebih luas ini daripada yang di Bromo. Maaf saya lupa berapa lama perjalanan sampai kami harus melewati 'genangan' air super luas. Saya katakan genangan karena ini bukan sungai, apalagi lautan, haha. Dan sifatnya yang tidak permanen. Kata tour guide nya semalam hujan cukup deras, jadilah seperti ini.

'genangan' air super luas
Dari jauh terlihat ada sebuah mobil yang mogok di tengah. Untung saya dapat mobil yang besar bukan 4x4. Mobil yang saya naiki mendekat untuk memberi bantuan.

Mobil yang terjebak di 'genangan'
Ngeri kan kalau ada di posisi mereka. Fyi, mereka wisatawan dari Korea. Kasihan ya Oppa, coba tadi semobil sama saya, ha ha ha. Dengan jiwa korsa sesama driver 4x4 yang sangat tinggi, mereka berbondong- bondong membantu mobil Oppa. Di tengah ketegangan saat penyelamatan (yaiyalah tegang, saya takut mobil yang saya tumpangi terguling), perhatian saya teralihkan oleh sesuatu.

Transportasi warga lokal
WOWW!!!. Luar biasa! Ini nih yang namanya benar- benar terisolir. Tidak hanya naik turun gunung, mereka juga harus melewati luasnya hamparan padang pasir yang kalau ditempuh dengan mobil saja bisa memakan waktu lebih 2 jam, apa kabar pakai gerobak yang ditarik sapi?. Apalagi kalau lagi banjir seperti ini. Maka bersyukurlah sapi- sapi yang ada di Indonesia, kalian cuma disuruh piknik makan rumput 😆😆

Jadi, sepanjang perjalanan saya mendapati angkutan serupa yang hilir mudik mengangkut hasil panen Suku Aeta yang menetap di area Gunung Pinatubo.


Mobil yang saya naiki
Setelah melewati 'genangan' maha luas, kita mendapati pemandangan yang sama seperti saat memulai perjalanan tadi. Kita berhenti sejenak untuk foto- foto 😊.

Kami kembali melanjutkan perjalanan, view nya masih sama. Tetapi lama kelamaan, kita mulai memasuki hutan, dengan jalan yang lebih sempit dan sedikit curam di beberapa titik. Benar- benar off road. Pantaslah kalau mau ke sini harus pakai jasa travel agent. Saya tidak bisa bayangkan melewati semua dengan jalan kaki, bisa nginap di jalan. ha ha.

Setelah kurang lebih 1,5 jam perjalanan kita berhenti di rest point. Di sana disediakan toilet, jadi jangan khawatir untuk minum banyak. Bukan hanya di sini di puncak gunungnya pun disediakan toilet lho. Bersih lagi, coba di Indonesia juga seperti ini.

Toilet di rest point

Medan yang kami lewati


Ternyata dari toilet umum tadi sudah tidak jauh lagi akhirnya kita sampai di titik hiking. Kita didrop di sana dan memulai pendakian, dan berdoa terlebih dahulu tentunya.



Pendakian dimulai dengan jalur yang menanjak, yang membuat kita semua kompak paduan suara (ngos- ngosan). Walaupun saya tidak luput dari ngos- ngosan, tetapi pada akhirnya saya jalan paling depan bersama warga logal yang menjadi guide kami. Sayang guide nya nggak bisa bahasa Inggris jadi kita jalan dalam diam, haha.

Vegetasi yang kami lewati kurang lebih sama dengan gunung- gunung di Indonesia yang pernah saya daki. Panasnya luar biasa. Tadi kata tour guide dari Tripinas suhu di Gunung Pinatubo bisa mencapai 38-39°C, tapi rasanya lebih dari 40°C. Tubuh rasanya seperti terpanggang, benar- benar panas lho!. Perasaan di Kalimantan dan Papua juga panas, tapi saya tidak pernah merasa terpanggang di kedua wilayah tersebut.

Di tengah perjalanan kami melewati pemukiman Suku Aeta. Rumah mereka semi permanen, terbuat dari rumbia. Katanya suku ini masih hidup secara nomaden. Btw, mereka salah satu suku asli Filipina lho.

Pemukiman Suku Aeta
Saya tidak berani mengambil gambar dari jarak dekat. Takutnya mereka tertutup dengan orang asing. Apalagi saya mengenakan jilbab, di Filipina kan muslim minoritas, nanti heboh lagi lihat orang aneh mengambil gambar rumah mereka.

Ilalang romantis 😝😝
Nah, ini nih salah satu bagian favorit saya. Bikin baper banget, sisi kiri kanan jalan penuh ilalang yang terlihat semakin dramatis tertiup angin sepoi- sepoi. Wuihhhh!!.

Bekas longsoran

Kami juga melewati bekas longsoran yang terlihat masih cukup baru. Tadi sebelum memulai pendakian guide Tripinas mewanti- wanti kami supaya mempercepat langkah untuk mengejar waktu. Setidaknya pukul 14.00, pada saat perjalanan pulang kita sudah harus melewati titik ini. Belakangan setelah pukul 14.00 selalu hujan deras, yang berpotensi menimbulkan longsor di titik ini.


Lihat, matahari terik sekali kan, padahal belum jam 10 pagi. Beberapa kali kami melewati aliran sungai kecil. Maaf lupa foto, hehe.

Anak kecil Suku Aeta
Di tengah perjalanan kami mendapati seorang anak Aeta yang duduk ditengah tumpukan batu yang dia susun secara melingkar.

Rest point


Yeayyy!! Ada tempat istirahat!. Kami beristirahat sekitar 15 menit. Di sana ada beberapa warga lokal yang berjualan minuman dingin, jadi jangan khawatir kalau bekal air minum tidak cukup. Di sini juga terdapat toilet umum. Aman deh pokonya kalau mendaki ke Gunung Pinatubo.
Btw, berdasarkan informasi di papan informasi, sekitar 15 menit lagi kami akan tiba di danau yang terletak di puncak Gunung Pinatubo.

aura danaunya semakin terasa dekat, wkwk
Benar saja, tidak jauh dari tempat istirahat tadi sudah terlihat dari jauh warna biru danau. Oh ya, dari tempat istirahat tadi, jalur pendakian semakin menyempit dan menanjak. Kita juga melewati aliran anak sungai jadi siap- siaplah untuk basah.

Walaupun bahagia sudah membuncah, karena benar- benar lelah melewati jalan yang jalurnya lumayan buat saya yang terakhir mendaki tepat 2 tahun lalu. Ditambah panas yang cetarrrrr. Saya istirahat dulu agak jauh dari finish point.

Danaunya mulai terlihat

Sedikit lagi.....

Yeayyyyy!!!!
Aslinya bagus banget kayak lukisan, Masya Allah!. Lagi, saya dikasi hadiah diluar dugaan saya. Kebetulan saat itu hari ulang tahun saya, hehe. Semua tantangan menuju ke sini rasanya terbayar sudah. Saya sampai senyum- senyum sendiri saking bahagia dan tidak pernah menyangka akan sampai sejauh ini. Awalnya saya cuma mau menghabiskan waktu berkeliling Kota Manila, tapi saya malah dapat lebih, Alhamdulillah. Saya menemukan informasi tempat ini seminggu sebelum keberangkatan ke Filipina, rasanya sedikit pesimis bisa ke sini mengingat lokasinya yang cukup jauh dari Kota Manila, ditambah tidak bisa dijangkau seorang diri, harus ikut trip travel agent. Alhamdulillah semuanya dimudahkan, jadwal saya sesuai dengan jadwal travel agent dan Alhamdulillah harga lagi promo. Perfecto!

Btw, sebenarnya kita bisa turun sampai di bibir danau. Telah dibangun anak tangga untuk ke sana. Karena lelah yang tak terhingga ditambah terik matahari yang lagi menggila (hampir jam 12 siang!). Saya memilih untuk beristirahat saja sambil menikamti bekal makan siang yang saya bawa. Oh ya, di sini juga ada beberapa pedagang yang menjual minuman dingin dan aneka snack.

Sesuai jadwal, pukul 12.30 kita meninggalkan danau dan menuju tempat tadi kita didrop mobil off road.

Salah satu anak sungai yang kami lewati

Teman seperjuangan

Sepeda yang ditinggal pemiliknya
Jadi, saat itu juga tengah diadakan kompetisi bersepeda ke puncak Gunung Pinatubo. Banyak bikers yang menyerah dan meletakkan sepeda mereka dekat bekas longsoran dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

Ring basket dekat pemukiman Suku Aeta

Padang ilalang yang selalu bikin baper, hahaha