Perasaan baru kemarin saya tiba di Bandara Nunukan dari Makassar,
eh sekarang udah di sini lagi buat pulang. Tidak terasa sudah 2 minggu saya jalani
di Nunukan. Awalnya mau cepat- cepat pulang, pas mendekati hari H mau pulang
tetap saja ada rasa sedih meninggalkan Nunukan. Apalagi pas hari- hari terakhir
sudah mulai dekat dengan mahasiswa PDD Politeknik Negeri Nunukan yang saya ajar
selama 2 minggu.
Yang bikin tambah sedih itu pas di Nunukan belum sempat
jalan- jalan, paling ngabuburit di alun- alun Nunukan yang letaknya tidak jauh
dari hotel. Paling banter cuci mataku selama di Nunukan, pas perjalanan hotel
ke kampus PDD Politeknik Negeri Nunukan. Soalnya lagi bulan puasa dan jadwal
ngajar yang lumayan padat dan menguras tenaga, jadi pas weekend bawaannya mau
berleha- leha saja di hotel.
Sabtu, 4 Juli 2015…
Bandara Nunukan Nampak lengang, mungkin kami yang terlalu
cepat. Penerbangan Nunukan – Tarakan (kemanapun dari Nunukan memang harus ke
Tarakan dulu) 2 kali sehari, penerbangan pertama pukul 07.00 WITA dan kami
memilih penerbangan pertama jadi sejak pukul 06.00 kami sudah ada di bandara.
Dari ruang tunggu terlihat matahari yang mulai beranjak meninggi. Nampak masih
redup, bias- bias cahayanya menjadikan suasana semakin mellow…
Sunrise di bandara Nunukan |
Pas pulang kemarin bersamaan dengan jadwal pulang dosen- dosen Politeknik Negeri Samarinda
(Polnes) yang juga mengajar di PDD Politeknik Nunukan. Kami berpisah di bandara
Tarakan. Saya melanjutkan perjalanan ke Surabaya, rekan saya kembali ke
Makassar dan dosen- dosen Polnes melanjutkan perjalanan ke Samarinda tentunya.
Daripada bengong menunggu Pak Pilot yang belum datang (kami
tahu pasti karena Pak Pilot menginap di hotel yang sama dengan kami), tiba-
tiba salah satu dosen Polnes mengajak foto bareng, sebagai kenang- kenangan. Jadilah
foto featuring dosen- dosen senior Polnes. Semoga saya juga bisa menjadi dosen
tetap seperti beliau- beliau, aamiin.
Bersama dosen- dosen Polnes |
Dan waktu yang entah dinanti- nanti atau yang ingin kutunda,
panggilan kepada penumpang untuk segera menaiki pesawat pun terdengar dari
pengeras suara di ruang tunggu bandara. Dengan perasaan yang tidak jelas saya
dan yang lain berjalan menuju pesawat. Pesawat penerbangan Nunukan – Tarakan
menggunakan pesawat kecil yang hanya bisa menampung sekitar 50-an penumpang, sebenarnya sih ada pesawat
yang lebih kecil lagi. Karena kita bebas memilih kursi, kupilih tempat duduk
dekat jendela supaya bisa lebih lama kuucapkan salam perpisahan buat Nunukan.
Dari jendela yang cukup buram kulihat Bandara Nunukan yang masih kecil, mungkin
suatu saat bandara ini akan berkembang jadi kalau mau ke Nunukan tidak usah
repot- repot mampir di Tarakan.
Bye bye Nunukan |
Pesawat sudah mulai lepas landas. Perjalanan Nunukan –
Tarakan ditempuh selama 15 menit. Karena ketinggian jelajah pesawat tidak
begitu tinggi, jadi terlihat jelas penampakan Kota Nunukan. Bahkan masih bisa
kukenali jalan yang biasa kulewati setiap hari menuju PDD Politeknik Negeri
Nunukan.
15 menit berlalu begitu saja dan selamat dating di Tarakan!.
Sayang kaca pesawat yang buram dan kamera saya yang ala kadarnya jadi tidak ada
yang bisa saya abadikan selain gambar bandara Nunukan tadi.
Penerbangan lanjutan saya ke Surabaya pukul 09.30. Diantara
kami, saya yang paling cepat berangkat. Setelah mencetak tiket di loket
maskapai, saya pamitan kepada teman- teman yang lain yang jadwal penerbangannya
masih cukup lama.
Ini salah satu hal yang cukup ngenes, sendirian melongo di
ruang tunggu!. Aduh…. Mana saya ngantuk lagi. Dan juga saya sangat khawatir
kalau penerbangan saya harus delay, berhubung maskapai yang saya gunakan ke
Surabaya ini memang langganan delay. Dan Alhamdulillah kali ini tepat waktu.
Untungnya saya dapat kursi dekat jendela dan untungnya tidak
terhalang sayap pesawat, dan yang bikin senang lagi kaca jendelanya tidak buram
jadi dengan kamera ala kadarnya ini bisa lah dapat beberapa momen di
ketinggian. Eits… sebelum lepas landas, say goodbye dulu sama Bandara Juwata
Tarakan, bandara yang mulai berbenah.
Bandara Internasional Juwata Tarakan |
Ini bukan pertama kalinya saya naik pesawat, tapi ini pertama
kalinya saya mendokumentasikan beberapa gambar dari pesawat. Seperti bayangan
saya sebelumnya sebelum menginjakkan kaki di Pulau Kalimantan, bayangan saya
tentang pulau besar ini hanya ada dua hal. Hutan dan sungai yang berkelok-
kelok. Dan benar saja..
Sungai- sungai yang membelah Pulau Kalimantan dari ketinggian |
Sampai ketinggian yang masih menjangkau daratan hanya sungai
dan hutan yang nampak. Semakin lama, sungai dan hutan semakin mengabur
digantikan langit biru dan putihnya awan berarak. Alhamdulillah cuaca cerah
selama penerbangan Tarakan – Surabaya. Saya masih sedikit trauma, beberapa
penerbangan saya sebelumnya cukup mencekam, apalagi sewaktu pulang dari Ambon
menuju Makassar, bahkan sempat ada peringatan dari awak pesawat kalau penerbangan
kami sedang dalam cuaca yang buruk.
Sedikit terik dari luar tapi tidak mengurangi keindahan
ciptaan-Nya.
Lautan mega |
Awalnya saya kira penerbangan Tarakan – Surabaya akan memakan
waktu yang lama, mungkin akan transit di Samarinda atau Balikpapan, ternyata
langsung menuju Surabaya tanpa transit. Kantuk yang sedari tadi kutahan sejak
di bandara Tarakan akhirnya tidak terbendung dan saya menyerah.
Entah berapa lama tepatnya saya tertidur, yang jelas saat
saya sudah bangun kami sudah terbang dalam ketinggian yang cukup rendah
sehingga Nampak jelas lautan di bawah kami. Gradasi warna yang timbul entah
karena apa sangat menarik perhatian saya, terlihat indah (menurut saya).
Gradasi air laut |
1 jam 20 menit hampir terlewati, kami sudah memasuki area
Jawa Timur, entah di mana tepatnya. Setidaknya sudah ada pengumuman dari awak
pesawat kalau sebentar lagi kami akan mendarat di Bandara Internasional Juanda.
Sudah mulai jelas Nampak beberapa area yang padat pemukiman.
Welcome to Jatim :) |
Semakin lama pesawat semakin merendah, kami melewati padang
padang pabrik yang membentang luas. Ini menandakan kalau posisi kami sudah
semakin dekat dengan Juanda. Benar saja, sekitar 10 menit kemudian kami
mendarat dengan selamat di Juanda.
Alhamdulillah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar