Pengikut

Selasa, 05 Mei 2015

Bawakaraeng juga punya 'Ranukumbolo'

Menyenangkan itu kalau pas lihat kalender terus ada 2 tanggal merah di hari kerja yang berhimpitan. Yuhhuuuu waktunya kita jalan- jalan. Untuk bonus libur 3 hari kali ini kami memilih ke Danau Tanralili yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Untuk menuju ke Danau Tanralili terlebih dahulu harus ditempuh dengan berkendara selama 3-4 jam dari Kota Makassar dan dilanjutkan dengan trekking selama 2-3 jam tergantung kekuatan fisik tentunya.

Kami start dari Kota Makassar sekitar pukul 14.00 WITA, tiba di Lengkese, desa terakhir sebelum trekking ke Danau Tanralili sekitar pukul 18.00 WITA. Setelah istirahat dan melaksanakan sholat magrib, kami melanjutkan perjalanan menuju Danau Tanralili, 'Ranukumbolo'nya Gunung Bawakaraeng. Karena hari sudah malam, jadi untuk perjalanan menuju 'Ranukumbolo' tidak ada sesi pemotretan, maklum, kami hanya bermodalkan kamera poket, percuma foto- foto, nggak jelas juga :D.

Jalur yang pertama dijumpai berupa jalan setapak perkebunan warga. Tidak lama kemudian sudah tercium aroma pegunungan, dan jalan setapak perkebunan mulai hilang diganti dengan jalur yang mulai menanjak di mana sisi kanan kiri menjulang bukit- bukit yang luar biasa indahnya masih bisa terbias dalam gelap malam.

Baru beberapa menit kami berjalan, kami tidak berhenti mengucapkan puji kepadaNya atas keindahan tak terkira yang kami saksikan. Terlihat dalam gelap saja sudah nampak luar biasa, apalagi saat terang. Tanjakan masih terasa ringan walau sudah mulai terdengar suara ngos- ngosan. Tanjakan berikutnya saat kami khidmat menikmati perjalanan, tiba- tiba saja kami dikejutkan keluhan salah seorang teman yang mulai kelelahan dan bahkan mau menghentikan perjalanan dan kembali ke perkampungan. Kami membujuk teman tersebut supaya semangat, dan sedikit berbohong sih kalau Danau Tanralili nya sudah dekat ,hehehhehe....daripada dia menyerah, kan tidak mungkin kami melanjutkan perjalanan.

Setelah teman kami tersebut kembali on fire, kami melanjutkan perjalanan. Ada kejutan yang lebih besar di depan mata. Memang tidak ada yang gratis di dunia ini, jalur berikutnya yang kami hadapi untuk menikmati pemandangan yang lebih 'WAOWWWW'  adalah.... taraaaaaaaa........... jalur mendaki yang terdiri dari bebatuan yang cukup labil, jadi kita jalannya mesti hati- hati karena bebatuan sering runtuh. Mirip pendakian menuju puncak Mahameru, kurang lebih seperti itulah. Sempat ada adegan seperti dalam film 5 cm, saat Iyan (Igor Nainggolan) terkena batu yang runtuh dari arah puncak. Sangat mendebarkan, untung teman saya baik- baik saja. Hal tersebut terjadi karena ada sekelompok orang yang melewati jalur yang salah, untung tidak menimbulkan korban.

Tidak sampai di situ, setelah melewati tanjakan 'maut' , kita masih harus melewati jalur yang tanjakannya cukup menguras tenaga, dan nafas menjadi tersengal-sengal tentunya. Teman yang sempat menyerah tadi, kembali drop melihat jalur, kembali lagi kami (walaupun saya sendiri cukup lelah) menyemangatinya dan ditambahi sedikit bohong kalau ini adalah tanjakan terakhir, heheheh.

Kali ini jalur cukup berlumpur karena ada aliran air pada jalur. Kalau medan seperti ini syaa lebih senang menggunakan sandal lapangan daripada sepatu lapangan, supaya kaki tidak benyek. Jalur becek- becek cukup panjang juga. Setelah berbecek- becek ria, kita kembali trekking. Semangat anak muda!, yakin tidak ada perjuangan yang dibayar murah, pemandangan indah menunggumu :D.

Alhamdulillah setelah melakukan perjuangan kurang lebih 3 jam kita sampai juga di 'Ranukumbolo'nya Gunung Bawakaraeng. Tadi 2 teman laki- laki kami sudah terlebih dahulu tiba dan mendirikan tenda jadi setibanya kami, kami memasak, bersiap untuk makan malam romantis berjamaah di pinggir Danau Tanralili dengan view danau dan gunung serta beratapkan langit plus bintang- bintang. Wuihhhh kerennya, sayang Jake Gyllenhaal tidak turut serta, :D.

Singkat cerita setelah sesi makan malam romantis berjamaah, dilanjutkan curhat- curhat yang lagi- lagi curhatan massal, kami ladies memutuskan untuk segera istirahat, waktu juga sudah pukul 02.00 WITA, jangan sampai besok pagi kita susah bangunnya. Kan rugi jauh- jauh ke Danau Tanralili hanya dihabiskan dengan tidur, hehehhe

Area camp di pinggir Danau Tanralili

Selamat pagiiiiiiii Danau Tanralili!!!!
Tuh, benar saja, kamis edikit telat bangun pagi. Kami bangun jam 6 pagi, di luar sedang hujan rintik- rintik, ya jadilah, mengeram di dalam tenda. Karena perut mulai keroncongan, kami masak deh. Alhamdulillah setelah masakan kami selesai, hujannya reda. Setelah sarapan saya dan ladies lainnya berjalan- jalan di sekitar danau. Cari spot keren buat pemotretan, wkwkwkwk.

Danau Tanralili

Yaa.......hujan lagi, untung cuma rintik- rintik. Sebodoh amat, kami melanjutkan pencarian titik kece, heheh...

Aliran sungai yang bermuara ke Danau Tanralili

Di sekitar danau ada aliran sungai dengan banyak bebatuan, air dari aliran sungai ini mengalir ke danau. Tidak jauh dari sini, terdapat juga air terjun yang air nya juga mengalir menuju Danau Tanralili. Mari berjalan lebih dekat ke air terjun. Air terjunnya tidak begitu besar, tapi bagus. Sayang foto air terjunnya ada objeknya jadi tidak saya tampilkan, hehehe.

View dari air terjun

Dari arah air terjun ini, viewnya indah.......sekali. Terlihat tenda- tenda di seberang danau dan bukit indah yang seolah- olah seperti diding yang melindungi danau. Tidak berlebihan kalau Danau Tanralili kerap disebut 'Ranukumbolo'nya Gunung Bawakaraeng. Oh ya, Danau Tanralili ini terletak tidak jauh dari Lembah Ramma dan termasuk dalam gugusan Gunung Bawakaraeng.
sesi pemotretan para ladies sudah selesai dan para pria juga sudah memberi kode dari seberang danau supaya kami bergegas kembali karena kami akan segera pulang.

Saya dan sahabat kece saya :D

Sebelum meninggalkan Danau Tanralili, yuk mari foto team :D. Mereka adalah teman- teman saya di salah satu organisasi kampus, dan walaupun kami sudah selesai semua kuliahnya hubungan kami masih terjaga, Alhamdulillah.

Terasa singkat kebersamaan kami di danau Tanralili, tapi mau apa dikata, kami harus kembali ke Kota Makassar. Selain itu, banyak juga pendaki yang baru datang dan tempat buat camp sudah full. Kita harus berbagi menikmati keindahan alam, hehehe.

Flash back semalam saat perjalanan menuju Danau Tanralili, perjalanan pulang kita juga tidak kalah menyenangkan menikmati suguhan alam yang luarrrrrr biasa kecenya!.


Perjalanan pulang benar- benar kami nikmati karena cuaca cerah tapi tidak panas. Baru terlihat dengan jelas. Sana- sini bekas longsoran menjadi aliran sungai- sungai kecil, gunung- gunung menjulang seperti dinding dihiasi kabut yang membuat pemandangan semakin manis. Rerumputan ynag terhampar seperti permadani, rasanya ingin singgah sejenak, tapi kita harus berpacu dengan waktu. Jadi kita harus terus berjalan dan berjalan... :D

Such heavenly view

Keren sih memang pemandangannya tapi sebenarnya berbahaya karena bekas- bekas longsoran masih labil dan cukup berbahaya. Menurut saya, kalau pendakian ke Danau Tanralili semakin membludak, bisa saja jalur pendakian akan longsor, menurut saya, he he he.


Bahkan kita harus menyeberangi aliran sungai yang terbentuk dari longsoran- longsoran. Sedikit berbahaya, jadi kita harus berhati- hati dan cermat memilih pijakan agar tidak terperosok.



Sepanjang mata memandang kita melihat bekas longsoran pasir yang membentuk tekstur tersendiri yang terlihat indah di mana sungai- sungai kecil mengalirinya semakin menambah keindahan.

Jalur yang becek
Jangan hanyut dulu dengan suguhan- suguhan pemandangan indah, sekarang kita harus berbecek- becek ria. Ini toh jalur becek- becek semalam, yang terasa tapi tak terlihat dengan jelas, he he.




Selain banyak sungai- sungai kecil, di sepanjang jalan kita juga melihat  beberapa air terjun kecil tapi cukup tinggi. Sepertinya air terjun ini bersifat musiman, hanya ada saat musim hujan.


Kita sudah berjalan sejam lebih, Alhamdulillah perjalanan lancar, mungkin karena jalan kebanyakan menurun, sudah jarang menanjak jadi waktu tempuh lebih singkat daripada waktu berangkat semalam.










Potensi untuk pertambangan pasir di kawasan ini memang sangat besar, tapi kalau saja dieksploitasi, saya tidak bisa bayangkan apa yang akan terjad bila saja potensi ini dieksploitasi.


Ini air terjun terakhir yang kita jumpai sebelum sampai di perkampungan.  Sama dengan air terjun sebelumnya yang sering kita jumpai dalam perjalanan, air terjun sepertinya juga merupakan air terjun musiman yang hanya ada saat musim hujan.


Tidak terasa sampai juga kami di rumah tempat kami menitipkan kendaraan. setelah istirahat sejenak kami melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Makassar. Walaupun cukup menguras tenaga, perjalanan ke 'Ranukumbolo'nya Gunung Bawakaraeng alias Danau Tanralili sangat menyenangkan dan penuh kejutan, sepanjang perjalanan hanya keindahan yang tampak. Danau Tanralili sekarang mulai tersohor dan menjadi destinasi favorit baru bagi para penggiat alam. Namun, jika pendakian ke Danau Tanralili tidak terkontrol, bisa saja terjadi kelongsoran. Semoga kita semakin bijak dalam 'menikmati' alam supaya bukan hanya kita yang menikmati, tapi generasi- generasi kita kelak :D.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar