Masih dalam rangkaian Trip Jatim... Sehabis Kawah Ijen dan Taman Nasional Baluran kami masih punya 3 hari full untuk dihabiskan, rencana awal setelah dari 2 destinasi tersebut kami akan melanjutkan perbolangan kami ke Pantai Pulau Merah dan mencicipi rimba Taman Nasional Meru Betiri, tapi rasanya 3 hari tersebut tidak cukup untuk 2 destinasi tersebut, kalau cuma ke Pantai Pulau Merah, bingung lagi 2 harinya mau ke mana, akhirnya kami banting stir dan memutuskan ke Gunung Bromo dan berwisata di sekitar Kota Malang. Dari TN. Baluran kami ke Pasuruan ke rumah teman saya untuk beristirahat sebelum ke Bromo, lumayan penginapan gratis, hehehehe.
Perjalanan TN. Baluran yang terletetak di Kab. Situbondo menuju Pasuruan kami tempuh kurang lebih 5 jam. Sesampai di Pasuruan langsung menuju rumah Aang teman saya yang memang tinggal di Pasuruan, kami bertemu di TN. Baluran.
16 Mei 2015...
Rencana berangkat ke Bromo pukul 22.00 WIB supaya sampai Bromo kita langsung persiapan buat melihat sunrise di penanjakan. Karena masih capek dari pendakian ke Gunung Ijen untuk melihat Kawah Ijen seharian kita putuskan untuk beristirahat saja, bobok- bobok cantik di rumah Aang sekalian mencuci yang bisa dicuci supaya semua pakaian jadi bersih :D.
Ternyata keberangkatan molor dari jadwal semula karena mobil yang kita carter buat ke Bromo terlambat datang. Kami baru berangkat sekitar pukul 00.00 WIB. Kami semua berdelapan menggunakan mobil elf berangkat ke Bromo, sewa elf Pasuruan - Bromo sebesar Rp. 200.000,00, ini cuma sampai di parkiran Bromo lho!, untuk melanjutkan perjalanan tour Bromo kami menyewa jeep yang memang cocok untuk medan di sana.
Saya tidak ingat lagi berapa lama perjalanan Pasuruan - Bromo, sekitar 2 jam. Pas sampai di Bromo gila dinginnnnnnnnnnnnnn sekali, lebih dingin dari Gunung Ijen. Mana saya lupa bawa sarung tangan, untung jaket yang saya gunakan cukup safety jadi bisa melindungi saya dari dinginnya hawa Gunung Bromo. Jeep yang kami sewa untuk touring Bromo cukup lama baru datang. Oh ya kami menyewa jeep Rp. 700.000,00 untuk mengunjungi beberapa spot yang ada di Gunung Bromo.
Setelah jeep datang kami segera bergegas ke destinasi pertama, yaitu berburu sunrise, yuhhhuuuuu ini moment yang saya tunggu- tunggu, tapi sayang ternyata berburu sunrise nya bukan di penanjakan tapi di bukit, tapi boleh juga lah di sini. Banyakkkkkkkkkkkkkk sekali orang yang mengantri sunrise di sekitar sini, banyak juga yang jalan terus mencari spot lain.
|
Para pemburu sunrise |
Udara dingin yang menusuk tidak mengurangi antusias kami menjemput sunrise. Di sini ada penjual minuman dan mie instant untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu. Untung kami cepat datang jadi kami berdiri pada posisi yang cukup enak untuk melihat sunrise. Akhirnya yang ditunggu datang juga!
|
bias- bias sunrise |
Indah sekali sunrisenya, bias- bias jingga yang berpadu dengan birunya langit, menghasilkan pemandangan yang Woowwwww!!!!. Terdengar decak kagum dari sana- sini. Cukup lama saya terpaku dengan apa yang ada di hadapan saya. Saya sangat bersyukur menyempatkan diri ke Bromo.
Untung saya menoleh, karena tepat di belakang kami pemandangan juga tak kalah indahnya.
|
Gunung Bromo dari jauh |
Ternyata di balik kami terlihat Gunung Bromo dari jauh dengan bias sunrise, kami hampir melewatkan moment indah ini gara- gara keasyikan dengan sunrise tadi. Tidak jauh dari Gunung Bromo juga tampak Gunung Semeru yang mengepulkan asap seperti orang yangs edang merokok.
|
Gunung Semeru dari kejauhan sedang 'merokok' |
Saya sempat ragu kalau itu Gunung Semeru soalnya terlihat tidak terlalu tinggi, tapi teman saya meyakinkan kalau itu benar- benar Semeru, rupanya cukup dekat dari Gunung Bromo. Rasanya sudah cukup lama kita melihat sunrise, matahariya juga kian meninggi, kami memutuskan untuk kembali ke jeep dan melanjutkan tour Bromo ke destinasi berikutnya.
|
Pemukiman warga di sekitar Gunung Bromo |
Dari atas terlihat pemukiman masyarakat suku Tengger yang menetap di sekitar kaki Gunung Bromo. Hebat sekali ya mereka hidup di tempat yang dingi...ngin...ngin....banget!. OK lanjut ke destinasi berikutnya, selanjutnya kami akan ke savana. Menuju ke savana kami melewati lautan pasir yang teramat luas, wah...bisa dipake bangun gedung ini pasir sebanyak ini, heheheh. Savana yang kami tuju tidak begitu jauh dari tempat melihat sunrise tadi. Jeep diparkir di tempat yang telah dipersiapkan sebagai lahan parkir dan kami berhamburan eksplor sekitar savana.
|
Tempat parkir jeep dekat savanna |
Bagus sih pemandangannya, tapi savana nya tidak seperti savana yang saya bayangkan, yang mirip di Afrika, rerumputannya cuma sedikit. Kata teman saya sih savana yang sebenarnya masih jauh dari sini, kita mesti berkendara terus sampai di balik bukit baru kita jumpai the real savana, sayang kita cuma sampai di sini.
|
Pemotretan di savana |
Eitss.......ada yang lagi melakukan sesi pemotretan lho di savana. Cukup lengkap peralatan yang mereka bawa, kostumnya juga ala- ala gadis hutan, hehehe..
Oh ya matahari di sini mulai terik dan panasnya cukup menyengat, saya rasa kulit saya bertambah eksotis,wkwkwk... Karena sudah puas dan memang lagi malas karena sangat terik, kami memutuskan beranjak dari savanna dan menuju ke destinasi berikutnya.
|
Parkiran jeep menuju kawah Bromo |
Ternyata destinasi berikutnya adalah inti dari perjalanan, yaitu kawah Gunung Bromo, yang dari kejauhan sudah terlihat lautan manusia mengular menapaki tangga menuju kawah. Jeep diparkir cukup jauh di sekitar pura yang ada di kawasan Gunung Bromo. Aduh....sempat ciut juga nyali saya melanjutkan perjalanan ke kawah Bromo melihat teriknya matahari dan luasnya lautan pasir yang mesti kami lewati. Tapi bagaimanapun harus ke sana karena ini kali pertama saya ke Gunung Bromo, tidak afdol kalau tidak sampai ke kawah.
Panasnya benar- benar cetarrrrrrr.......... tapi harus tetap semangat. Di tengah perjalanan kami melewati pura, teman saya menawari untuk mampir tapi saya sedang malas dan fokus untuk ke kawah, itu saja, maklum efek terik matahari, heheh.
|
Pura Luhur Poten |
Pura Luhur Poten berdiri agung di tengah lautan pasir. Cukup luas juga pura ini. Memang masyarakat Tengger mayoritas beragama Hindu. Oh ya untuk menuju sampai tangga pendakian menuju kawah Bromo ini, kita bisa naik kuda yang banyak disewakan. Tapi berhubung uang tunai saya lagi sekarat apalah daya saya harus berjalan kaki melewati lautan pasir Bromo.
|
jalan menuju kawah Bromo |
Selain panas terik, ada tantangan lain yang lebih menyebalkan, debu yang berterbangan diikuti bau kotoran kuda di mana- mana. Ada beberapa joki kuda yang tidak ramah terhadap pejalan kaki, ada jalan lain seenak jidat dia kebut kudanya jadi debu semakin berhamburan. Ishhhhh............ benar- benar penuh tantangan!. Jadi kalau mau ke kawah Bromo dengan berjalan kaki jangan lupa bawa masker ya. Oh ya, jangan khawatir, di sepanjang jalan banyak warung- warung tenda yang menjual minuman kok, jadi bisa juga sekalian beristirahat.
|
warung yang menjajakan minuman |
Aduh....masih jauh juga perjalanan, dan matahari semakin silau mennnnn!. Tenaga saya mulai terkuras dan menguap karena terik matahari. Tapi eitsss....... balik kanan dulu, ada pemandangan yang bisa memulihkan tenaga.
|
Pura Luhur Poten di tengah lautan pasir |
Dari atas terlihat Pura Luhur Poten yang terdampar di tengah lautan pasir Bromo, ditambah jajaran bukit yang seolah- olah menjadi benteng yang melindungi pura. Awan yang berarak juga semakin mempertegas keindahan yang nampak. Tapi saya harus sadar kalau perjalanan masih jauh dan manusia yang hendak ke sana juga benar- benar luar biasa banyaknya, saya jadi sedikit malas melihat manusia yang bejubel. Nah, saya jadi galau, melewati tangga yang telah ada untuk menuju kawah atau melewati pendaki lain yang 'kreatif' membuat jalur sendiri agar cepat sampai dan tidak terlalu mengantri.
|
tangga menuju kawah Bromo |
Tuh lihat kan manusia seperti semut menapaki anak tangga menuju kawah, dan terlihat kan betapa teriknya matahari. Saya jadi tergoda mengikuti jejak orang- orang yang melewati jalur 'dadakan' yang terbentuk karena membludaknya orang yang akan melewati tangga, jadi orang- orang membuat jalur sendiri yang lebih dekat tapi sedikit lebih curam.
|
jalur 'dadakan' |
Akhirnya saya memilih melewati jalur 'dadakan' tersebut. Terlihat mudah kan untuk dilalui, tapi sebenarnya, luarrrrrr biasa menantang dan menyabung nyawa, bayangkan bagaimana kalau melewati gunung pasir yang curam dan kaki tenggelam kalau berpijak serta tidak ada pegangan!. Saya menyesal melakukan aksi bodoh ini!. Alhamdulillah dengan hati yang sangat berdebar- debar karena ketakutan akhirnya saya sampai di atas kawah. Setelah mengumpulkan segenap nyawa yang sempat tercecer karena ketakutan tadi, saya baru bisa menikmati keindahan kawah Bromo.
|
Kawah Bromo |
Masya Allah indahnya!. Kawahnya kering, hanya ada asap yang mengepul di mulut kawah. Saya tidak tahu kawah ini memang kering seperti ini atau di waktu tertentu ada isinya. Walaupun saya terpukau dengan keindahan kawah, saya tersadar kalau saya berada di tempat yang berbahaya karena tidak ada pagar pengaman di tempat saya berdiri. Saya segera beranjak ke sisi kawah yang dipagari, ngeri juga kan kalau terpeleset ke dalam kawah, wassalam!
|
pengunjung yang duduk- duduk di bibir kawah |
Tapi masih banyak yang bertahan nongkrong di bibir kawah, sudah fotocopy nyawa kali ya mereka. Saya mending cabut ke posisi yang lebih aman.
|
Patung yang terdapat di kawah Bromo |
Di kawah juga terdapat sebuah patung. Dan rupanya sering ada yang meletakkan sesajen di tempat ini. Waktu saya berkunjung ke kawah Bromo saya juga sempat melihat ada warga yang melempar seekor ayam ke dalam kawah sebagai sesajen.
Sebenarnya saya belum puas menikmati kawah Bromo ini, tapi karena panas matahari yang amat teramat terik serta banyaknya orang dan saya merasa sumpek jadi saya putuskan untuk turun saja, dan kali ini saya tidak akan mengulangi kebodohan seperti saat naik tadi, sekarang saya akan turun melewati jalan resmi yang telah disediakan dan tentunya lebih aman. Walaupun saya mesti mengantri tentunya.
Tuh panjang kan antriannya. Benar- benar butuh banyak pengorbanan untuk melihat yang indah- indah, hehehe. Huuuu....saya harus melewati lautan pasir di bawah terik yang super terik ke tempat jeep diparkir.
Di sepanjang jalan selain banyak warung tenda yang menjual makanan dan minuman, tidak sedikit juga yang menjual bunga edelweis sebagai oleh- oleh, jangan dibeli ya, supaya edelweis tetap terjaga kelestariannya :D.