Pengikut

Kamis, 31 Desember 2015

Kekinian dulu : Resolusi 2016 *Wakwauw

Gambar : Google

Waowwwwwww perasaan kemarin masih 1 Desember, eh ujug- ujug hari ini sudah 31 Desember aje!. Artinya beberapa jam lagi 2016 akan menghampiri kita, apalagi saat saya curcol ini sudah pukul 21.35 WIB, sebentar lagi. Di berbagai sosmed semua pada sesumbar dengan resolusi tahun baru dan bagaimana merayakannya. Saya tidak mau latah (sebenarnya sih sebelumnya menantikan pergantian tahun adalah agenda penting bagi \saya, catet sebelumnya!) sok- sok sibuk, ya sudah jalani saja malam ini seperti malam- malam sebelumnya, makan - tidur- main game - dsb.... Tapi jujur tetap saja sih ada perasaan ganjil, semua pada pergi entah ke mana, kosan nyaris kosong, teman kamar juga pada kekinian hahahhaha... Tadi sih saya sempat ditawari ikut nginap ke tempat teman, tapi saya tetap keukeh anti mainstream,wkwk.. Tapi dalam hati saya juga ingin bergabung dengan orang- orang yang berkumpul di Jl. Dago saat perhitungan mundur menyambut 2016, semoga saja saya ada teman,hahahhah plin plan. Saya cuma penasaran, berhubung ini adalah pengalaman pertama saya bertahun baru di Bandung :).

Well, masih soal tahun baru, walaupun saya 'merayakannya' dengan mendekam di kamar sambil mendengar musik dan chat dengan sahabat saya yang juga tidak kekinian ikut merayakan tahun baru, tapi saya juga punya dong resolusi 2016. Simple sih, SAYA AKAN SERIUS BELAJAR GRAMMAR SUPAYA BAHASA INGGRIS SAYA CIHUY!!!', itus aja :D.

Oh ya, saya juga sadar kalau mmmm....... saya dan kampret sudah game over (berat buat mengakui ini!) dan saya harus lebih fokus buat persiapan tes IELTS supaya bisa go abroad, kali aja jodoh saya benar- benar ada di sana, hahahahhahaamiin :D.

Selamat malam, selamat menantikan pergantian tahun baru 2016, semoga kita bisa lebih baik dari sebelumnya dan mau tidur, tidur selama setahun...

Jumat, 28 Agustus 2015

ILU My Brondi Shawn Mendes

Seperti biasa kalau hari Jumat di kantor biasanya sepiiiiiiiiiii banget dan hari santai, karena biasanya emang nggak ada job di hari jumat. Daripada ngantuk dan plonga- plongo (kebetulan TV di kantor lagi rusak, dan koran hari ini sudah khatam saya baca) surfing dulu di dunia maya (sebenarnya ini kegiatan rutin saya walaupun sedang sibuk, hihi). Dan kali ini hari jumatku akan kuhabiskan menonton segala macam video baik mv maupun live concert nya my brondi Shawn Mendes by youtube!!. Gilak! Keren banget ini cowok, i luppp yu pull dah dik Shawn :D.

Shawn Mendes (gambar: comot dari google)
Shawn memulai karirnya sebagai viner, itu tuh aplikasi buat upload video. Dia juga sering upload videonya yang mengcover beberapa lagu artis yang sudah terkenal di youtube. Doi jago banget main gitar, kalau lagi main gitar dan diselingi senyum, luarrrr biasaaaaa, kill me now Shawn!!,, hhahha...
Selain jago main gitar, suaranya juga bagus kok, nggak salah deh saya memilih Shawn Mendes, wkwkwk.

Dari semua lagu Shawn, saya paling suka 'Party of the Life', saya bisa seharian mendengarkan lagu ini. Wuihhhh....ngena banget di hati, apalagi pas kalimat, 'We don't care what them people say'.... Tapi secara keseluruhan lagunya bagus, apalagi kalau dibawakan secara akustik, duhh...... bikin meleleh.

Dengar- dengar Shawn ini suka sama cewek yang lebih dewasa dari dia. Wah peluang besar, kita cocok Shawn!. Kamu kelahiran 1998 dan aku lebih dewasa dari itu, hahahahah..
Aduh, bisa gila saya gara- gara Shawn Mendes..
Semoga kapan- kapan bisa nonton langsung live concert nya :D

Kamis, 27 Agustus 2015

Mr. YT, wait me, ha ha ha :D

Sebentar lagi akan memasuki bulan September 2015, tiba- tiba saya teringat kisah perjalanan setahun silam pada 3 - 9 September di Pulau Flores. Salah satu destinasi yang sangat membekas diingatan dan perasaan saya (ha ha ha ha) yaitu perjalanan ke kampung adat Wae Rebo, Manggarai. Selain tempat dan proses pencapaiannya yang benar- benar berkesan, ada hal lain yang membuat saya tidak akan melupakan trip Flores ini. Yah, perjumpaan saya dengan seorang bule dari Jerman yang menjadi nilai tambah perjalanan ke Wae Rebo.

Bertemu dengan wisatawan asing (bule) saat travelling adalah hal yang biasa. Tapi kali ini saya tidak sekedar bertemu, saling bertukar senyum atau sekedar say hello. Kali ini kami lebih dekat, melakukan perjalanan (kebetulan untuk mencapai Wae Rebo kita harus melakukan pendakian) bersama- sama (walaupun hanya saat akan sampai di tujuan), dan melakukan kegiatan selama di Wae Rebo bersama- sama, sampai tidur pun bersama. Eitsss....jangan pikir yang aneh- aneh, karena di Mbaru Niang (rumah adat Wae Rebo) kita harus tidur bersama- sama tanpa sekat sesama pengunjung dan tidak ada penginapan lain. Well.....itu harus dilakukan tapi tenang, ada space cukup jauh kok diantara kami :D.

Oh ya sebut saja bule tadi Mr. YT (ini inisial namanya).
Awal perjumpaan kami di rumah persinggahan di desa terakhir sebelum trekking menuju Wae Rebo. waktu itu saya sedang bersiap- siap melakukan perjalanan saat Mr. YT tiba. Pertama dia sampai di rumah singgah dia langsung minta disiapkan makan siang, mungkin dia kelaparan, maklum saja untuk mencapai desa terakhir saja kita harus melewati jalur yang mengikuti kontur pegunungan dan sangat jauh tentunya, apalagi si mister waktu itu mengendarai motor sendiri.

Semua masih terasa biasa saja, walaupun Mr. YT baru datang, saya tetap harus melanjutkan perjalanan menuju Wae Rebo, bodo amat bule ini mau jalan sendirian atau bagaimana. Nah, saat saya pamitan dan saya mengulurkan tangan untuk salaman (sebagai budaya kita kan kalau bertemu/berpisah dengan orang kita salaman) dia menolaknya, katanya tangannya kotor, memang sih waktu itu tangannya belepotan air jeruk karena dia mengupas jeruk dengan ganas jadi sampai air jeruknya muncrat- muncrat. Gila!!!!, seumur- umur baru kali ini saya mau salaman sama orang tapi ditolak. Dengan gondok saya meninggalkan rumah singgah dan melanjutkan perjalanan.

Secara normal, rumah singgah - Wae Rebo ditempuh selama 4-5 jam, bisa lebih cepat atau lebih lama tergantung kekuatan si pejalan. Saat itu saya berdua dengan teman saya, perempuan. Kami jalan santai saja, toh buat apa terburu- buru, karena kami sudah terbiasa dengan medan seperti ini, menurut perhitungan kami, bisalah jalan sedikit santai sambil menikmati pemandangan dan sampai tujuan sebelum petang.

Sepanjang perjalanan tidak henti kami berapapasan dengan wisatawan yang berasal dari berbagai negara, mereka baru saja meninggalkan Wae Rebo. Kami juga berpapasan dengan warga lokal yang hendak ke kota. Lumayan selingan, daripada monoton lihat pepohonan.

Sudah 3 jam lebih kita melakukan perjalanan, kami beristirahat, dan.........ada seseorang yang datang,
saat saya menoleh, ternyata si bule tadi (sebelumnya saya tidak tahu kalau namanya Mr. YT). Dengan ogah, karena atas norma kesopanan (kita harus menjaga citra orang Indonesia yang ramah) saya tetap menyapa bule songong tadi dan menawarinya snack yangs edang saya makan, sudah saya duga, dia menolaknya, bagus!. OK lanjutkan ngemilnya, lupakan bule songong perusak suasana hati ini.

Tenaga sudah terisi, sekarang mari lanjutkan perjalanan, sepertinya Wae Rebo sudah dekat. Belum lama melanjutkan perjalanan, eh ketemu lagi sama mister songong tadi, duhhhh nasib!. Kali ini saya cuek saja, hanya teman saya yang menyapanya waktu kami melewatinya. Seperti ajang balap saja, belum lama kami melewatinya, si mister songong sudah melewati kami lagi. Cuek saja,sebal saja sepanjang selama di Wae Rebo harus bertemu dia terus.

Berdasarkan petunjuk yang kami dapat di rumah singgha tadi sebelum trekking, tanda kita sudah hampir sampai kalau kita sampai di sebuah pendopo, dari sana sudah tampak jajaran Mbaru Niang dan kita harus memukul kentongan bambu sebagai tanda kalau ada tamu dan pihak adat Wae Rebo mempersiapkan diri menyambut tamu. Dan, kami sudah melihat pendopo itu, yess!. Tapi aduh, si mister songong ada di situ celingak- celinguk entah cari apa. Hahhh.....rasa senang saya buyar seketika.

Saat kami mendekat dengannya, dengan sangat terpaksa saya pun menyapanya, bertanya kenapa dia tidak melanjutkan perjalanan. Ternyata dia mencari kentongan bambu, setelah lama kami mencari kentongan yang kami cari tidak nampak, kami sepakat untuk langsung turun ke Mbaru Niang.

Si mister songong ternyata bernama YT (inisialnya). Lama- kelamaan ngobrol sama dia, ternyata nyambung juga. YT yang awalnya songong dan nampak sangat menyebalkan ternyata sangat friendly, dia bilang kalau dia sempat ragu ngobrol dengan kami, takut kami tidak bisa berbahasa Inggris. Duhh....nih wajah ndeso banget kali ya, yang mencerminkan kalau mustahil si pemilik wajah ini bisa berbahasa Inggris, padahal bisa kok, walaupun masih standar sih, he he he.

Saya tidak menyangka kalau suhu di Wae Rebo sangat.....sangat..... sangat.... sangat dingin!, dan saya tidak membawa jaket tebal, saya hanya membawa jaket jeans biasa. Melihat saya menggigil kedinginan si YT sigap memberikan jaket yang dia kenakan, katanya dia tidak dingin sama sekali, waoowwwww!!!, terbiasa hidup di salju kan, hehe.. Bukan hanya jaket yang dia kenakan, dia juga memberikan jaket lain yang dimilikinya. Maafkan aku YT tadi sudah berprasangka buruk :). Setiap melihat saya menggigil (walaupun sudah memakai 2 jaket YT) dia nampak khawatir dan berusaha ingin membantu menghangatkan saya, salah satunya dengan cara dia menggosok- gosok punggung saya, tapi dengan sangat hati- hati saya menolaknya

FYI, si YT ini brondong lho, 4 tahun lebih muda dari saya, dia berasal dari Jerman tapi tinggal di Swiss dan untuk 1 tahun ini dia menetap di Australia, sebelum ke Flores dia ke Malaysia dan akan berkunjung ke India ckckckck.....gampang banget ya berpindah- pindah dari satu negara ke negara lain.

Sebagai bule, apalagi dari Jerman dia terhitung sangat terbuka, dia mau menceritakan apapun, dia juga sempat memperlihatkan semua foto saudaranya. Kami sempat bermain kartu, dia cerdas juga, cepat ngeh, dan dia juga sangat menyenangkan, ngobrol dengan Mr. YT tanpa saya sadari membuat saya sangat bahagia. Sangat berbeda waktu pertama bertemu di rumah singgah tadi. Kebetulan ada beberapa bule Eropa di tempat kami, saya kira YT akan bergabung dengan mereka, ternyata dia hanya say hello dan tetap bersama kami. Dia juga rela berbagi minuman dengan saya, duhh ramah banget ternyata si YT.

Puas mengobrol dan malam semakin larut kami putuskan untuk beristirahat, saya akan mengembalikan jaket YT, tapi dia menolaknya, dia bilang saya saja yang memakainya karena saya lebih kedinginan, sempat ada perdebatan kecil, tapi akhirnya saya mengalah untuk mengenakan jaketnya tidur, so sweet bukan? hahahahhah

Pagi datang begitu cepat, saya masih ingin berlama- lama, tapi apa boleh buat kami harus berpisah di Wae Rebo yang penuh kenangan ini (hahahahahah). YT akan kembali ke Labuan Bajo, kota yang juga menjadi tujuan saya setelah berkunjung ke Wae Rebo, dan kami sama- sama berharap bisa bertemu lagi di Labuan Bajo sebelum kami kembali ke tujuan masing- masing. Oh ya, YT 2 kali lho minta nomer HP saya, pas dia minta selalu ada hal lain yang mengalihkan, sampai kami berpisah saya lupa kasih nomer HP saya, mungkin doi juga gengsi minta untuk ke 3kali nya, aduhhhhhhhhhhhh >,<.

Pemandangan indah Manggarai - Labuan Bajo tidak bisa sepenuhnya mengalihkan pikiran saya tentang YT (jijay sebenarnya saya mengakuinya), tapi tidak tahu kenapa saya terkesan sekali dengan orang asing ini. Dan......saya sangat berharap bisa  bertenu lagi di Labuan Bajo.

Labuan Bajo...

Di hotel tempat saya menginap saya bertanya kepada resepsionis apa ada tamu mancanegara bernama YT yang menginap di hotel ini, ternyata tidak ada. Saya juga menanyakan hotel- hotel di sekitar tempat kami yang sering ditempati bule- bule menginap. Mungkin saya sudah gila, sampai sebegitunya. Saya masih ingat nama lengkap YT, iseng saya cari di facebook, dan.... ketemu!!!. Tidak langsung di accept permintaan pertemanan saya, mungkin doi masih asyik liburan. Atau juga dia sudah tidak menggunakan akun fb nya. Karena dia sempat bilang kalau sebal dengan orang yang sedikit- sedikit posting di sosmed. Huffttttt saya mulai hopeless.

Hari- hari bisa kujalani normal seperti biasa (hhahahhha....lebay ya), sampai pada suatu waktu, saat OL ada notifikasi YT menerima permintaan pertemanan saya, yeayyy!!!!. Saya mulai stalking, obrak- abrik profilnya nyomot- nyomot foto, sayang hanya sedikit yang saya dapat, seperti yang saya katakan sebelumnya, doi kurang suka sedikit- sedikit posting di sosmed.

Ada sejumput keinginan untuk mengiriminya pesan, sekedar bertanya apa kabar, tapi dasar gengsi ini begitu besar, dan juga karena perbedaan waktu (dengar- dengar sekarang dia kembali ke Jerman) kami tidak pernah bersamaan online, kalau saja bisa bersamaan online mungkin bisa saja saya akan menyapanya lebih dulu.

Bulan demi bulan berlalu, saya sudah mulai lupa tentang YT, tapi, ya ampun!!!!! Belakangan setiap saya ganti foto profil atau posting foto, YT likes my picture!!!, woowwwww!!!! Dan saat dia mengganti akun fb nya, dia tak lupa meng add saya (tapi teman saya juga di add sih, heheh).. Setiap saya travelling, saya sangat berharap kali saja YT sedang mengunjungi tempat yang sama, hehehehe.. Dan itu hanya harapan saya. Sampai pada saya mendaftar beasiswa luar negeri dan saya memilih Jerman sebagai negara tujuan saya, dan saat tes TPA kemarin saya mendapat hasil yang Alhamdulillah, lumayanlah, saya kembali bersemangat!. YT menjadi semangat tersendiri buat saya untuk berjuang mendapatkan beasiswa ini. Saya berjanji kalau saya mendapatkan beasiswa ini, YT akan segera saya kabari :D

Sekarang masa mendebarkan saya menunggu pengumuman beasiswa tersebut.
Semoga ada kabar baik dan wait me YT :D









Rabu, 26 Agustus 2015

TPA Beasiswa Pengembangan Calon Dosen Vokasi/ Politeknik

Undang- Undang mengenai dosen menyebutkan bahwa tenaga dosen harus berpendidikan minimal Strata 2/S2, catet MINIMAL S2!!!!. Nah aku masih S1 (>,<), jadi kalau masih mau bertahan di pekerjaan ya mesti lanjut S2. Pengen sih, tapi males gilak, belajar lagi, kuliah lagi. Mana biaya S2 nggak murah, jadi rugi kalau tidak serius. Kecuali kalau dapat beasiswa, pasti terpacu untuk lebih serius belajarnya, secara kalau prestasi belajar menurun mesti balikin semua duit yang pemerintah/ pihak pemberi beasiswa keluarkan. Selama ini aku juga belum pernah merasakan yang namanya beasiswa selama sekolah sampai kuliah, jadi pengen banget sekali- seklai merasakan kuliah dibiayai pihak lain.

Dan............. kutemukan jalannya!
Dari info yang diberikan Ifan, salah satu teman saya yang pemburu beasiswa yang pastinya selalu tahu info terupdate segala jenis beasiswa, dia ngasih tahu kalau ada beasiswa Dikti, Program Pengembangan Calon Dosen Vokasi/ Politeknik, nah sesuai banget buat kami, kebetulan kami adalah calon dosen yang bekerja di sebuah perguruan tinggi negeri dan harus segera melanjutkan jenjang pendidikan untuk mempermantap posisi kami. Alhamdulillah.

Kesempatan sudah ada, sekarang giliran kami mepersiapkan diri. Gilak persyaratannya!, nggak gila- gila amat sih, standar untuk S2 ke luar negeri, hehehehehe.... Baiklah, belajar buat dapet TOEFL minimal skor 500, ngurus SKBN (Surat Keterangan Bebas Narkoba) dan SKBS (Surat Keterangan Berbadan Sehat). Eits... legalisir ijazah dan transkrip juga, dan engggggg........persyaratan yang paling susah (sebenarnya gak susah, orang yang bersangkutan yang susah ditemui), kita harus mendapat surat pernyataan dari pimpinan tempat kami bekerja bahwa beliau akan mengangkat kami sebagai pegawai sepulang kami sekolah dan surat- surat lainnya yang ditandatangani pimpinan instansi. Awalnya sempat ragu, sempat beberapa kali gagal bertemu beliau yang luar biasa sibuknya. Dan setelah bertemu (waktu itu saya keluar kota, jadi teman saya yang wakili :D) pimpinan, dengan mudah kami dapatkan surat- surat tersebut, Fiuhhhhh.....leganya. Dan yang membuat kami sangat senang, beliau sangat mendukung kami :D.

Hampir saja saya melewatkan peluang besar ini, setelah melakukan tugas di Nunukan, saya tidak langsung pulang tetapi saya melanjutkan perjalanan ke Surabaya lanjut ke Malang, dan ternyata pendaftaran online beasiswa tersebut dimajukan satu bulan lebih awal, oh nooooooo!!!!!!!!!!!!!!!.
Saya jadi tidak bisa menikmati liburan sepenuhnya, separuh pikiran saya melayang jauh ke seberang pulau Sulawesi memikirkan berkas- berkas yang belum rampung semua.

Hari terakhir semakin mendekat, dengan terpaksa saya kembali ke Makassar, padahal masih mau main di Malang. Yaudah demi masa depan ini.

Aduh, ternyata masih dalam suasana Idul Fitri, saya sangat khawatir dokter- dokter masih malas masuk kantor, tapi Alhamdulillah urusan SKBN dan SKBS rampung dalam sehari, dan berkas sudah lengkap ditangan. H-5 pendaftaran ditutup akhirnya upload berkas saya selesai. Sekarang harap- harap cemas menunggu pengumuman lulus berkas untuk mengikuti tes selanjutnya.

1 minggu setelah pendaftaran ditutup, tepatnya 6 Agustus 2015 pengumuman yang sangat saya nantikan akhirnya keluar juga. Alhamdulillah saya lulus berkas :D. Selanjutnya kami harus menunggu jadwal pelaksanaan tes selanjutnya, yakni tes TPA yang entah dilaksanakan kapan dan di mana.

14 Agustus 2015...
Saat saya sibuk berkemas- kemas untuk jalan- jalan bersama teman- teman saya ke salah satu kabupaten di Sulsel yang jarak tempuhnya 6 jam dari Kota Makassar, tiba- tiba Ifan menelpon kalau
jadwal tes sudah ada, dan kita tes TPA di Jakarta tgl 19 Agustus!.. Waowww!!! Mana saya sudah janji jalan- jalan sama teman saya, aduh...

Dalam kegalauan, akhirnya saya putuskan untuk tetap pergi berlibur dengan teman- teman saya.  Itung- itung menenangkan pikiran sebelum tes, walaupun saya sebenarnya mau mendekam dalam kamar untuk belajar, ini kan menyangkut masa depan, harus persiapan matang, tapi apa daya teman- teman saya juga bagian dari masa depan saya, I love you guys :D.

Dan ternyata saya bisa enjoy menikmati jalan- jalan dengan mereka, hehehehe..
Sepulang jalan- jalan, masih banyak banyak tetek bengek yang harus saya lakukan sehingga saya tidak sempat belajar!. Aduh sedihnya..

Singkat cerita...
18 Agustus saya bertolak ke Jakarta, 1 hari sebelum tes. Sengaja saya pilih penerbangan pagi supaya ada waktu lowong buat cari penginapan sekitaran tempat tes, dan cek lokasi tes tentunya yang bertempat di Universitas Gunadarma, Graha Simatupang, Jakarta Selatan. Alhamdulillah semua berjalan lancar, dapat penginapan yang top markotob dengan harga bersahabat fasilitas muantappppp!, dan gedung lokasi tes pun juga sudah tahu di mana tepatnya. Sekarang sisa mempersiapkan diri dengan sisa waktu kurang dari 24 jam dari jadwal tes. Belajar ala kadarnya, cemas sudah pasti. Tapi saya berushaa keras menenangkan hati dan pikiran supaya tetap tenang dan tidak panik.

Dan............waktu yang mendebarkan pun tiba juga. Dalam tes tersebut kita dibagi menjadi 3 kelompok kelas, yang jelas saya terpisah dari teman- teman saya, nggak ngaruh sih, nggak bisa kerjasama ini, hehehehhe...
Saat menatap layar komputer, sedikit gugup, takut hanya sedikit soal yang sanggup saya jawab, kalau hal buruk ini terjadi, ini salah saya sendiri, mau tes malah kelayapan, mana tadi sebelum berangkat saya makan nais goreng, jam 1 siang pula, aduhh tepat sekali, semakin ngantuk.

Setelah mendengar dan membaca instruksi dengan baik, dengan gugup, dan sedikit rasa kantuk saya memulai melakukan tes. Ada 8 kategori soal, masing- masing kategori terdiri 20 butir soal, di mana setiap kategori memiliki batas waktu yang berbeda untuk menyelesaikannya, hal ini berdasarkan tingkat kesulitan soal tentunya.

Kategori soal 1 & 2 alhamdulillah walaupun cukup sulit tapi dengan lancar bisa saya selesaikan, maaf ya saya lupa nama kategori- kategorinya. Masuk kategori soal 3, saya mulai meringis, kantuk saya lenyap seketika saking sulitnya soal- soal tersebut dan waktu untuk mengerjakannya sangat sedikit (menurut saya).

Kategori soal 4,5, dan 6 betul- betul yang buat soal ini tidak berperikemanusiaan, sumpah sulit sekali (lagi, menurut saya, hehe). Waktu mengerjakna soal kategori 1 dan 2 tadi, saya yakin jawaban yang saya pilih benar, nah kategori 3 ke atas ini yang naudzubillah susahnya!. Haddehh.....kalau bisa menyelesaikan semua soal dengan baik, bukan hanya layak melanjutkan studi S2, saya akan mengklaim orang tersebut sebagai Einsten KW super,hahahahahhaha. Serius emang susah soal- soalnya. Soal tes CPNS mah lewat.

Alhamdulillah, ada belas kasihan, soal kategori 7 menurut saya sangat gampang, dari total waktu yang diberikan, saya menyisakan 10 menit dan saya yakin 90% jawaban saya benar :D. Soal dikategori ini merupakan soal yang terdiri dari gambar. Ada sebuah gambar, selanjutnya akan ada gambar lagi yang merupakan potongan gambar tersebut, kita disuruh memilih potongan lainnya agar serupa dengan gambar pertama tadi. Kategori soal terakhir sama dengan kategori soal 7, merupakan tes dengan gambar, tapi ini lebih sulit menurut saya.

Dan.....ternyata langsung muncul skor hasil tes tadi, aduh, saya nggak tega lihat ke layar komputer, takut lihat kenyataan, hahahahahah...... Ada instrusi lagi supaya kita mencatat skor hasil tes, baiklah, saya memberanikan diri menatap ke layar komputer, saya lupa tepatnya berapa, yang jelas dari 8 kategori soal yang kita kerjakan tadi, terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Verbal, Numerikal dan Figural. Saya merasa tidak PD dengan hasil tes saya, tidak tahu untuk tes TPA, skor yang saya dapatkan ini tergolong rendah, cukup atau sudah lumayan. Setelah selesai mencatat hasil tes saya keluar ruangan dan berkumpul bersama teman- teman saya.

Kami saling bertukar informasi mengenai hasil tes kami, dan ternyata sertifikat hasil tes sudah bisa kami unduh di website PLTI (Pusat Layanan Tes Indonesia). Dengan harap- harap cemas kami mengunduh sertifikat kami masing- masing. Yeayyyyyy!!!!!!! Alhamdulillah saya mendapat skor TPA 600!. Skor teman- teman saya masih di bawah saya (ini teman- teman saya dari Makassar, tidak tahu kalau peserta yang lain). Huuuuu... nggak nyangka juga bisa tembus angka segitu. Dengar- dengar sih skor 600 itu sudah lumayan, karena skor TPA untuk sertifikasi dosen saja hanya 550, Alhamdulillah :D.

Sertifikat TPA
Saya benar- benar tidak menyangka!. Tapi kok, asal instansi saya salah, mestinya dari Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, tapi yang tertulis dari Universitas Yogyakarta. Saya harus komplain nih, jangan sampai nanti belakangan kenapa- napa.

Sekarang sisa menunggu pengumuman resmi Dikti siapa- siapa saja yang lulus seleksi Tes TPA, semoga saya termasuk salah satunya, aamiin :D




Minggu, 23 Agustus 2015

Hati- Hati Naik Busway (Trans Jakarta)

Beberapa hari kemarin saya ada urusan penting di Jakarta. Selama di Jakarta saya nginap di homestay di daerah Ragunan, Jakarta Selatan. Alhasil, supaya hemat, kalau mau ke mana- mana saya memilih untuk menggunakan moda transportasi Trans Jakarta atau yang lebih beken dengan sebutan busway. Walaupun hanya seharian saya naik busway ke sana ke mari (selebihnya naik taxi karena takut nyasar dan nggak tau rute busway,wkwkkwk) cukup banyak kisah yang bisa saya ceritakan.

Pertama kali saya naik busway dari Kebun Binatang Ragunan menuju Kota Tua. Untuk sampai di Monas kita harus berganti busway 2 kali. Busway yang pertama saya naiki busway yang sudah cukup tua, padahal saya pengen sekali naik busway yang baru, maklum bukan orang Jakarta yang bisa setiap hari naik busway. Yang naik dari Ragunan hanya beberapa orang jadi tidka perlu berebut tempat duduk, masih banyak yang kosong malah.

Setelah turun didaerah Dukuh Bawah (kalo nggak salah), kami harus berjalan cukup jauh menuju halte busway berikutnya yang akan mengantar kami ke Kota Tua. Naik busway benar- benar hemat biaya, cukup Rp. 3.500,00 kita bisa ke mana saja sepanjang sesuai rute busway. Well, setelah berjalan cukup jauh akhirnya sampai juga di halte busway tujuan Jakarta Kota. Banyak sekali penumpang yang menunggu di halte ini, sangat berbeda jauh dengan halte Ragunan tadi. Tidak terlalu lama kami menunggu akhirnya busway yang dinanti- nanti datang juga. Finally, aku naik busway baru! Hahahahhah...jadi norak begini.
Foto : Comot dari google :D

Tapi sayang penumpangnya bejubel, jadi saya harus berdiri, berharap segera ada yang turun di pemberhentian berikutnya. Dan doa saya dikabulkan!. Dengan sigap saya menyambar kursi yang baru saja ditinggal turun penumpang sebelumnya.

Ternyata cukup jauh juga Kota Tua. secara dari Jakarta Selatan menuju Jakarta Utara!, apalagi tujuan kami ini merupakan pemberhentian terakhir!.. Lumayan cuci- cuci mata lihat gedung- gedung menjulang di sepanjang jalan, yang jarang saya temui di kota asal saya, heheheh..

Entah berapa halte yang kami singgahi, akhirnya sampai juga di halte terakhir, Jakarta Kota. Dari halte ini kami melewati terowongan untuk keluar dari halte dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju tujuan kami, Kota Tua!. Naik busway cukup lama, dan sekarang kami harus berjalan cukup jauh (karena lelah, jalan pendek pun terasa jauh).

Puas 'bermain- main' di Kota Tua kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir untuk hari ini, yaitu Monumen Nasional (Monas). Untuk ke Monas kembali kami memilih busway sebagai transportasi, karena paling sesuai dikantong tentunya, hehehhe.

Dari Kota Tua kami harus kembali berjalan kaki menuju halte tempat menunggu busway. Kembali melewati terowongan tadi. Di halte ini yang menunggu busway cukup ramai juga, apalagi bertepatan dengan jam pulang kantor.

Sekarang kami sudah ahli 'berebut' busway, hehehehe. Kalau tidak salah ingat, dari Jakarta Kota menuju Monas kami hanya menaiki 1 busway, tidak transit di halte lain. Oh ya, untuk menikmati transportasi busway, kita harus memiliki kartu yang bisa diisi ulang. Kalau saya menetap di Jakarta, saya akan selalu menunggakan busway ke mana- mana, daripada naik mobil sendiri yang akan memperparah macet dan menyumbang polusi.

Singkat cerita...

Malamnya setelah puas nongkrong di Monas, pulang ke daerah Ragunan, Jakarta Selatan, kami kembali menaiki busway. Kali ini kami harus berpisah dengan Ufi, teman saya yang menjadi guide seharian. Kami berpisah di halte Monas, dari halte tersebut sisa 1 kali naik busway langsung ke daerah Ragunan, turunnya di halte SMKN 57, halte terdekat dari homestay tempat kami menginap.

Cukup lama juga busway yang dinanti- nanti tak kunjung datang. Yang menunggu juga cukup banyak. Lama..... lama.....cukup lama mennati belum ada tanda- tanda datangnya busway tujuan Ragunan. Bosan sudah mulai menghadapi, sampai dari kejauhan di jalur busway terlihat sebuah bus yang datang ke arah kami. Awalnya saya ragu ini busway karena ukurannya lebih kecil dari beberapa busway yang saya naiki seharian ini. Tapi ini kan jalur busway, pasti ini busway nya. Dan bus tersebut berhenti tepat di depan saya, kernetnya teriak- teriak 'Ragunan... Ragunan!'...... Kami serempak masuk ke dalam bus. Pas masuk, saya sudah merasa curiga, kok model temoat duduknya lain!, saya berbisik ke teman yang duudk di samping saya. Katanya, 'Kali aja emang beda- beda Wid!', OK saya mulai tenang tapi masih curiga dan merasa aneh.

Kecurigaan saya terbukti, tidak lama kami duduk datang seorang kernet yang menagih ongkos, duhhh! benar- benar salah naik, hahahahhaha... Kami sontak berpandangan satu sama lain dan ngakak sejadinya, hahahahahahha... ternyata kami naik kopaja AC, pantas terasa nyaman seperti naik busway cuma beda model kursi sama seragam sopirnya. Lucu tapi sempat jengkel juga sama sopir kopaja yang seenaknya masuk jalur busway, jadi orang awam seperti kami bisa salah paham, hahahahhaha.... Pantas saja, hanya kami berlima dari semua yang menunggu busway tujuan Ragunan yang naik ke bus, hahahahahahha..
Ini menjadi satu pelajaran lagi kalau naik busway harus ekstra  hati- hati, jangan sampai salah naik seperti kami, karena tarif kopaja hampir 2x lipat ongkos busway.

Rabu, 29 Juli 2015

'Piknik' di Masjid Tiban

Walaupun sedikit terlambat saya mau mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H!.
Maaf kalau selama ini ada postingan atau kata- kata dalam postingan di blog saya yang menyinggung perasaan teman- teman, maafin ya :D.
Ke mana sajakah kalian saat liburan lebaran kemarin?
Bisa jadi ada yang sibuk open house di rumah atau berwisata bersama keluarga. Nah, kalau saya setelah menjamu tamu- tamu lebaran di hari pertama dan kedua lebaran, hari ketiga lebaran karena berhubung saya berlebaran di Kabupaten Malang, saya ingin berkunjung ke Masjid Tiban yang letaknya tidak jauh dari rumah Bude saya.

Masjid Tiban berada dalam kompleks Pondok Pesantren Biharu Bahri'asali Fadlaailir Rahmah di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dinamakan 'Tiban' karena konon, masjid ini 'tiba-tiba ada'. Ada juga yang menyebut Masjid Tiban sebagai Masjid Jin, karena asumsi tadi yang menganggap Masjid Tiban tiba- tiba berdiri tanpa diketahui proses pembangunannya. Padahal (berdasarkan informasi yang saya baca dan dengar dari beberapa sumber), saat masjid ini dibangun, dibuat pagar tinggi yang menutupi masjid sehingga warga sekitar tidak tahu dan tidak melihat kalau sedang ada pembangunan masjid. Nah, pas masjid ini hampir rampung, pagar tinggi tersebut dirobohkan, sontak warga sekitar masjid heran tiba- tiba ada masjid megah yang berdiri dekat pemukiman mereka. Bahkan, ada yang menganggap kalau masjid tersebut didirikan oleh jin jadi selesai dalam sekejap saja.

Demikian sekilas info tentang asal muasal Masjid Tiban a.k.a Masjid Jin, hehehehe..
Masjid Tiban sendiri terletak di gang cukup  kecil di tengah- tengah pemukiman warga. Sepanjang jalan gang sampai di depan pintu masuk masjid, penuh dengan lapak- lapak yang menjual berbagai macam barang, mulai dari penganan atau pakaian yang bisa dijadikan buah tangan.
Pintu masuk Masjid Tiban
Ini adalah kali kedua saya ke Masjid Tiban, jadi maaf dokumentasinya kurang lengkap. Selain hal tersebut, hal lain yang bikin saya malas yaitu padatnya pengunjung karena saya datang pada saaat liburan.
Gambar di atas saya lupa di bagian mana masjid, kalau tidak salah ini gerbnag keluar mobil, hehehehe. Arsitektur Masjid Tiban sangat bagus (menurut saya), unik dan berasa kita ada di manaaaaaa....begitu, kayak bukan di Turen. Bahkan saat saya mengunggah foto saya di Masjid Tiban, ada yang mengira kalau saya sedang di Turki, wkwkwkwk..
Spot yang paling saya suka di Masjid Tiban yaitu di bagian depan nya,  seperti yang saya katakan tadi, arsitekturnya yang cukup unik untuk sebuah masjid.
Guci besar dekat gerbang masuk Masjid Tiban
Tidak tahu kenapa saya suka sekali dengan guci besar yang berada di dekat pintu gerbang masuk ke Masjid Tiban. Sebenarnya sih masih ada sisi lain di bagian luar masjid, tapi cukup sekian main- main di luar masjid karena cuaca sangat panassssss....
Masjid Tiban padat pengunjung
Maaf lagi lupa memfoto bagian depan pintu masuk ke dalam masjid, tapi mirip- mirip lah dengan gambar terowongan di atas. Jadi saat berjalan di area terowongan ini kita harus melepas alas kaki. Makanya pas kita mau masuk masjid ada banyak penjual kantong kresek. seperti yang terlihat pada gambar, Masjid Tiban sedang padat pengunjung, maklum sedang libur lebaran, jadi sangat tepat untuk berwisata ke masjid :D.

Sempat bingung kan ke mana dulu. Karena cuaca yang panas, saya putuskan untuk berkeliling di dalam area masjid saja. Saya naik ke lantai atas masjid dan saat menuju lantai 7 yang salah satu merupakan pusat perbelanjaan di masjid ini, ternyata terdapat spot yang tidak kalah keren dengan bagian luar masjid tadi.
Kubah- kubah Masjid Tiban
Dari atas sini tampak kubah- kubah Masjid Tiban yang berbentuk kerucut dan dengan arsitektur yang juga unik. Dari atas sini juga terlihat jelas kalau masjid ini terletak di tengah-  tengah pemukiman warga. Lagi- lagi karena panas terik saya harus meninggalkan spot kece ini, nanti kulit saya bertambah eksotis, kasihan kan Beyonce dapat saingan nanti, hahhahaha.

Tujuan berikutnya saya mau naik ke lantai 7 yang merupakan pusat perbelanjaan. Ternyata bukan hanya banyak toko, di sini juga banyak orang yang lagi piknik. Piknik???. Iya, mereka memang piknik. Bahkan ada yang sampai membawa bekal lho.
area 'piknik' di Masjid Tiban
Pengunjung yang sedang ;piknik' di Masjid Tiban
Bagus sih sebenarnya ada tempat khusus buat makan atau 'piknik', supaya pengunjung yang datang dari jauh bisa beristirahat, apalagi area masjid yang cukup luas untuk dieksplor. Tapi pengunjung harus memperhatikan kebersihan masjid. Jangan sampai masjid yang mestinya dijadikan tempat wisata rohani malah dijadikan tempat piknik. Apalagi fasilitas hiburan di Masjid Tiban yang cukup lengkap, bahkan terdapat kebun binatang mini. Semoga saja fungsi utama masjid yang sejatinya sebagai tempat ibadah beralih fungsi menjadi tempat piknik.

Setelah puas melihat orang- orang yang sedang 'piknik', saya beranjak turun. Saya turun lewat jalan lain. Saya melewati tempat yang diset seperti hutan. Agak gelap di sini seperti hutan beneran.
Area masjid yang seperti hutan
Melewati hutan saya berbelok ke tempat yang terdapat kolam, di mana kolam itu banyak uang koin di dalamnya. 
Kolam 'koin'
Uang koin tersebut dilempar para pengunjung. Ada yang beberapa alasan mengapa mereka melakukannya. Ada yang ingin keinginannya terwujud dengan melempar koin di kolam sambil berdoa. Adapula yang beranggapan jika mereka melempar koin, koin tersebut akan berlipat ganda. Astagfirullah!!.. Sangat disayangkan, ketika kita berkunjung ke masjid tapi malah berbuat seperti ini.

Ah tinggalkan kolam yang bikin emosi ini. Mari keluar saja. Saya pilih lewat jalan yang dengan lorong yang bernuansa hijau. Aneh juga sih, kenapa ada konsep seperti ini, tapi bagus kok :).
Hanya sampai di sini eksplor saya kali ini di Masjid Tiban, sebenarnya masih banyak spot yang tidak sempat saya kunjungi. Salah satunya adalah kebun binatang mini. Mungkin kapan- kapan kalau pulang kampung lagi saya akan mampir ke Masjid Tiban.

Selasa, 28 Juli 2015

Masjid Nasional Al Akbar, di manakah dirimu??

Ramadhan 1436 H adalah ramadhan tersibuk dalam sejarah hidupku (eaaaa....). Karena tugas mulia dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, saya harus ke perbatasan negara di Kota Nunukan untuk mengajar di PDD Politeknik Negeri Nunukan (seperti yang sudah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya). 2 minggu setelah disana sejatinya saya harus kembali ke Kota Daeng, tapi berhubung ini ramadhan dan sebentar lagi lebaran, dan kebetulan Ibu saya berasal dari Malang, dan sanak saudara saya masih banyak di sana, dan mereka minta saya lebaran di sana, jadi deh saya iseng minta tiket Nunukan - Surabaya. Alhamdulillah setelah proses pengajuan dan perundingan yang tidak pelik- pelik amat tapi cukup mendebarkan, permohonan tersebut di-ACC. Eits... setelah tiket ditangan saya belum lega, harus minta izin dulu sama atasan di Politeknik Negeri Pangkajene & Kepulauan. Karena Bos saya yang memang numero uno dan tersohor atas kebaikannya, jadi deh tiket dapet, izin libur lebih awal juga sudah di tangan!. Surabaya...tunggu aku!!.

4 Juli 2015..Alhamdulillah dengan selamat sampai di Kota Surabaya (juga sudah saya ceritakan di tulisan sebelumnya :).

Karena keluarga saya mayoritas berdomisili di Surabaya, alhasil sisa- sisa ramadhan menjelang Lebaran saya habiskan di Surabaya, sempat beberapa hari ke Gresik di tempat Om yang lain (benar- benar jam terbang tinggi kan, wkwk). Karena tidak tahu hendak melakukan apa, jadi hari- hari di Surabaya kuhabiskan dengan blusukan ke sana ke mari by angkot. Saya masih belum berani berkendara sendiri di sana.

Blusukan kali ini saya memutuskan untuk ke Mesjid Nasional Al Akbar, yang merupakan mesjid terbesar ke-2 di Indonesia setelah Mesjid Istiqlal. Awalnya sih cukup ragu, karena seingatku lokasinya sekitaran jalan tol dekat- dekat bandara, takut susah angkotnya. Bermodal nekat dan sedikit sotoy kuberanikan diri. Toh bisa tanya sana sini. Ingat pepatah, malu bertanya sesat di jalan :D.

Bermodal petunjuk dari kernet bus kota yang kunaiki, dari tempat kami turun kami harus menyeberang dan jalan lurus saja sampai masjid nya kelihatan, dan jalannya (kata mas kernet) nggak begitu jauh. Baguslah, pikirku.

Setelah menyeberang jalan, supaya lebih yakin saya kroscek dulu informasi dari mas kernet dengan bertanya kepada mas- mas yang saya lihat di pinggir jalan. Penjelasan dari mas di pinggir jalan sama persis dengan yang dijelaskan mas kernet.

Perjalanan kumulai dengan senyum sumringah menyongsong masjid megah Al Akbar. Di jalan masuk banyak tukang becak yang ngetem, tapi mereka tidak menawarkan jasa becak, mungkin karena jaraknya yang tidak begitu jauh jadi si mas becak enggan menawarkan jasanya, kebanyakan ditolak mungkin.

Mural didinding - dinding yang saya lewati semakin menambah semangat saya karena corak warnanya yang cukup terang. Tidak jauh dari sana, kami juga melewati Pabrik Teh Javana. Sudah sekitar 200an meter saya berjalan, dan tanda- tanda keberadaan Masjid Al Akbar belum nampak. Sedikit heran, tapi saya terus saja melanjutkan perjalanan, toh matahari belum terlalu terik.

Sekarang saya melewati kawasan perumahan. Kalau dilihat- lihat ini kompleks perumahan kalangan menengah ke atas. Hal tersebut terlihat dari rumah- rumah yang ada di sana dan ada aura tersendiri, he he.

Sudah lebih dari 200 m dan menara tinggi Masjid Al Akbar belum nampak, lelah sudah mulai datang. Saya menoleh ke sekitar, siapa tahu ada mas- mas becak yang lagi ngerumpi, mending naik becak deh. Tapi... pencarian nihil, artinya harus tetap berjalan. Duh... di mana sih Masjid Al Akbar nya??

Sabar.....sabar..... harus sabar, apalagi ini bulan Ramadhan. Untung saya tidak sendirian, berdua dengan adik sepupu saya, jadi lumayan ada teman bersabar, hha hha.

Entah sudah berapa ratus meter yang kami tempuh dan masjid Al Akbar belum ada tanda- tanda keberadaannya. Kami sempat curiga kalau nyasar. Tapi tetap saja kami berjalan.

Sabar benar- benar membuahkan hasil..
Tadaaaaaaa......
Kubah Masjid Al Akbar dari kejauhan
Kebahagiaan langsung membuncah, kubah Masjid Al Akbar sudah mulai nampak dibalik pepohonan. Senangnya bukan main. Dan....saya merasa hati saya bergetar, deg- degan, aduh jadi lebay begini, mungkin saking kagumnya saya dengan masjid ini dan mengingat perjuangan menuju tempat ini. Sambil berseru senang, langkah saya semakin cepat, sepupu saya juga tidak kalah semangat.

Lagi.... kayaknya benar- benar harus sabar, sudah 200an meter kami berjalan, kami belum sampai, padahal tadi Masjid Al Akbar sudah kelihatan jelas.
Sabar.... sabar...sabar!..
Matahari mulai bersinar terik dan kami sudah mulai ngos- ngosan yang tadi sempat hilang waktu melihat kubah masjid. Apalagi sedang berpuasa, perfecto!.

Alhamdulillah, akhirnya kami harus mengakhiri perjalanan karena kami sudah sampai di Masjid Al Akbar :D. Tadinya dari luar nampak sepi, tapi saat kami memasuki pagar mesjid, baru terlihat kalau ternyata sedang ada syuting entah stasiun tv apa. Dan syutingnya tepat di bagian pintu utama masjid.
Masjid Nasional Al Akbar
Tuh kan nampak ibu- ibu berseragam pink sedang syuting tepat di pintu utama masjid. Baiklah, sambil menunggu syuting kelar, kami berkeliling ke bagian sisi lain masjid.
Sekitar masjid banyak ditanam pohon jadi lumayan sejuk
Sebenarnya kaki saya terasa pegal, apalagi sepatu yang saya pakai, sangat tidak nyaman untuk digunakan berjalan kaki jarak jauh (>,<).
Kaki- kaki pejuang,wkwkkw
Nampak jelas kan kelelahan di kaki kami, hahahhahaha.... Berjalan jauh sekali, seperti dalam film Kera Sakti mencari kitab suci ke barat, hehehehe.
Sisi lain Masjid Al Akbar
Sepertinya acara syuting Ibu- ibu tadi sudah selesai, tapi properti syuting belum dibereskan, jadi kami memutuskan masuk ke dalam masjid melalui pintu samping.
Masjid Al Akabar tampak samping

Pintu samping Masjid Al Akbar
Pada sisi samping Masjid Al Akbar terdapat beberapa pintu berukuran besar sebagai jalan masuk ke dalam area masjid. Tapi tidak semua pintu tersebut dibuka, hanya 1 - 2 saja. Pada saat saya datang tidak begitu ramai (kecuali kegiatan syuting di bagian depan masjid tadi), jadi kami bisa menikmati Masjid Al Akbar lebih khidmat :).

Bagian dalam Masjid Al Akbar
Nah, beginilah bagian dalam masjid kalau masuk dari samping, karena tidak semua desain dalam mesjid sama. Contohnya untuk bagian langit- langit, tidak semua titik sama desain langit- langitnya. Setelah melaksanakan sholat dhuha dan mengaji kami melanjutkan berkelililing masjid. Oh ya, tempat berwudhu terdapat di bagian bawah masjid, letaknya seperti basement.
Bagian lain masjid dengan desain langit- langit yang indah
Megah kan desain langit- langit masjid Al Akbar. Saya sangat senang bisa berkunjung ke mesjid megah ini. Sedikit menyesal kenapa baru kali ini menyempatkan diri ke sini padahal sering ke Surabaya. Saya ingin menghabiskan waktu lebih lama di sini, tapi berhubung ada keperluan di tempat lain dengan berat hati kami bersiap- siap beranjak keluar mesjid. Karena tadi kami masuk lewat pintu samping, kami berencana keluar lewat pintu utama, walaupun kami harus berputar ke pintu samping tempat kami menyimpan sepatu.
Miniatur Mesjid Al Akbar
Di depan mesjid dekat pintu masuk terdapat miniatur Masjid Al Akbar. Kurang lebih seperti di ataslah secara keseluruhan penampakan mesjid. Di sana juga terdapat kolam bundar dengan air mancur. Sayang, air mancurnya mati, tadi kami sempat lihat air mancurnya waktu masih syuting. Setelah puas melihat- lihat bagian depan mesjid, kami mengarah ke arah samping mesjid tempat kami menyimpan sepatu.
Menara Masjid Al Akbar
Dari sisi samping mesjid terlihat menara Masjid Al Akbar yang menjulang tinggi. Katanya kita bisa naik ke menara menggunakan lift. Baiklah, mumpung di Masjid Al Akbar sekalian saja kami menaiki menara.
Menara Masjid Al Akbar
Untuk bisa naik ke menara kita harus membeli karcis seharga Rp. 7.000,00. Dari atas menara kita bisa melihat kubah- kubah masjid yang indah dan dari atas juga kita bisa melihat hiruk pikuk Kota Surabaya. Oh ya, dari atas menara Masjid Al Akbar juga kelihatan jembatan Suramadu lho.
Kenampakan dari atas menara Masjid Al Akbar
Hanya beberapa menit kami menghabiskan waktu di atas menara dan kami memutuskan untuk turun. Sebelum meninggalkan Masjid Al Akbar, kami sempatkan dulu melihat mesjid dari sisi yang lain. Di bagian sini terdapat tempat parkir mobil.
Masjid Al Akbar dari sudut belakang dekat jalan tol
Masjid Al Akbar



Selasa, 14 Juli 2015

Bye Bye Nunukan



Perasaan baru kemarin saya tiba di Bandara Nunukan dari Makassar, eh sekarang udah di sini lagi buat pulang. Tidak terasa sudah 2 minggu saya jalani di Nunukan. Awalnya mau cepat- cepat pulang, pas mendekati hari H mau pulang tetap saja ada rasa sedih meninggalkan Nunukan. Apalagi pas hari- hari terakhir sudah mulai dekat dengan mahasiswa PDD Politeknik Negeri Nunukan yang saya ajar selama 2 minggu.
Yang bikin tambah sedih itu pas di Nunukan belum sempat jalan- jalan, paling ngabuburit di alun- alun Nunukan yang letaknya tidak jauh dari hotel. Paling banter cuci mataku selama di Nunukan, pas perjalanan hotel ke kampus PDD Politeknik Negeri Nunukan. Soalnya lagi bulan puasa dan jadwal ngajar yang lumayan padat dan menguras tenaga, jadi pas weekend bawaannya mau berleha- leha saja di hotel.
Sabtu, 4 Juli 2015…
Bandara Nunukan Nampak lengang, mungkin kami yang terlalu cepat. Penerbangan Nunukan – Tarakan (kemanapun dari Nunukan memang harus ke Tarakan dulu) 2 kali sehari, penerbangan pertama pukul 07.00 WITA dan kami memilih penerbangan pertama jadi sejak pukul 06.00 kami sudah ada di bandara. Dari ruang tunggu terlihat matahari yang mulai beranjak meninggi. Nampak masih redup, bias- bias cahayanya menjadikan suasana semakin mellow…

Sunrise di bandara Nunukan
Pas pulang kemarin bersamaan dengan jadwal pulang  dosen- dosen Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) yang juga mengajar di PDD Politeknik Nunukan. Kami berpisah di bandara Tarakan. Saya melanjutkan perjalanan ke Surabaya, rekan saya kembali ke Makassar dan dosen- dosen Polnes melanjutkan perjalanan ke Samarinda tentunya.
Daripada bengong menunggu Pak Pilot yang belum datang (kami tahu pasti karena Pak Pilot menginap di hotel yang sama dengan kami), tiba- tiba salah satu dosen Polnes mengajak  foto bareng, sebagai kenang- kenangan. Jadilah foto featuring dosen- dosen senior Polnes. Semoga saya juga bisa menjadi dosen tetap seperti beliau- beliau, aamiin.
Bersama dosen- dosen Polnes
Dan waktu yang entah dinanti- nanti atau yang ingin kutunda, panggilan kepada penumpang untuk segera menaiki pesawat pun terdengar dari pengeras suara di ruang tunggu bandara. Dengan perasaan yang tidak jelas saya dan yang lain berjalan menuju pesawat. Pesawat penerbangan Nunukan – Tarakan menggunakan pesawat kecil yang hanya bisa menampung sekitar  50-an penumpang, sebenarnya sih ada pesawat yang lebih kecil lagi. Karena kita bebas memilih kursi, kupilih tempat duduk dekat jendela supaya bisa lebih lama kuucapkan salam perpisahan buat Nunukan. Dari jendela yang cukup buram kulihat Bandara Nunukan yang masih kecil, mungkin suatu saat bandara ini akan berkembang jadi kalau mau ke Nunukan tidak usah repot- repot mampir di Tarakan.
Bye bye Nunukan
Pesawat sudah mulai lepas landas. Perjalanan Nunukan – Tarakan ditempuh selama 15 menit. Karena ketinggian jelajah pesawat tidak begitu tinggi, jadi terlihat jelas penampakan Kota Nunukan. Bahkan masih bisa kukenali jalan yang biasa kulewati setiap hari menuju PDD Politeknik Negeri Nunukan.
15 menit berlalu begitu saja dan selamat dating di Tarakan!. Sayang kaca pesawat yang buram dan kamera saya yang ala kadarnya jadi tidak ada yang bisa saya abadikan selain gambar bandara Nunukan tadi.
Penerbangan lanjutan saya ke Surabaya pukul 09.30. Diantara kami, saya yang paling cepat berangkat. Setelah mencetak tiket di loket maskapai, saya pamitan kepada teman- teman yang lain yang jadwal penerbangannya masih cukup lama.
Ini salah satu hal yang cukup ngenes, sendirian melongo di ruang tunggu!. Aduh…. Mana saya ngantuk lagi. Dan juga saya sangat khawatir kalau penerbangan saya harus delay, berhubung maskapai yang saya gunakan ke Surabaya ini memang langganan delay. Dan Alhamdulillah kali ini tepat waktu.
Untungnya saya dapat kursi dekat jendela dan untungnya tidak terhalang sayap pesawat, dan yang bikin senang lagi kaca jendelanya tidak buram jadi dengan kamera ala kadarnya ini bisa lah dapat beberapa momen di ketinggian. Eits… sebelum lepas landas, say goodbye dulu sama Bandara Juwata Tarakan, bandara yang mulai berbenah.
Bandara Internasional Juwata Tarakan
Ini bukan pertama kalinya saya naik pesawat, tapi ini pertama kalinya saya mendokumentasikan beberapa gambar dari pesawat. Seperti bayangan saya sebelumnya sebelum menginjakkan kaki di Pulau Kalimantan, bayangan saya tentang pulau besar ini hanya ada dua hal. Hutan dan sungai yang berkelok- kelok. Dan benar saja..
Sungai- sungai yang membelah Pulau Kalimantan dari ketinggian
Sampai ketinggian yang masih menjangkau daratan hanya sungai dan hutan yang nampak. Semakin lama, sungai dan hutan semakin mengabur digantikan langit biru dan putihnya awan berarak. Alhamdulillah cuaca cerah selama penerbangan Tarakan – Surabaya. Saya masih sedikit trauma, beberapa penerbangan saya sebelumnya cukup mencekam, apalagi sewaktu pulang dari Ambon menuju Makassar, bahkan sempat ada peringatan dari awak pesawat kalau penerbangan kami sedang dalam cuaca yang buruk.
Sedikit terik dari luar tapi tidak mengurangi keindahan ciptaan-Nya.
Lautan mega
Awalnya saya kira penerbangan Tarakan – Surabaya akan memakan waktu yang lama, mungkin akan transit di Samarinda atau Balikpapan, ternyata langsung menuju Surabaya tanpa transit. Kantuk yang sedari tadi kutahan sejak di bandara Tarakan akhirnya tidak terbendung dan saya menyerah.
Entah berapa lama tepatnya saya tertidur, yang jelas saat saya sudah bangun kami sudah terbang dalam ketinggian yang cukup rendah sehingga Nampak jelas lautan di bawah kami. Gradasi warna yang timbul entah karena apa sangat menarik perhatian saya, terlihat indah (menurut saya).

Gradasi air laut
1 jam 20 menit hampir terlewati, kami sudah memasuki area Jawa Timur, entah di mana tepatnya. Setidaknya sudah ada pengumuman dari awak pesawat kalau sebentar lagi kami akan mendarat di Bandara Internasional Juanda. Sudah mulai jelas Nampak beberapa area yang padat pemukiman.

Welcome to Jatim :)
Semakin lama pesawat semakin merendah, kami melewati padang padang pabrik yang membentang luas. Ini menandakan kalau posisi kami sudah semakin dekat dengan Juanda. Benar saja, sekitar 10 menit kemudian kami mendarat dengan selamat di Juanda.
Alhamdulillah..