Pengikut

Selasa, 28 Juli 2015

Masjid Nasional Al Akbar, di manakah dirimu??

Ramadhan 1436 H adalah ramadhan tersibuk dalam sejarah hidupku (eaaaa....). Karena tugas mulia dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, saya harus ke perbatasan negara di Kota Nunukan untuk mengajar di PDD Politeknik Negeri Nunukan (seperti yang sudah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya). 2 minggu setelah disana sejatinya saya harus kembali ke Kota Daeng, tapi berhubung ini ramadhan dan sebentar lagi lebaran, dan kebetulan Ibu saya berasal dari Malang, dan sanak saudara saya masih banyak di sana, dan mereka minta saya lebaran di sana, jadi deh saya iseng minta tiket Nunukan - Surabaya. Alhamdulillah setelah proses pengajuan dan perundingan yang tidak pelik- pelik amat tapi cukup mendebarkan, permohonan tersebut di-ACC. Eits... setelah tiket ditangan saya belum lega, harus minta izin dulu sama atasan di Politeknik Negeri Pangkajene & Kepulauan. Karena Bos saya yang memang numero uno dan tersohor atas kebaikannya, jadi deh tiket dapet, izin libur lebih awal juga sudah di tangan!. Surabaya...tunggu aku!!.

4 Juli 2015..Alhamdulillah dengan selamat sampai di Kota Surabaya (juga sudah saya ceritakan di tulisan sebelumnya :).

Karena keluarga saya mayoritas berdomisili di Surabaya, alhasil sisa- sisa ramadhan menjelang Lebaran saya habiskan di Surabaya, sempat beberapa hari ke Gresik di tempat Om yang lain (benar- benar jam terbang tinggi kan, wkwk). Karena tidak tahu hendak melakukan apa, jadi hari- hari di Surabaya kuhabiskan dengan blusukan ke sana ke mari by angkot. Saya masih belum berani berkendara sendiri di sana.

Blusukan kali ini saya memutuskan untuk ke Mesjid Nasional Al Akbar, yang merupakan mesjid terbesar ke-2 di Indonesia setelah Mesjid Istiqlal. Awalnya sih cukup ragu, karena seingatku lokasinya sekitaran jalan tol dekat- dekat bandara, takut susah angkotnya. Bermodal nekat dan sedikit sotoy kuberanikan diri. Toh bisa tanya sana sini. Ingat pepatah, malu bertanya sesat di jalan :D.

Bermodal petunjuk dari kernet bus kota yang kunaiki, dari tempat kami turun kami harus menyeberang dan jalan lurus saja sampai masjid nya kelihatan, dan jalannya (kata mas kernet) nggak begitu jauh. Baguslah, pikirku.

Setelah menyeberang jalan, supaya lebih yakin saya kroscek dulu informasi dari mas kernet dengan bertanya kepada mas- mas yang saya lihat di pinggir jalan. Penjelasan dari mas di pinggir jalan sama persis dengan yang dijelaskan mas kernet.

Perjalanan kumulai dengan senyum sumringah menyongsong masjid megah Al Akbar. Di jalan masuk banyak tukang becak yang ngetem, tapi mereka tidak menawarkan jasa becak, mungkin karena jaraknya yang tidak begitu jauh jadi si mas becak enggan menawarkan jasanya, kebanyakan ditolak mungkin.

Mural didinding - dinding yang saya lewati semakin menambah semangat saya karena corak warnanya yang cukup terang. Tidak jauh dari sana, kami juga melewati Pabrik Teh Javana. Sudah sekitar 200an meter saya berjalan, dan tanda- tanda keberadaan Masjid Al Akbar belum nampak. Sedikit heran, tapi saya terus saja melanjutkan perjalanan, toh matahari belum terlalu terik.

Sekarang saya melewati kawasan perumahan. Kalau dilihat- lihat ini kompleks perumahan kalangan menengah ke atas. Hal tersebut terlihat dari rumah- rumah yang ada di sana dan ada aura tersendiri, he he.

Sudah lebih dari 200 m dan menara tinggi Masjid Al Akbar belum nampak, lelah sudah mulai datang. Saya menoleh ke sekitar, siapa tahu ada mas- mas becak yang lagi ngerumpi, mending naik becak deh. Tapi... pencarian nihil, artinya harus tetap berjalan. Duh... di mana sih Masjid Al Akbar nya??

Sabar.....sabar..... harus sabar, apalagi ini bulan Ramadhan. Untung saya tidak sendirian, berdua dengan adik sepupu saya, jadi lumayan ada teman bersabar, hha hha.

Entah sudah berapa ratus meter yang kami tempuh dan masjid Al Akbar belum ada tanda- tanda keberadaannya. Kami sempat curiga kalau nyasar. Tapi tetap saja kami berjalan.

Sabar benar- benar membuahkan hasil..
Tadaaaaaaa......
Kubah Masjid Al Akbar dari kejauhan
Kebahagiaan langsung membuncah, kubah Masjid Al Akbar sudah mulai nampak dibalik pepohonan. Senangnya bukan main. Dan....saya merasa hati saya bergetar, deg- degan, aduh jadi lebay begini, mungkin saking kagumnya saya dengan masjid ini dan mengingat perjuangan menuju tempat ini. Sambil berseru senang, langkah saya semakin cepat, sepupu saya juga tidak kalah semangat.

Lagi.... kayaknya benar- benar harus sabar, sudah 200an meter kami berjalan, kami belum sampai, padahal tadi Masjid Al Akbar sudah kelihatan jelas.
Sabar.... sabar...sabar!..
Matahari mulai bersinar terik dan kami sudah mulai ngos- ngosan yang tadi sempat hilang waktu melihat kubah masjid. Apalagi sedang berpuasa, perfecto!.

Alhamdulillah, akhirnya kami harus mengakhiri perjalanan karena kami sudah sampai di Masjid Al Akbar :D. Tadinya dari luar nampak sepi, tapi saat kami memasuki pagar mesjid, baru terlihat kalau ternyata sedang ada syuting entah stasiun tv apa. Dan syutingnya tepat di bagian pintu utama masjid.
Masjid Nasional Al Akbar
Tuh kan nampak ibu- ibu berseragam pink sedang syuting tepat di pintu utama masjid. Baiklah, sambil menunggu syuting kelar, kami berkeliling ke bagian sisi lain masjid.
Sekitar masjid banyak ditanam pohon jadi lumayan sejuk
Sebenarnya kaki saya terasa pegal, apalagi sepatu yang saya pakai, sangat tidak nyaman untuk digunakan berjalan kaki jarak jauh (>,<).
Kaki- kaki pejuang,wkwkkw
Nampak jelas kan kelelahan di kaki kami, hahahhahaha.... Berjalan jauh sekali, seperti dalam film Kera Sakti mencari kitab suci ke barat, hehehehe.
Sisi lain Masjid Al Akbar
Sepertinya acara syuting Ibu- ibu tadi sudah selesai, tapi properti syuting belum dibereskan, jadi kami memutuskan masuk ke dalam masjid melalui pintu samping.
Masjid Al Akabar tampak samping

Pintu samping Masjid Al Akbar
Pada sisi samping Masjid Al Akbar terdapat beberapa pintu berukuran besar sebagai jalan masuk ke dalam area masjid. Tapi tidak semua pintu tersebut dibuka, hanya 1 - 2 saja. Pada saat saya datang tidak begitu ramai (kecuali kegiatan syuting di bagian depan masjid tadi), jadi kami bisa menikmati Masjid Al Akbar lebih khidmat :).

Bagian dalam Masjid Al Akbar
Nah, beginilah bagian dalam masjid kalau masuk dari samping, karena tidak semua desain dalam mesjid sama. Contohnya untuk bagian langit- langit, tidak semua titik sama desain langit- langitnya. Setelah melaksanakan sholat dhuha dan mengaji kami melanjutkan berkelililing masjid. Oh ya, tempat berwudhu terdapat di bagian bawah masjid, letaknya seperti basement.
Bagian lain masjid dengan desain langit- langit yang indah
Megah kan desain langit- langit masjid Al Akbar. Saya sangat senang bisa berkunjung ke mesjid megah ini. Sedikit menyesal kenapa baru kali ini menyempatkan diri ke sini padahal sering ke Surabaya. Saya ingin menghabiskan waktu lebih lama di sini, tapi berhubung ada keperluan di tempat lain dengan berat hati kami bersiap- siap beranjak keluar mesjid. Karena tadi kami masuk lewat pintu samping, kami berencana keluar lewat pintu utama, walaupun kami harus berputar ke pintu samping tempat kami menyimpan sepatu.
Miniatur Mesjid Al Akbar
Di depan mesjid dekat pintu masuk terdapat miniatur Masjid Al Akbar. Kurang lebih seperti di ataslah secara keseluruhan penampakan mesjid. Di sana juga terdapat kolam bundar dengan air mancur. Sayang, air mancurnya mati, tadi kami sempat lihat air mancurnya waktu masih syuting. Setelah puas melihat- lihat bagian depan mesjid, kami mengarah ke arah samping mesjid tempat kami menyimpan sepatu.
Menara Masjid Al Akbar
Dari sisi samping mesjid terlihat menara Masjid Al Akbar yang menjulang tinggi. Katanya kita bisa naik ke menara menggunakan lift. Baiklah, mumpung di Masjid Al Akbar sekalian saja kami menaiki menara.
Menara Masjid Al Akbar
Untuk bisa naik ke menara kita harus membeli karcis seharga Rp. 7.000,00. Dari atas menara kita bisa melihat kubah- kubah masjid yang indah dan dari atas juga kita bisa melihat hiruk pikuk Kota Surabaya. Oh ya, dari atas menara Masjid Al Akbar juga kelihatan jembatan Suramadu lho.
Kenampakan dari atas menara Masjid Al Akbar
Hanya beberapa menit kami menghabiskan waktu di atas menara dan kami memutuskan untuk turun. Sebelum meninggalkan Masjid Al Akbar, kami sempatkan dulu melihat mesjid dari sisi yang lain. Di bagian sini terdapat tempat parkir mobil.
Masjid Al Akbar dari sudut belakang dekat jalan tol
Masjid Al Akbar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar