Pengikut

Jumat, 10 Oktober 2014

Situs Bung Karno *Eksplor Flores*


Situs Pengasingan Bung Karno

Situs Bung Karno atau juga biasa disebut Rumah Pengasingan Bung Karno merupakan tempat Ir. Soekarno menjalani hukuman pengasingan sebagai tahanan politik. Ir. Soekarno diasingkan ke Kota Ende, Flores pada 14 Januari 1934. Beliau diasingkan di sana selama empat tahun (1934-1938). Saya berkesempatan mengunjungi tempat bersejarah ini pada 5 September 2014 saat saya melakukan perjalanan Eksplor Flores bersama sahabat saya.

Situs Bung Karno terletak di Jl. Perwira (tanpa nomor rumah) di Kota Ende, Pulau Flores. Situs ini terletak di antara pemukiman warga dan rumah pengasingan ini sangat sederhana. Di dalam Situs Bung Karno terdapat benda- benda yang dahulu digunakan Ir. Soekarno saat diasingkan. Tidak banyak informasi yang saya dapatkan mengenai rumah pengasingan ini selain dari apa yang saya lihat, karena petugas yang menjaga situs ini tidak melayani saya sebagaimana penjaga tempat bersejarah pada umumnya.

Saat diasingkan di Kota Ende, Ir. Soekarno tinggal bersama istri beliau Ibu Inggit Ginarsih, mertua beliau Ibu Amsi dan anak angkat Ir. Soekarno, Ratna Djuami. Karena sangat sedikit informasi yang saya dapatkan mengenai Situs Bung Karno, berikut gambar beberapa benda yang ada di dalam situs, cekidot.....

Papan Alamat Situs Bung Karno








Tuh kan, dialamatnya tidak ada nonor rumahnya kan :D. Oh ya, untuk masuk ke dalam Situs Bung Karno, tidak dipungut biaya lho!, tidak ada uang karcis dan sejenisnya, tetapi kalau kita mau menyumbang (seikhlasnya) terdapat semacam kotak amal tempat kita memasukkan uang.









Buku tamu pengunjung Situs Bung Karno


Ruangan depan situs



Saat memasuki situs, ruangan di samping adalah ruangan yang pertama kita masuki, di sana terdapat buku tamu yang harus kita isi saat berkunjung ke Situs Bung Karno dan beberapa benda bersejarah yang dulu diguanakan Ir. Soekarno sekeluarga saat diasingkan di Kota Ende.





Ruang Tamu
Nah, di sebelah kanan ruangan tempat dipajang benda- benda bersejarah tadi terdapat ruang tamu tempat Ir. Soekarno menerima tamu (yaiyalah, masa tempat beliau tidur :D), di ruang tamu ini terdapat 2 buah kursi dan sebuah meja, sayang sudah disimpan dalam kaca, padahal saya mau berfoto duduk di kursi bersejarah tersebut. Perabot dalam situs ini terlihat sudah rapuh, mengingat usianya yang cukup tua jadi semua harus diamankan, karena tidak dipungkiri biasa ada pengunjung yang over 'kreatif' yang bisa merusak benda- benda bersejarah tersebut.

Surat Keterangan Kawin






Gambar disamping adalah surat keterangan kawin Ir. Soekarno dengan Ibu Inggit Ginarsih, beliau menikah pada tanggal 24 Maret 1923. Tapi sayang kemudian bercerai pada tahun 1942.
Surat perjanjian cerai Ir. Soekarno

Ibu Inggit Ginarsih





Ibu Inggit Ginarsih adalah istri kedua Ir. Soekarno yang mendampingi beliau saat diasingkan di Kota Ende. Kisah cinta Ir. Soekarno dan Inggit Ginarsih ditulis Ramadhan KH menjadi sebuah roman dan sampai dicetak ulang beberapa kali lho sampai saat ini.
Biola Ir. Soekarno

Piring hias
Tongkat Ir. Soekarno

Kamar tidur




Gambar di samping adalah kamar tidur mertua Ir. Soekarno (Ibu Amsi) dan anak angkat beliau yang bernama Ratna Djuami. Semua ruangan tidur di rumah pengasingan ini bernuansa putih, mulai dari tembok, cover bad dan kelambu semua berwarna putih.


Kamar tidur Ir. Soekarno
Di samping kamar tidur Ir. Soekarno terdapat ruang semadi atau ruang sholat. Dan di bagian belakang rumah terdapat sumur serta beberapa ruangan, saya lupa menanyakan ruangan apa, mungkin kamar asisten rumah tangga atau dapur, karena di ruangan depan tidak terdapat dapur dan ruang makan. Sebenarnya masih banyak beberapa benda bersejarah yang tidak saya tampilkan, saya rasa gambar- gambar yang sudah ada sudah mewakili.

Bagian belakang rumah
Rumah pengasingan Bung Karno tidak begitu luas, jadi saya hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mengamati rumah beserta benda- benda bersejarah yang ada di dalam rumah pengasingan diiringi musik tempo dulu, jadi semakin terasa jadulnya. Oh ya, tidak jauh dari situs Bung Karno terdapat taman Renungan Bung Karno yang sebelumnya sudah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya.



















Sabtu, 04 Oktober 2014

Semalam di Ende *Eksplor Flores*

Ende adalah salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Timur yang terletak di Pulau Flores dengan Ibu Kota Ende. Kota ini terletak di pesisir selatan Pulau Flores. Kota Ende menjadi salah satu destinasi saya saat berkunjung di Pulau Flores karena terletak setelah Danau Kelimutu sehingga pas dijadikan tempat untuk beristirahat untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, mengingat perjalanan dari Makassar-Maumere-Kelimutu yang cukup melelahkan.

Perjalanan dari Danau Kelimutu menuju Kota Ende menghabiskan waktu antara 2-3 jam, sempat mengalami macet karena ada pengerjaan jalan. Seperti yang kita ketahui bahwa topografi Pulau Flores yang berupa dataran tinggi, sehingga jalan di sana mengikuti alur pegunungan jadi jalannya berkelok- kelok, alhasil teman saya strike 6 kali muntah,hahahaha, bukannya jahat lho :D. Ini juga yang menjadi alasan kami harus mampir beristirahat semalam di Kota Ende untuk memulihkan tenaga. Kepada sopir travel kami minta diantar ke Situs Bung Karno, sebuah tempat bersejarah di Kota Ende, katanya tempat ini berada di pusat kota, jadi rencananya saya ingin mencari penginapan di sekitar situs.

Macet karena pengerjaan jalan
 
Masih ingat kan kisah saya di Danau Kelimutu, yang keasyikan foto sampai melebihi waktu yang diberikan Pak Sopir, yang saat saya dan teman- teman saya baru turun dari danau, Pak Sopir biasa- biasa saja senyum- senyum seperti tidak ada masalah, ternyata setelah kami sampai di Kota Ende, dia minta tambahan ongkos Rp. 100.000, kami tidak terima dong karena yang membayar travel untuk masuk ke Danau Kelimutu saya dan teman saya, tetapi semua penumpang ikut turun (ini juga menambah estimasi waktu). Harusnya si Pak Sopir juga minta tambahan sama penumpang yang lain. Akhirnya aksi ngotot- ngototan terjadi, kami saling berargumen. Karena udara Kota Ende yang cukup panas, ditambah kami yang sudah sangat kelelahan dan malu dilihatin orang, jadi kami mengalah.

Ke-BT-an kami tidak sampai di sini, ternyata Situs Bung Karno tutup. Luar biasa kejutan hari ini. Ada warung kelontong di depan situs, kami bertanya kepada si penjaga warung, informasi yang kami dapatkan, si penjaga situs sedang ada acara keluarga jadi situs ditutup lebih awal. Kami disuruh lagi datang sore atau sekalian besok pagi saja. Ishhhhh tidak profesional, pikir saya.  Daripada suasana hati semakin tidak enak bercampur sedikit emosi, kami putuskan mencari mesjid di sekitar situs. Tidak jauh dari situs, agak masuk gang letak mesjid itu, cukup besar tapi seperti tidak terawat, sangat berdebu. Karena saya sedang berhalangan, saya putuskan menunggu teman saya sholat dengan duduk di depan mesjid. Sambil menunggu teman saya sholat Dhuhur saya mereview foto- foto kami di Danau Kelimutu, saya juga sesekali mengamati warga  yang bermukim di sekitar mesjid.

Ternyata ada seorang Ibu yang mengamati saya. Mungkin penasaran jadi Ibu tadi menghampiri saya. Ibu tadi menanyakan asal dan tujuan saya kenapa sampai di Ende. Dengan singkat saya jelaskan kisah kami, juga saya bertanya kepada Ibu di mana penginapan terdekat dari posisi kami. Ibu justru menawari kami untuk menginap di rumahnya, ternyata Ibu Ende (lupa tanya nama Ibu, jadi saya sebut saja Ibu Ende :D) memiliki rumah yang dijadikan kostan bagi mahasiswa. Daripada jauh- jauh mencari penginapan, tidak salah juga kalau kami menginap di kostan Ibu Ende karena dekat dari Situs Bung Karno. Setelah teman saya sholat, kami menuju kostan Ibu Ende, letaknya di belakang Situs Bung Karno.

Di sana sudah ada suami Ibu Ende. Suami isteri ini sangat ramah, tapi kami tetap waspada, maklum masih trauma dengan sopir travel yang kelihatannya baik, tapi ternyata....... Setelah melihat kamarnya, kami cukup puas. Saat saya tanyakan harga yang mesti kami bayar untuk semalam Bapak Ende bilang terserah kami. Kami jadi bingung mematok harga, kata Bapak Ende jangan terlalu dipikirkan istirahat saja, itu urusan besok. Setelah berbincang- bincang cukup lama, Bapak dan Ibu Ende pamit pulang, katanya supaya kami bisa beristirahat.

Sepeninggal mereka, kami membersihkan diri. Rasanya sudah lebih baik, sepertinya sebagian kepenatan sudah hilang. Kami putuskan untuk keluar mencari makan. Cukup mudah untuk mencari makanan halal di Kota Ende. Banyak rumah makan Padang. Tapi kali ini kami makan di RM. Solo, karena RM. Padang agak jauh, sedangkan lapar kami sudah tak tertahankan, hehehe. Saat jalan pulang dari membeli makanan, kami melihat ada warung coto Makassar (makanan khas Makassar, asal daerah kami). Kami iseng menghampiri warung coto tersebut, sayang sudah tutup. Padahal bahagianya bukan main akan bertemu dengan orang sedaerah kami di tempat jauh dari kampung halaman.

Sore harinya kami putuskan untuk berkeliling Kota Ende, dengan jalan kaki tentunya. Tidak salah kami memilih menginap di kost Ibu Ende, ke mana- mana dekat. sore hari kami habiskan di Pantai Ende melihat matahari terbenam. Saat akan ke Pantai Ende kami melewati Museum Tenun Ikat, lebih baik mampir di sini dulu, sekalian :D.

Museum Tenun Ikat
Kain tenun ikat merupakan kain khas Ende, wajar kalau sampai ada museumnya (hasil riset saya, hehe). Tapi sayang, kami tidak bisa masuk ke dalam museum, tidak ada penjaga. Dan museum ini terlihat seperti tidak terawat. Sayang sekali, padahal kalau museum ini lebih diperhatikan bisa menarik lebih banyak wisatawan sehingga bisa menambah pendapatan daerah. Iya kan?.
Tidak ada yang bisa kami lakukan di Museum Tenun Ikat, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan awal, Pantai Ende!.

Gerbang masuk Pantai Ende
Pantai Ende adalah tempat yang tepat untuk menghabiskan waktu di sore hari, banyak aktifitas yang bisa kita lakukan di sini. Kita bisa duduk- duduk menanti sunset sambil menikmati makanan yang banyak dijual di sepanjang pantai, bisa bermain bola, atau hanya sekedar foto- foto dengan latar laut dan gunung. Pantai Ende sepertinya dijadikan salah satu tempat muda- mudi dan masyarakat Ende menghabiskan waktu untuk bersantai. Tempatnya sebetulnya cukup nyaman, pemandangannya juga bagus, tapi kebersihannya tidak terjaga, terdapat sampah di beberapa titik. Tidak jauh dari Pantai Ende kita bisa melihat Pelabuhan Ende.

  
Pantai Ende


















Sunset Pantai Ende


















Sunset di Pantai Ende tidak kalah indah dengan sunset- sunset di tempat lain. Oh ya, entah ini hanya perasaan saya atau bagaimana, saya merasa sunset di Pantai Ende lebih lama lho, biasanya kan kalau posisi matahari sudah seperti di gambar (lihat foto sunset Pantai Ende) tidak lama matahari akan terbenam dan suasana menjadi gelap alias sudah malam. Tapi berbeda lho dengan di Ende kemarin. Puas menikmati sunset, kami beranjak dari Pantai Ende menuju ke suatu tempat seperti taman, tadi kami melewatinya saat mencari makan siang. Letaknya di samping Museum Tenun Ikat tadi.

Taman Renungan Bung Karno
Ternyata taman yang saya maksud tadi adalah Taman Renungan Bung Karno. Saya penasaran, mengapa taman ini dinamakan demikian?. Apakah saat dahulu kala ketika Bung Karno diasingkan di Kota Ende, beliau sering datang merenung di sini? hehehehhehe. Di sini juga merupakan salah satu tempat masyrakat Kota Ende menghabiskan waktu di sore hari. Tempatnya juga nyaman dan tenang, memang cocok untuk merenung :D. Banyak tempat duduk di taman ini, bagi yang ingin bersepeda juga bisa, taman ini cukup luas lho!.

Salah satu sudut Taman Renungan Bung Karno
Taman ini tempat yang pas untuk mencari inspirasi. Kalau saya tinggal di Kota Ende, mungkin nyaris sebagian besar waktu luang saya, saya habiskan di taman ini. Tempatnya pas untuk mengerjakan tugas, ditambah banyaknya pepohonan yang menjadikan taman ini semakin teduh. Satu hal lagi yang saya suka dari tempat ini, bersih!. Top deh tempat ini, menurut saya lho. Sesuai namanya, di Taman Renungan Bung Karno terdapat patung Bung Karno yang sedang duduk termenung menghadap ke arah pantai. Mungkin beliau merenungkan nasib Bangsa Indonesia, hehehehe...


Patung Bung Karno
Tuh kan sunsetnya lama kan.... Saya sudah puas keliling Taman Renungan Bung Karno, bias- bias jingga di langit masih terlihat. Belum seberapa gelap kami putuskan beranjak dari taman dan segera mencari mesjid terdekat  menemani teman saya untuk sholat Magrib.