Sudah beberapa tahun belakangan ini bergelut di dunia ketinggian (naik gunung :D) tidak pernah merayakan momen- momen penting kalau naik gunung. Biasanya para pendaki gunung pada momen- momen tertentu seperti tahun baru, 17 Agustus, Sumpah Pemuda, dan momen- momen penting lainnya (bagi mereka) mereka rayakan di ketinggian entah di gunung mana, jadi pada momen- momen tersebut beberapa gunung akan padat dikunjungi. Nah perayaan momen penting di atas ketinggian yang akan saya bahas kali ini adalah momen 17 Agustus di gunung.
Rencana awal, saya akan merayakan 17 Agustus 2014 di Lembah Ramma atau Gunung Bawakaraeng bersama teman- teman saya. Tetapi karena teman- teman saya tiba- tiba ada agenda lain :( jadi saya putar haluan bergabung bersama junior saya untuk melakukan pendakian di Gunung Bulusaraung Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan. Walaupun tidak tinggi- tinggi amat, kita juga bisa melihat pemandangan yang tidak kalah bagus dengan gunung yang lebih tinggi.
Pendakian kali ini terdiri dari 6 orang tim, saya sendiri, Rere, Ayu, Juned, Manyu dan Rio. Kami berkumpul pukul 18.00 WITA di depan gapura Soreang (jalan menuju desa terakhir Bulusaraung). Perjalanan sampai desa terakhir kami tempuh kurang lebih 2 jam menggunakan sepeda motor. Jalan yang berliku- liku menanjak dan sudah gelap (tanpa lampu jalan, hanya lampu motor kami) menambah suasana horor perjalanan (hahahah horor!) apalagi saya dibonceng Rere, dan ini adalah pengalaman pertama Rere mengendarai motor di medan seperti ini dan mengingat fakta lain kalau berat badan saya beda 10 kg dengan Rere (takut banget motor jadi jomplang apalagi jalanan menanjak) dan Rere baru bisa mengendarai motor saat hampir lulus kuliah (baru 1-2 tahun ini), Oh My God!! Seperti mempertaruhkan nyawa! Sepanjang perjalanan saya tak henti- hentinya berdzikir buat keselamatan kami. Yang benar saja Rere seberani ini, padahal tadi Juned menyarankan buat membonceng saya dan Rere dibonceng Manyu. Setiap ada tikungan tajam Rere hampir menabrak tebing, ckckckckckck benar- benar mendebarkan. Setelah drama perjalanan kurang lebih 2 jam, akhirnya kami sampai di desa terakhir Bulusaraung, yakni Desa Tompobulu.
Tuh liat aja tikungan tajamnya yang naudzubillah! Gambar ini diambil keesokan harinya saat perjalanan pulang
Setelah parkir motor (bussettttttt parkiran full sampai menggunakan halaman warga sekitar) dan melapor di pos serta membayar biaya parkir dan biaya masuk (3rb/orang, 1 motor juga dihitung 1 orang). Kami bersiap- siap melakukan pendakian, harus dilakukan malam ini karena 'kompleks perumahan' dikhawatirkan full :D.
Bismillahirrahmanirrahim, perjalanan kami mulai. Baru beberapa menit perjalanan kami sudah sampai di pos 1 jalurnya masih landai melewati kebun warga. Tanpa istirahat kami melanjutkan perjalanan di pos 2, nah di sini sudah mulai nanjak- nanjak. Eh, ternyata tim ada yang ketinggalan, jadi kami menunggu di pos 2. Beberapa menit kemudian tim yang belakangan sampai pos 2. Istirahat 1-2 menit, kemudian kami lanjutkan perjalanan.
Jalur dari pos 2 menuju pos 3 sudah mulai pendakian dan hampir tidak ada bonus. Luar biasa ngos- ngosan, apalagi sudah tidak pernah olahraga belakangan ini dan pendakian terakhir pas tahun baru kemarin, ditambah umur yang sudah tidak muda lagi sudah 24 tahun, ckckck. Oh ya, Gunung Bulusaraung ini gunung pertama yang saya daki lho di tahun 2010, dan ini keempat kalinya saya kemari dan setiap ke sini pemandangannya tidak sama, saya harap kali ini bisa lebih bagus dari yang kemarin- kemarin.
Kembali ke jalur pendakian :), jalur masih dan semakin menanjak tapi sesekali ada bonus, udara juga semakin dingin menandakan bahwa kita semakin beranjak ke ketinggian. Lagi- lagi tim terpisah menjadi dua bagian, saya dan Juned ada di depan dan sisanya di belakang. Karena jika istirahat terlalu lama membuat saya jadi malas, jadi diputuskan tim dibagi menjadi 2, saya dan Juned duluan untuk mengejar sisa- sisa lahan buat mendirikan tenda dan yang lainnya menyusul.
Ngos- ngosan membuat saya tidak lagi memperhatikan tiba di pos berapa, yang jelas masih di jalur jalan- jalan saja, heheheh... Dan Alhamdulillah akhirnya sampai juga setelah melewati perjalanan kurang lebih 3 jam, belum sampai di pos 9 (lokasi camp) sih, 100m sebelum pos 9 kami putuskan untuk mendirikan tenda di sana, karena di daerah situ sudah ada beberapa tenda yang berdiri yang menandakan pos 9 sudah penuh sesak.
Luar biasa tenaga Juned, tanpa beristirahat dia langsung membersihkan area tempat kami akan mendirikan tenda. Saya hanya membantu dengan menyenteri Juned (maklum, senior itu nyantai saja, wkwkwk). Tidak lama setelah area itu bersih dan Juned mengeluarkan tenda dari carrier nya rombongan 2 datang dan bersama- sama kami mendirikan tenda.
Setelah tenda berdiri, barang- barang bawaan dirapihkan, saya putuskan untuk langsung beristirahat, kawan yang lain ada yang masih mau makan malam, rencana besok kami mau muncak saat sunrise.
Teori memang tidak sama dengan praktiknya, hahahhaha....... Mungkin faktor kelelahan kami kesiangan untuk melihat sunrise, hahahah akhirnya kami putuskan untuk muncak setelah upacara 17 Agustus, mengingat puncak Bulusaraung yang kecil dan hanya bisa menampung sedikit orang. Sambil mengisi waktu, seperti biasa ritual di pagi hari ngopi dan ngeteh.
Tenda kami
Pukul 08.30 kami bergegas ke puncak, dengan membawa perbekalan secukupnya seperti air minum dan sedikit makanan ringan. Benar saja di pos 9 sangat padat dengan tenda para pendaki, sampai- sampai jalur menuju puncak dan jalur menuju sumber air tidak jelas karena tertutup tenda.
Area camp yang penuh
Kembali lagi ngos- ngosan menuju puncak. Jalan cukup terjal terdiri dari bebatuan yang basah sehingga licin, dan antrian yang cukup padat oleh lalu lalang pendaki baik yang baru akan ke puncak maupun yang sudah turun dari puncak. Entah bagaimana proses upacara 17 Agustus di atas puncak, kami melewatkan momen ini. Setelah melewati jalur yang cukup sulit selama kurang lebih 20 menit kami sudah sampai di atas, tapi belum sampai di triangulasi gunung Bulusaraung karena luarrrrrrrr biasa antriannya, sekarang kita menunggu pinggiran gunung dan tentunya kita harus tetap waspada karena ada bebatuan yang labil dan angin yang bertiup cukup kencang serta udara yang sedikit dingin.
Antrian menuju triangulasi
Untung pemandangan sedang bagus- bagusnya, jadi sambil menunggu bolehlah jepret sana- sini.
Juned mengibarkan slayer kebanggaan kami di atas awan
Tim tetangga yang sudah tidak sabar jadi mereka mengibarkan bendera sambil menunggu giliran, hehhee..
Tim kami minus Rio, ala- ala model cover majalah gitu, wkwkwk
Saya dengan si pinky, ini pengalaman pertama pinky naik gunung lho |
Setelah menunggu sekitar 1,5 jam akhirnya kami dapat giliran ke triangulasi. Sebenarnya sih kalau tergantung kitanya, kalau kita tidak sabar, bisa saja dari tadi kita menyerobot, tapi kan kita harus menjadi pendaki yang beretika :D.
MERDEKA!!!!!!! Dirgahayu Indonesiaku! Salam hijau damai lestari!
Well, akhirnya bisa mengucapkan merdeka di ketinggian. Di dekat triangulasi ada bendera merah putih ukuran sangat besar yang dibentangkan. Masih banyak pendaki- pendaki lainnya yang sibuk dengan prosesi pemotretan dengan atribut organisasi masing- masing.
Narsis dibalik tim bola :)
Berkibarlah Sang Merah putih!
Setelah puas melakukan sesi pemotretan di puncak Gunung Bulusaraung, kami sepakat turun ke camp untuk mengisi perut dan prepare turun gunung. Perjalanan turun kami tempuh lebih cepat daripada perjalanan ke puncak tadi.
Sesampai di camp kami para wanita langsung sigap dan mengerti apa yang harus kami lakukan, terjadilah apa yang harus terjadi, memasak! hahaha...... ini salah satu momen yang paling saya sukai saat naik gunung, karena hanya saya lakukan saat naik gunung saja :).
Calon Ibu- ibu yang baik bukan :D
Setelah makanan ala kadarnya yang kami buat telah siap, maka kami makan dengan khidmat (kayak upacara saja,wkwk). Untuk sesi makan, no dokumentasi, biasa... sudah jadi rahasia umum kalau pada sesi makan, yang imut jadi amit dan yang sabar jadi kalap, no jaim! heheheh...
Dalam sekejap semua makanan bim salabim hilang tiada rimbanya, hahaha.... Perut kenyang, istirahat sejenak dan kemudian packing. Perjalanan pulang akan lebih ringan dari perjalanan semalam karena medan menurun sehingga tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit daripada saat mendaki sehingga waktu tempuh juga lebih sedikit.
Setelah 1,5-2 jam Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di desa terakhir. Sekarang waktunya melapor ke pos jaga kalau tim kami telah tiba. Dan.... bye... bye.... Bulusaraung, semoga ada kesempatan berkunjung lagi. Sekarang saya musti melewati jalur berkelok- kelok lagi dengan sepeda motor :(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar