Pengikut

Jumat, 29 Mei 2015

teman- teman kita di Jatim Park 2

Dari kecil saya memang sudah sering diajak berkunjung ke Kebun Binatang, entah kenapa, mungkin sebagai media pembelajaran untuk mengetahui dunia hewan. Tapi saya sangat menyukainya. Ada rasa bahagia tersendiri deh melihat tingkah lucu hewan- hewan yang ada. Nah, sekarang saya akan berkunjung ke Jatim Park 2, bukan hanya hewan- hewan hidup, tapi diorama mereka juga ada di sini.

Jatim Park 2 terletak di Kota Batu dan di dalamnya meliputi, Museum Satwa yang merupakan wahana edukatif  dimana pengunjung dapat melihat diorama-diprama hewan dari berbagai belahan dunia. Dalam Jatim Park 2 juga terdapat Batu Secret Zoo yang merupakan kebun binatang, walaupun koleksi satwanya tidak begitu banyak.

Tiket masuk Jatim Park 2 waktu saya berkunjung kalau tidak salah ingat Rp. 105.000,00/org.  Tergantung sih pilih paket yang mana. Sebenarnya sih timingnya kurang tepat, soalnya waktu saya datang sudah pukul 16.00 WIB, jadi waktu eksplor sangat singkat. Alhasil semua saya lakukan terburu- buru dan sepintas saja.

Loket pembelian tiket Jatim Park 2
Loket dari arah Museum Satwa
Sebelum mencapai loket kita akan disambut jajaran kios- kios yang menjual aneka ragam oleh- oleh, baik makanan ataupun souvenir. Dari kejauhan terlihat bangunan loket yang cukup unik. Setelah membeli tiket, tujuan pertama saya (ini berdasarkan imbauan Mbak yang jaga loket) adalah Museum Satwa.

Museum Satwa
Museum Satwa dari dekat
Saat pertama kali memasuki Museum Satwa kita akan disambut  dengan sangakr burung raksasa yang didalamnya sudah ada diorama hewan dan kita bisa berfoto di sana, tapi karena waktu yang sangat terbatas kesempatan masuk ke dalam sangkar harus dilewatkan begitu saja.

Sangkar raksasa
Melewati sangkar raksasa, nah ini nih yang paling ingin saya lihat di Museum Satwa, replika kerangka hewan purba Dinosaurus sekeluarga,heheh... Yang ada di iklan pasta gigi itu lho.

Replika kerangka Dino
Saya masih lebih lama mengamatinya sambil membayangkan kefidupan di era dinosaurus, tapi apa daya lagi, karena waktu yang teramat mepet. So... mari kita lanjut perjalanan kita eksplor Museum Satwa. Diorama satwa yang ada benar- benar bagus, saya tidak tahu ini hewan asli yang diawetkan atau cuma replikanya, sayang tidak ada petugas yang bisa saya tanya.

Greater Kudu
Banyak sekali diorama satwa, tapi tidak semua saya tampilkan, hanya yang menarik bagi saya, heheheh. Greater kudu merupakan kijang hutan yang ada motif garis- garis pada tubuhnya. Habitatnya di padang rumput di bagian timur dan selatan Afrika.

Buaya muara dan pawang, heheheh
Bushpig
Insectarium
Setelah puas melihat diorama hewan- hewan besar kita masuk ke insectarium dulu yang isinya semua serangga seperti kupu- kupu, kumbang dan kawan- kawannya yang berasal dari berbagai negara.

Kupu- kupu dan kumbang dari berbagai negara
beranekaragam kupu- kupu
Area insectarium tidak begitu luas dan saya tidak begitu excited jadi saya segera keluar ke area lain. Dan selepas dari insectarium tadaaaaaa...... bertemu lagi dengan diorama satwa- satwa lucu.

Canadian otters aka berang- berang
Red lechwe aka kijang
Beaver
Cheetah (kiri) dan Bleshbuck (kanan)
African porcupine
Ular Pyton
Kalau dilihat- lihat sepertinya satwa yang ada adalah satwa asli yang diawetkan, soalnya benar- benar seperti asli. Nah sekarang kita lihat rangka atau tulang belulang satwa.

Kerangka mammoth
lupa kerangkanya apa :)
Kerangka ikan
Kerangka berbagai jenis buaya
Keluar dari area kerangka- kerangka, kita kembali lagi melihat diorama satwa- satwa lucu dari berbagai belahan dunia.
Diorama beruang kutub
Lucu kan beruang kutub ini
Harimau
Bongo antelope
Aduhh.....keasyikan melihat diorama satwa- satwa lucu jadi lupa waktu, padahal masih mau mengunjungi Batu Secret Zoo untuk bertemu satwa- satwa asli yang masih hidup. Segera saya bergegas menuju TKP sebelum pintu masuk ditutup.

Batu secret zoo
Memasuki area Batu secret zoo kita akan disambut oleh aroma wewangian khas, khas kotoran hewan,hahahahha....Maklum di kebun binatang ini. Satwa pertama yang saya jumpai adalah tikus raksasa, ihhh.....benar- benar raksasa. Saya tidak bisa bayangkan kalau tikus- tikus ini yang berkeliaran, yekkkkkk..

Tikus raksasa
Wahhh benar- benar terlalu lama di Museum Satwa, kita diperingatkan sama Mbak- Mbak yang jaga supaya cepat- cepat karena bonbinnya sudah mau ditutup. Aduh, nggak asik banget sih (-_-). Jadi nggak seru nih eksplornya.

Sekumpulan lemur

aduh...lucu banget si Lemur ini
Di ujung jalan terdapat jalan menuju savannah, saya masuk ke sana, sayang kandangnya sedang dibersihkan jadi satwanya dimasukkan ke dalam kandangnya, alhasil yang saya lihat cuma Mamas yang lagi membersihkan kandang. Baliknya kita berputar arah ke sudut lain.

Kanguru albino
Kalau biasanya kanguru yang kita kenal itu berwarna krem, nah di BSZ ini saya melihat kanguru yang berwarna putih alias albino. Unik banget lho!. Dan ternyata si kanguru albino ini merupakan hewan langka, di Australia saja negara asalnya jumlah kanguru albino sangat sedikit. Wah... senangnya bisa melihat salah satu hewan langka :D.

Flamingo merah
Nah, sekarang saya memasuki area unggas, di sana banyak terdapat jenis unggas yang baru pertama kali saya lihat, seperti flamingo merah ini, juga ada spesies unggas yang saya lupa namanya, tubuhnya agak kecil, tapi corak bulunya sangat bagus. Tuh kelihatan kok di gambar yang kecil- kecil itu. Sebelum keluar dari area BSZ ini saya harus melihat satwa- satwa idola saya, siapa mereka???  Check this out!
Singa jantan
Singa betina
Sebenarnya sih saya kurang suka dengan singa, tapi apa daya harimau sedang bersembunyi. Sempat juga bertemu panther tapi sayang panthernya agak sembunyi jadi tidak sempat tertangkap kamera. Untung ada kucing besar yang tidak kalah lucu dengan harimau, lynx yang benar- benar mirip dengan kucing.

Lynx sedang makan
Lynx benar- benar mirip kucing kan?
Aduh......senangnya melihat Lynx yang cakep, gagah dan berkarakter! (Aslinya saya tidak ini anak jantan atau betina, heheheh). Pokoknya pengen meluk lah, tapi atuttttt nanti doi masih lapar dan saya dijadikan makanan penutup.hhahahha....

Kawasan Batu Secret Zoo semakin sepi karena memang sudah hampir ditutup, saya juga sudah cukup puas bertemu dengan kucing besar,walaupun tidak lengkap karena belum melihat si ganteng harimau. Tapi sudahlah, lain kali mungkin bisa ke sini lagi kalau ada kesempatan.

Kamis, 28 Mei 2015

Coban Rondo

Kalau sebelumnya puas berpanas- panasan di Gunung Bromo, sekarang cari yang dingin- dingin dulu di sekitaran Malang. Sepertinya air terjun Coban Rondo  cocok untuk dikunjungi. Karena lokasinya yang sangat mudah untuk diakses, juga tidak dibutuhkan tenaga ekstra untuk mencapainya, karena kita hanya berjalan kaki sekitar 100m untuk mencapai air terjun Coban Rondo, akses jalannya juga bagus.

Air terjun Coban Rondo terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kalau dari arah Kota Malang kita akan melewati Kota Batu sebelum sampai ke tempat ini. Perjalanan menuju Coban Rondo sangat menyenangkan karena walaupun kamu berangkat sudah cukup siang, udara terasa sangat sejuk dan kita bisa melihat Kota Malang dari ketinggian. Tapi harus berhati- hati karena jalan yang berkelok- kelok dan mendaki.

Untuk masuk ke dalam air terjun kita harus membeli tiket seharga Rp. 15.000,00/orang dan Rp.4.000,00 untuk kendaraan roda dua. Masih sedikit ke dalam setelah melewati loket pembelian tiket. Ada tempat wisata lain selain air terjun, yaitu labirin, tapi kami tidak sempat mengunjunginya.

Setelah memarkir kendaraan di tempat yang disediakan kami segera menuju air terjun. Di sana banyak pedagang makanan, jadi jangan takut kelaparan :D.

Welcome to Coban Rondo!


Tidak jauh dari pintu menuju air terjun Coban Rondo terdapat mushola di sisi kanan jalan. Kebetulan saat kami tiba sudah masuk sholat dhuhur jadi kami mampir dulu untuk melaksanakan sholat dhuhur.
Musholanya cukup bersih jadi terasa nyaman.

Mushola di Coban Rondo
Setelah sholat kami melanjutkan perjalanan. Pemandangan hijau yang asri menyambut. Pepohonan di sana sini, serasa masih pukul 08.00 pagi, tidak terasa terik matahari padahal sudah pukul 12.30 WIB. Juga banyak monyet ekor panjang yang berkeliaran, untung monyetnya tidak jahil, jadi kami merasa tetap aman.

Monyet ekor panjang
Lucu sekali mereka melompat dengan lincah dari pohon ke pohon lain. Tidak jarang yang sambil menggendong anaknya sambil melompat ke sana kemari. Ada juga yang sampai mengorek- ngorek tong sampah, kasihan, mungkin sedang lapar.

dia sedang lapar
Sayang kami tidak membawa makanan yang bisa kami berikan kepada monyet ekor panjang tersebut. Move on dulu dari monyet- monyet lucu tersebut, kami melanjutkan ke air terjun Coban Rondo. Sudah mulai terdengar deru air terjun.

Pendopo di Coban Rondo
Kami juga melihat ada sebuah pendopo, tapi kurang tahu juga ini untuk umum atau harus disewa terlebih dulu. Tidak terlihat juga pengunjung di tempat itu, tapi mestinya sih pendopo itu disediakan buat pengunjung yang ingin beristirahat, hehehe.

Jalan terlihat lengang
Karena kami ke Coban Rondo saat hari kerja, yakni hari senin, jadi pengunjung tidak begitu ramai, bahkan terkesan lengang. Tapi saya suka, karena bisa sepuasnyaaaaaaa di Coban Rondo tanpa banyak pengganggu, hehehehe. Deru air terjun semakin terdengar jelas, dan wowww..........sudah mulai kelihatan air terjunnya.

Air terjun Coban Rondo dari kejauhan
Bagus kan air terjunnya. Air terjun Coban Rondo terletak pada ketinggian 1135 m di atas permukaan laut. Air terjun ini memiliki ketinggian 84 meter dengan debit air berkisar antara 90 liter per detik pada musim kemarau sampai dengan 150 liter per detik pada musim penghujan (Wikipedia). Jadi tidak sabar untuk segera mendekat dan menyentuh air sejuknya.

Air terjun Coban Rondo
Tadaaaa........ini dia air terjun Coban Rondo. Ada sejarahnya nih kenapa dinamakan Coban Rondo.
Begini ceritanya, dahulu kala ada sepasang pengantin baru, mempelai wanita bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi dan mempelai prianya bernama Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro.  Setelah 36 hari pernikahan mereka (selapan) Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Namun orang tua Dewi Anjarwati melarang mereka karena baru selapan. Namun keduanya bersikeras untuk berangkat dengan segala resiko yang akan mereka hadapi di tengah perjalanan. Ketika dalam perjalanan mereka dikejutkan dengan kemunculan seorang pria yang mengaku bernama Joko Lelono. Tampaknya Joko Lelono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berniat merebutnya. Perkelahian pun terjadi antara Raden Baron dengan Joko Lelono. Kepada punokawan yang menyertai perjalanan mereka Raden Baron berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan di tempat yang ada cobannya (air terjun). Dalam perkelahian tersebut keduanya sama- sama gugur, dengan demikian Dewi Anjarwati menjadi seorang janda yang dalam bahasa Jawa disebut rondo. Nah, sejak saat itu, air terjun tempat Dewi Anjarwati menunggu Raden Baron disebut Coban Rondo. Konon batu besar di bawah Coban Rondo merupakan tempat Dewi Anjarwati duduk menanti Raden Baron.

Tidakkkkkkkkkk.........aku sempat duduk di batu besar itu!. Oh...NO!!!! Aku nggak mau jadi rondooooo!!! hehehehhe......

Setelah sesi pemotretan selesai, kami meninggalkan Coban Rondo untuk mencari tempat makan enak di Kota Batu.





Rabu, 27 Mei 2015

Extra Trip : Bromo

Masih dalam rangkaian Trip Jatim... Sehabis Kawah Ijen dan Taman Nasional Baluran kami masih punya 3 hari full untuk dihabiskan, rencana awal setelah dari 2 destinasi tersebut kami akan melanjutkan perbolangan kami ke Pantai Pulau Merah dan mencicipi rimba Taman Nasional Meru Betiri, tapi rasanya 3 hari tersebut tidak cukup untuk 2 destinasi tersebut, kalau cuma ke Pantai Pulau Merah, bingung lagi 2 harinya mau ke mana, akhirnya kami banting stir dan memutuskan ke Gunung Bromo dan berwisata di sekitar Kota Malang. Dari TN. Baluran kami ke Pasuruan ke rumah teman saya untuk beristirahat sebelum ke Bromo, lumayan penginapan gratis, hehehehe.

Perjalanan TN. Baluran yang terletetak di Kab. Situbondo menuju Pasuruan kami tempuh kurang lebih 5 jam. Sesampai di Pasuruan langsung menuju rumah Aang teman saya yang memang tinggal di Pasuruan, kami bertemu di TN. Baluran.

16 Mei 2015...
Rencana berangkat ke Bromo pukul 22.00 WIB supaya sampai Bromo kita langsung persiapan buat melihat sunrise di penanjakan. Karena masih capek dari pendakian ke Gunung Ijen untuk melihat Kawah Ijen seharian kita putuskan untuk beristirahat saja, bobok- bobok cantik di rumah Aang sekalian mencuci yang bisa dicuci supaya semua pakaian jadi bersih :D.

Ternyata keberangkatan molor dari jadwal semula karena mobil yang kita carter buat ke Bromo terlambat datang. Kami baru berangkat sekitar pukul 00.00 WIB. Kami semua berdelapan menggunakan mobil elf berangkat ke Bromo, sewa elf Pasuruan - Bromo sebesar Rp. 200.000,00, ini cuma sampai di parkiran Bromo lho!, untuk melanjutkan perjalanan tour Bromo kami menyewa jeep yang memang cocok untuk medan di sana.

Saya tidak ingat lagi berapa lama perjalanan Pasuruan - Bromo, sekitar 2 jam. Pas sampai di Bromo gila dinginnnnnnnnnnnnnn sekali, lebih dingin dari Gunung Ijen. Mana saya lupa bawa sarung tangan, untung jaket yang saya gunakan cukup safety jadi bisa melindungi saya dari dinginnya hawa Gunung Bromo. Jeep yang kami sewa untuk touring Bromo cukup lama baru datang. Oh ya kami menyewa jeep Rp. 700.000,00 untuk mengunjungi beberapa spot yang ada di Gunung Bromo.

Setelah jeep datang kami segera bergegas ke destinasi pertama, yaitu berburu sunrise, yuhhhuuuuu ini moment yang saya tunggu- tunggu, tapi sayang ternyata berburu sunrise nya bukan di penanjakan tapi di bukit, tapi boleh juga lah di sini. Banyakkkkkkkkkkkkkk sekali orang yang mengantri sunrise di sekitar sini, banyak juga yang jalan terus mencari spot lain.

Para pemburu sunrise
Udara dingin yang menusuk tidak mengurangi antusias kami menjemput sunrise. Di sini ada penjual minuman dan mie instant untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu. Untung kami cepat datang jadi kami berdiri pada posisi yang cukup enak untuk melihat sunrise. Akhirnya yang ditunggu datang juga!

bias- bias sunrise
Indah sekali sunrisenya, bias- bias jingga yang berpadu dengan birunya langit, menghasilkan pemandangan yang Woowwwww!!!!. Terdengar decak kagum dari sana- sini. Cukup lama saya terpaku dengan apa yang ada di hadapan saya. Saya sangat bersyukur menyempatkan diri ke Bromo.
Untung saya menoleh, karena tepat di belakang kami pemandangan juga tak kalah indahnya.

Gunung Bromo dari jauh
Ternyata di balik kami terlihat Gunung Bromo dari jauh dengan bias sunrise, kami hampir melewatkan moment indah ini gara- gara keasyikan dengan sunrise tadi. Tidak jauh dari Gunung Bromo juga tampak Gunung Semeru yang mengepulkan asap seperti orang yangs edang merokok.

Gunung Semeru dari kejauhan sedang 'merokok'
Saya sempat ragu kalau itu Gunung Semeru soalnya terlihat tidak terlalu tinggi, tapi teman saya meyakinkan kalau itu benar- benar Semeru, rupanya cukup dekat dari Gunung Bromo. Rasanya sudah cukup lama kita melihat sunrise, matahariya juga kian meninggi, kami memutuskan untuk kembali ke jeep dan melanjutkan tour Bromo ke destinasi berikutnya.

Pemukiman warga di sekitar Gunung Bromo
Dari atas terlihat pemukiman masyarakat suku Tengger yang menetap di sekitar kaki Gunung Bromo. Hebat sekali ya mereka hidup di tempat yang dingi...ngin...ngin....banget!. OK lanjut ke destinasi berikutnya, selanjutnya kami akan ke savana. Menuju ke savana kami melewati lautan pasir yang teramat luas, wah...bisa dipake bangun gedung ini pasir sebanyak ini, heheheh. Savana yang kami tuju tidak begitu jauh dari tempat melihat sunrise tadi. Jeep diparkir di tempat yang telah dipersiapkan sebagai lahan parkir dan kami berhamburan eksplor sekitar savana.

Tempat parkir jeep dekat savanna

Bagus sih pemandangannya, tapi savana nya tidak seperti savana yang saya bayangkan, yang mirip di Afrika, rerumputannya cuma sedikit. Kata teman saya sih savana yang sebenarnya masih jauh dari sini, kita mesti berkendara terus sampai di balik bukit baru kita jumpai the real savana, sayang kita cuma sampai di sini.

Pemotretan di savana

Eitss.......ada yang lagi melakukan sesi pemotretan lho di savana. Cukup lengkap peralatan yang mereka bawa, kostumnya juga ala- ala gadis hutan, hehehe..
Oh ya matahari di sini mulai terik dan panasnya cukup menyengat, saya rasa kulit saya bertambah eksotis,wkwkwk... Karena sudah puas dan memang lagi malas karena sangat terik, kami memutuskan beranjak dari savanna dan menuju ke destinasi berikutnya.

Parkiran jeep menuju kawah Bromo
Ternyata destinasi berikutnya adalah inti dari perjalanan, yaitu kawah Gunung Bromo, yang dari kejauhan sudah terlihat lautan manusia mengular menapaki tangga menuju kawah. Jeep diparkir cukup jauh di sekitar pura yang ada di kawasan Gunung Bromo. Aduh....sempat ciut juga nyali saya melanjutkan perjalanan ke kawah Bromo melihat teriknya matahari dan luasnya lautan pasir yang mesti kami lewati. Tapi bagaimanapun harus ke sana karena ini kali pertama saya ke Gunung Bromo, tidak afdol kalau tidak sampai ke kawah.

Panasnya benar- benar cetarrrrrrr.......... tapi harus tetap semangat. Di tengah perjalanan kami melewati pura, teman saya menawari untuk mampir tapi saya sedang malas dan fokus untuk ke kawah, itu saja, maklum efek terik matahari, heheh.

Pura Luhur Poten
Pura Luhur Poten berdiri agung di tengah lautan pasir. Cukup luas juga pura ini. Memang masyarakat Tengger mayoritas beragama Hindu. Oh ya untuk menuju sampai tangga pendakian menuju kawah Bromo ini, kita bisa naik kuda yang banyak disewakan. Tapi berhubung uang tunai saya lagi sekarat apalah daya saya harus berjalan kaki melewati lautan pasir Bromo.

jalan menuju kawah Bromo
Selain panas terik, ada tantangan lain yang lebih menyebalkan, debu yang berterbangan diikuti bau kotoran kuda di mana- mana. Ada beberapa joki kuda yang tidak ramah terhadap pejalan kaki, ada jalan lain seenak jidat dia kebut kudanya jadi debu semakin berhamburan. Ishhhhh............ benar- benar penuh tantangan!. Jadi kalau mau ke kawah Bromo dengan berjalan kaki jangan lupa bawa masker ya. Oh ya, jangan khawatir, di sepanjang jalan banyak warung- warung tenda yang menjual minuman kok, jadi bisa juga sekalian beristirahat.

warung yang menjajakan minuman
Aduh....masih jauh juga perjalanan, dan matahari semakin silau mennnnn!. Tenaga saya mulai terkuras dan menguap karena terik matahari. Tapi eitsss....... balik kanan dulu, ada pemandangan yang bisa memulihkan tenaga.

Pura Luhur Poten di tengah lautan pasir
Dari atas terlihat Pura Luhur Poten yang terdampar di tengah lautan pasir Bromo, ditambah jajaran bukit yang seolah- olah menjadi benteng yang melindungi pura. Awan yang berarak juga semakin mempertegas keindahan yang nampak. Tapi saya harus sadar kalau perjalanan masih jauh dan manusia yang hendak ke sana juga benar- benar luar biasa banyaknya, saya jadi sedikit malas melihat manusia yang bejubel. Nah, saya jadi galau, melewati tangga yang telah ada untuk menuju kawah atau melewati pendaki lain yang 'kreatif' membuat jalur sendiri agar cepat sampai dan tidak terlalu mengantri.

tangga menuju kawah Bromo
Tuh lihat kan manusia seperti semut menapaki anak tangga menuju kawah, dan terlihat kan betapa teriknya matahari. Saya jadi tergoda mengikuti jejak orang- orang yang melewati jalur 'dadakan' yang terbentuk karena membludaknya orang yang akan melewati tangga, jadi orang- orang membuat jalur sendiri yang lebih dekat tapi sedikit lebih curam.

jalur 'dadakan'
Akhirnya saya memilih melewati jalur 'dadakan' tersebut. Terlihat mudah kan untuk dilalui, tapi sebenarnya, luarrrrrr biasa menantang dan menyabung nyawa, bayangkan bagaimana kalau melewati gunung pasir yang curam dan kaki tenggelam kalau berpijak serta tidak ada pegangan!. Saya menyesal melakukan aksi bodoh ini!. Alhamdulillah dengan hati yang sangat berdebar- debar karena ketakutan akhirnya saya sampai di atas kawah. Setelah mengumpulkan segenap nyawa yang sempat tercecer karena ketakutan tadi, saya baru bisa menikmati keindahan kawah Bromo.

Kawah Bromo
Masya Allah indahnya!. Kawahnya kering, hanya ada asap yang mengepul di mulut kawah. Saya tidak tahu kawah ini memang kering seperti ini atau di waktu tertentu ada isinya. Walaupun saya terpukau dengan keindahan kawah, saya tersadar kalau saya berada di tempat yang berbahaya karena tidak ada pagar pengaman di tempat saya berdiri. Saya segera beranjak ke sisi kawah yang dipagari, ngeri juga kan kalau terpeleset ke dalam kawah, wassalam!

pengunjung yang duduk- duduk di bibir kawah
Tapi masih banyak yang bertahan nongkrong di bibir kawah, sudah fotocopy nyawa kali ya mereka. Saya mending cabut ke posisi yang lebih aman.

Patung yang terdapat di kawah Bromo
Di kawah juga terdapat sebuah patung. Dan rupanya sering ada yang meletakkan sesajen di tempat ini. Waktu saya berkunjung ke kawah Bromo saya juga sempat melihat ada warga yang melempar seekor ayam ke dalam kawah sebagai sesajen.

Sebenarnya saya belum puas menikmati kawah Bromo ini, tapi karena panas matahari yang amat teramat terik serta banyaknya orang dan saya merasa sumpek jadi saya putuskan untuk turun saja, dan kali ini saya tidak akan mengulangi kebodohan seperti saat naik tadi, sekarang saya akan turun melewati jalan resmi yang telah disediakan dan tentunya lebih aman. Walaupun saya mesti mengantri tentunya.

Tuh panjang kan antriannya. Benar- benar butuh banyak pengorbanan untuk melihat yang indah- indah, hehehe. Huuuu....saya harus melewati lautan pasir di bawah terik yang super terik ke tempat jeep diparkir.
Di sepanjang jalan selain banyak warung tenda yang menjual makanan dan minuman, tidak sedikit juga yang menjual bunga edelweis sebagai oleh- oleh, jangan dibeli ya, supaya edelweis tetap terjaga kelestariannya :D.